Pengusaha Tekstil Menjerit Bila Pemerintah Lakukan Lockdown

Kamis, 19 Maret 2020 12:44 WIB

Impor Pakaian Jadi Marak, Ini Jawaban Asoisasi Logistik dan Tekstil

Tempo.Co, Jakarta - Sejumlah pengusaha tekstil meminta kepada pemerintah agar tidak ada pembatasan aktivitas di pabrik, sepanjang mereka terus melalukan upaya mitigasi. Pernyataan itu disampaikan di tengah penyebaran virus corona atau Covid-19 yang terus meluas dan adanya wacana untuk memberlakukan lockdown atau penutupan sementara sejumlah aktivitas bisnis.

"Kami memohon agar tidak dilakukan lockdown karena justru akan membuat permasalahan baru di kemudian hari," kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta dalam keterangan resmi bersama Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) yang diterima Tempo di Jakarta, Kamis, 19 Maret 2020.

Sebelumnya desakan agar Indonesia melakukan lockdown muncul setelah kasus virus corona terus beranjak naik hingga lebih dari 200 kasus. Kebijakan ini telah lebih dulu diterapkan di negara lain, misalnya Italia, dan yang terdekat, Malaysia.

Tapi sampai saat ini, Presiden Jokowi menegaskan bahwa pemerintah belum memilih opsi ini. Pemerintah lebih memilih menyiapkan pusat penampungan atau karantina ketimbang memutuskan kebijakan-kebijakan penguncian wilayah atau lockdown.

Saat ini, kata Redma, para pengusaha tekstil juga sudah melakukan antisipasi. Pertama, mereka memberlakukan kebijakan kerja dari rumah atau work from home (WFH) untuk karyawan di bidang administrasi. Sementara, karyawan yang mengurus mesin tetap harus ke pabrik. "Sejak Februari 2020, setiap orang juga wajib menggunakan masker dan mengecek suhu tubuh," kata dia.

Sampai saat ini, Redma memastikan operasional pabrik masih berjalan lancar tanpa hambatan. Untuk itu, Ia berharap pemerintah terus menekan penyebaran virus ini, namun tidak sampai dengan melakukan kebijakan lockdown. "Kami menghindari lockdown," ujar Redma.

Tak hanya Redma, Ketua Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (Hippi) Sarman Simanjorang mengatakan pemerintah harus ekstra hati-hati untuk mengambil kebijakan lockdown. Meski belum menghitung jumlah pastinya, dia memprediksi kerugian ekonomi akibat lockdown sangat besar.

"Nilai kerugian memang harus dihitung karena hampir semua sektor usaha akan stagnan. Pastinya triliunan (rupiah) transaksi ekonomi di Jakarta akan berhenti," katanya ketika dikonfirmasi, Selasa 17 Maret 2020.

Berita terkait

Aksi Mahasiswa Pro-Palestina di Amerika, Columbia University Lockdown Kampus

5 hari lalu

Aksi Mahasiswa Pro-Palestina di Amerika, Columbia University Lockdown Kampus

Mahasiswa pindah dari tenda dan duduki Hamilton Hall. Kampus mulai menskors sebagian pengunjuk rasa pro Palestina dan mengancam memecat yang lain.

Baca Selengkapnya

Impor Dibatasi, Pengusaha Tekstil: Meski Belum Signifikan, Tren Kinerja Industri TPT Mulai Positif

24 hari lalu

Impor Dibatasi, Pengusaha Tekstil: Meski Belum Signifikan, Tren Kinerja Industri TPT Mulai Positif

Asosiasi Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) mengungkapkan dampak kebijakan pembatasan impor yang diterapkan oleh pemerintah.

Baca Selengkapnya

Industri Tekstil Dukung Permendag Pengaturan Impor, Dukung Industri dan Ciptakan Lapangan Kerja

49 hari lalu

Industri Tekstil Dukung Permendag Pengaturan Impor, Dukung Industri dan Ciptakan Lapangan Kerja

Industri tekstil mengklaim industri pertekstilan menyerap banyak tenaga kerja terutama yang berpendidikan rendah sehingga patut dipertahankan.

Baca Selengkapnya

Jastip Teriak Merasa Dirugikan karena Pembatasan Impor, Industri Tekstil: Mereka Ilegal, Gak Bayar Pajak

49 hari lalu

Jastip Teriak Merasa Dirugikan karena Pembatasan Impor, Industri Tekstil: Mereka Ilegal, Gak Bayar Pajak

Ketua APSYFI angkat bicara merespons protes pengusaha jasa titip (Jastip) yang mengaku rugi atas kebijakan terbaru pemerintah.

Baca Selengkapnya

API Dukung Pembatasan Barang Impor: Bisa Dorong Peningkatan Utilitas Industri Tekstil Dalam Negeri

49 hari lalu

API Dukung Pembatasan Barang Impor: Bisa Dorong Peningkatan Utilitas Industri Tekstil Dalam Negeri

Ketua API Jemmy Kartiwa mendukung Permendag Nomor 3 Tahun 2024 yang intinya mengatur batas bawaan barang impor.

Baca Selengkapnya

4 Tahun Pandemi Covid-19, TPU di Jakarta sempat Kehabisan Tempat Penguburan Korban Virus Corona

55 hari lalu

4 Tahun Pandemi Covid-19, TPU di Jakarta sempat Kehabisan Tempat Penguburan Korban Virus Corona

Di Jakarta, setidaknya ada dua TPU yang jadi tempat permakaman korban saat pandemi Covid-19, yakni TPU Tegal Alur dan Pondok Ranggon.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Hari-hari Menegangkan 4 Tahun Lalu Saat Mula Wabah Pandemi Covid-19

56 hari lalu

Kilas Balik Hari-hari Menegangkan 4 Tahun Lalu Saat Mula Wabah Pandemi Covid-19

WHO tetapkan 11 Maret 2020 sebagai hari pertama pandemi global akibat wabah Covid-19. Kini, 4 tahun berlalu, masihkan patuhi protokol kesehatan?

Baca Selengkapnya

Pria Ini Sudah Disuntik Vaksin Covid-19 217 Kali, Apa Dampaknya?

7 Maret 2024

Pria Ini Sudah Disuntik Vaksin Covid-19 217 Kali, Apa Dampaknya?

Seorang pria di Jerman mendapat suntikan Vaksin Covid-19 sebanyak 217 kali dalam waktu 29 bulan.

Baca Selengkapnya

4 Tahun Pasca Kasus Pertama Covid-19 di Indonesia, Berikut Kilas Baliknya

6 Maret 2024

4 Tahun Pasca Kasus Pertama Covid-19 di Indonesia, Berikut Kilas Baliknya

Genap 4 tahun pasca kasus Covid-19 teridentifikasi pertama kali di Indonesia pada 2 Maret 2020 diikuti sebaran virus yang terus meluas.

Baca Selengkapnya

Kolaborasi Tiga SMK Sumatra Barat Bangun Hilirisasi Tekstil

20 Februari 2024

Kolaborasi Tiga SMK Sumatra Barat Bangun Hilirisasi Tekstil

Tiga Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berkolaborasi menjalankan bisnis Batik Braja. Ada sekolah yang bertugas memproduksi, memasarkan, serta mencatat di pembukuan.

Baca Selengkapnya