Warga di Bawah 45 Tahun Bebas Beraktivitas, Ini Kata Indef

Selasa, 12 Mei 2020 12:55 WIB

Petugas memberikan arahan kepada Warga Negara Indonesia (WNI) ketika antre untuk mendaftar saat proses repatriasi WNI di Bandar Udara Internasional Colombo, Sri Lanka, Jumat 1 Mei 2020 malam. KBRI Colombo merepatriasi mandiri geelombang kedua dengan memulangkan 347 Pekerja Migran Indonesia (PMI) dari Sri Lanka dan Maladewa ke Indonesia akibat pandemi Virus Corona (COVID-19). ANTARA FOTO/Lutfi Andaru

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bima Yudhistira, berpendapat bahwa upaya pemerintah melonggarkan kelompok usia di bawah 45 tahun untuk kembali beraktivitas di tengah pandemi corona menimbulkan sentimen negatif bagi pasar. Menurut dia, kebijakan itu akan memicu ketidakpercayaan pelaku pasar terhadap pemerintah Indonesia.

"Kalau kebijakan model setengah-setengah begini dilanjutkan, efek ke kepercayaan pelaku pasar dan pelaku usaha akan negatif. Walhasil, ekonomi tumbuh negatif sepanjang tahun," ujar Bima saat dalam pesan pendek kepada Tempo, Selasa, 12 Mei 2020.

Bima mengatakan relaksasi ini bukan hanya berdampak buruk bagi pasar, tapi juga masyarakat. Menurut dia, masyarakat akan bingung dengan keputusan pemerintah yang dinilai berubah-ubah.

Di sisi lain, kebijakan ini pun dikhawatiran dapat mengorbanan keselamatan para pekerja di garda depan penanganan Covid-19. Selanjutnya, Bima juga mempertanyakan komitmen pemerintah menekan angka kurva persebaran virus corona dengan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

"Karena kurva pasien positif Covid-19 masih tinggi, belum flat seperti di Vietnam, kemudian tiba-tiba dilonggarkan. Jadi buat apa PSBB selama ini?" tuturnya.

Pelonggaran aktivitas untuk kelompok usia di bawah 45 tahun sebelumnya diumumkan Tim Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19. Kebijakan ini dilakukan dengan alasan untuk menekan tingginya tingkat PHK.

Alih-alih membuka kegiatan ekonomi di masa PSBB, Bima menyarankan pemerintah dalam waktu dekat lebih dulu mengatasi pandemi corona dengan merencanakan stimulus ekonomi lanjutan. Dengan begitu, kondisi perekonomian dapat cepat dipulihkan.

FRANCISCA CHRISTY ROSANA

Berita terkait

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

14 hari lalu

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Meski tidak bersinggungan secara langsung dengan komoditas pangan Indonesia, namun konflik Iran-Israel bisa menggoncang logistik dunia.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

15 hari lalu

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

Di tengah konflik Iran-Israel, pemerintah mesti memprioritaskan anggaran yang bisa membangkitkan sektor bisnis lebih produktif.

Baca Selengkapnya

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

46 hari lalu

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

Ekonom Indef, Didin S. Damanhuri sangat prihatin atas dugaan korupsi yang terendus di lingkaran LPEI. Padahal, kata dia, ekspor adalah andalan pemerintahan Jokowi

Baca Selengkapnya

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

47 hari lalu

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

Kebijakan PPN di Tanah Air diatur dalam Undang-Undang-undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP).

Baca Selengkapnya

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

47 hari lalu

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment Indef Ahmad Heri Firdaus membandingkan besaran tarif PPN di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

48 hari lalu

Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

Indef menyatakan penjual akan reaktif terhadap kenaikan PPN.

Baca Selengkapnya

PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

48 hari lalu

PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

Indef membeberkan dampak kenaikan pajak pertabambahan nilai atau PPN menjadi 12 persen.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ungkap Kriteria Ideal Menkeu Pengganti Sri Mulyani: Tidak Yes Man

7 Maret 2024

Ekonom Ungkap Kriteria Ideal Menkeu Pengganti Sri Mulyani: Tidak Yes Man

Direktur Eksekutif Indef Esther Sri Astuti mengungkapkan kriteria ideal Menkeu seperti apa yang dibutuhkan oleh Indonesia di masa mendatang.

Baca Selengkapnya

Terkini: Ramai-ramai tentang Dana Bos untuk Program Makan Siang Gratis, Harga Bitcoin Tembus Rekor Rp 1 Miliar

6 Maret 2024

Terkini: Ramai-ramai tentang Dana Bos untuk Program Makan Siang Gratis, Harga Bitcoin Tembus Rekor Rp 1 Miliar

Ekonom senior UI Faisal Basri menentang rencana penggunaan dana BOS untuk program makan siang gratis Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Ekonom Indef Beberkan Penyebab Harga Pangan Naik, Mulai dari Pemilu hingga Ramadan

6 Maret 2024

Ekonom Indef Beberkan Penyebab Harga Pangan Naik, Mulai dari Pemilu hingga Ramadan

Ekonom senior Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Aviliani membeberkan sejumlah faktor penyebab naiknya harga kebutuhan pokok,

Baca Selengkapnya