Harga Minyak Jeblok ke USD 32,86 per Barel, Apa Saja Sebabnya?

Senin, 25 Mei 2020 21:50 WIB

Ilustrasi Harga Minyak Mentah. REUTERS/Dado Ruvic

TEMPO.CO, Jakarta - Makin memanasnya hubungan bilateral antara Amerika Serikat dan Cina turut mendorong harga minyak terkontraksi. Pada awal perdagangan hari ini, harga minyak terkoreksi 1,2 persen setelah sempat jatuh 2 persen pada akhir pekan lalu.

Hal tersebut tentu memicu kekhawatiran memburuknya hubungan antara kedua negara adidaya dapat mempersulit pemulihan pasar dikarenakan jatuhnya permintaan. Namun, terdapat tanda-tanda pasar minyak mentah mulai menunjukkan pemulihan. Shale drillers Amerika Serikat telah memotong jumlah rig aktif ke level terendahnya sejak 2009.

Menurut data Baker Hughes, produsen minyak di Amerika Serikat juga sudah memangkas jumlah rig minyak dari 21 hingga 237 pada minggu lalu. Hal ini sudah terjadi selama 10 minggu berturut-turut. Hal tersebut sejalan dengan upaya OPEC+ memangkas produksi harian hingga hampir 10 juta barel dalam upaya untuk mengurangi kelebihan pasokan.

Sebelumnya diketahui harga minyak telah melonjak sekitar 75 persen pada bulan ini setelah Cina dan India melakukan permintaan yang disebabkan pelonggaran lockdown, ditambah persediaan minyak mentah di Amerika Serikat mulai menurun.

Namun, pemulihan harga minyak diperkirakan akan sangat lama dan belum pasti, dengan risiko gelombang kedua Covid-19 yang kemungkinan akan mempersulit rebound antara Amerika Serikat dan Cina akan terus memburuk kondisi ekonomi. “Dampak keseluruhan mungkin terbatas jika tidak ada ‘pembalasan agresif’ dari Cina,” kata Hughes.

Advertising
Advertising

Rencananya, pertemuan umum produsen minyak terbesar di Amerika Serikat dan Eropa minggu ini akan membahas seberapa besar pihak-pihak tersebut sudah menahan pasokannya.

Hal ini mengingat harga minyak di Amerika Serikat sendiri sudah menyentuh titik terendah sepanjang dua dekade. Adapun Presiden Rusia Vladimir Putin sedang menyusun ancang-ancang untuk mendukung industri minyak di negaranya yang kemudian akan disampaikannya pada 15 Juni mendatang.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak WTI (West Texas Intermediate) untuk kontrak Juli di bursa New York Mercantile Exhange terkontraksi 39 sen menjadi US$ 32,86 per barel pada pukul 9.39 waktu Singapura.

Sementara, harga minyak Brent untuk kontrak Juli di bursa ICE Futures Europe juga terkoreksi 1,5 persen menjadi US$ 34,6 per barel. Padahal, pada hari Jumat pekan lalu, 22 Mei 2020, harga minyak Brent juga sempat jatuh 2,6 persen.

BISNIS

Berita terkait

PT Sunindo Pratama Raup Laba Bersih Rp 33,4 Miliar di Kuartal Pertama 2024

1 hari lalu

PT Sunindo Pratama Raup Laba Bersih Rp 33,4 Miliar di Kuartal Pertama 2024

Laba bersih meningkat 68,6 persen secara tahunan (yoy).

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 2 Faktor Ekonomi yang Bikin Semua Negara Ketakutan

2 hari lalu

Jokowi Ungkap 2 Faktor Ekonomi yang Bikin Semua Negara Ketakutan

Presiden Jokowi meminta Indonesia menyiapkan fondasi yang kuat untuk pembangunan masa depan.

Baca Selengkapnya

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

3 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Pertamina Hulu Energi: Produksi Migas 1,04 Juta Barel per Hari Triwulan I-2024

4 hari lalu

Pertamina Hulu Energi: Produksi Migas 1,04 Juta Barel per Hari Triwulan I-2024

Hingga Maret 2024, Pertamina Hulu Energi juga mencatatkan kinerja penyelesaian pengeboran tiga sumur eksplorasi.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Turun, Analis: Gara-gara Cadangan Minyak AS Melimpah

4 hari lalu

Harga Minyak Dunia Turun, Analis: Gara-gara Cadangan Minyak AS Melimpah

Cadangan minyak Amerika Serikat (AS) mengalami peningkatan sebesar 7,3 juta barel pada pekan yang berakhir pada 26 April 2024.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

5 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

5 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

5 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

5 hari lalu

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

Gedung Putih menyarankan agar Rusia dijatuhi lagi sanksi karena diduga telah secara diam-diam mengirim minyak olahan ke Korea Utara

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

5 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya