RI Negara Maju, Bappenas Tetap Berharap Keringanan Tarif dari AS

Senin, 24 Februari 2020 15:57 WIB

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, 20 Oktober 2017. Penurunan nilai ekspor Indonesia pada September 2017 sebesar US$ 14,54 miliar, turun 4,51% dibanding bulan sebelumnya. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia telah dicoret sebagai negara berkembang dan masuk menjadi negara maju. Dengan begitu, Indonesia tidak lagi mendapat fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) dari Amerika Serikat.

Namun pemerintah Indonesia tak rela jika sejumlah fasilitas yang ada dalam GSP, seperti investasi dari Amerika, langsung dicabut begitu saja. “Kita kan baru saja mentas (keluar dari status negara berkembang) sedikit,” kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa saat ditemui di kantornya, Jakarta, Senin, 24 Februari 2020.

Amerika, kata Suharso, seharusnya tidak bisa serta merta meninggalkan Indonesia begitu saja. Untuk itu, ia menyebut pemerintah tetap akan menagih komitmen-komitmen fasilitas yang sebelumnya telah disampaikan Amerika.

Salah satu fasilitas yang diperjuangkan agar tetap ada yaitu investasi langsung. Sebab, pembiayaan dalam negeri terbatas. Sehingga, Indonesia akan segera menyampaikan keinginan ini kepada pemerintah Amerika. “Mudah-mudahan kami punya argumentasi yang kuat, supaya tetap dapat fasilitas yang murah dan fleksibel,” kata Suharso.

Akhir pekan lalu, Amerika melalui Office of the US Trade Representative (USTR) di Organisasi Perdagangan Dunia atau WTO mengeluarkan Indonesia dari daftar negara berkembang. Dengan begitu, Indonesia terdaftar sebagai negara maju.

Advertising
Advertising

Adapun keputusan ini dikhawatirkan akan meningkatkan bea ekspor. Sebab, selama ini Indonesia merupakan negara penerima fasilitas GSP dari Amerika dengan benefit kebijakan pemberlakuan bea ekspor yang tergolong rendah.

Dalam kesempatan ini, Suharso bahkan sempat menyebut fasilitas GSP ini telah digunakan sedemikian rupa oleh Presiden Amerika saat ini, Donald Trump. Sehingga, kata Suharso, mudah sekali bagi Amerika untuk menekan mitra dagang mereka, salah satunya Indonesia.

Situasi ini pula yang menyebabkan, Bappenas mendiagnosa pertumbuhan ekonomi global akan menurun, jika Trump terpilih kembali pada Pemilu Presiden November 2020. ““Jadi kita berdoa saja dia tidak terpilih,” kata Suharso.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto justru bangga dengan keputusan Amerika. Ihwal efek ekonomi yang dihasilkan dari keputusan tersebut, Airlangga menyatakan pemerintah tidak khawatir. "Tidak masalah. tidak khawatir. Kok mau jadi negara tidak maju?" ucapnya.

Berita terkait

Kepala Bappenas Sanjung Pemerintahan Jokowi: Ekonomi RI Stabil di Kisaran 5 Persen

9 jam lalu

Kepala Bappenas Sanjung Pemerintahan Jokowi: Ekonomi RI Stabil di Kisaran 5 Persen

Menteri PPN/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa menyanjung pemerintahan Presiden Jokowi karena pertumbuhan ekonomi RI stabil pada kisaran 5 persen.

Baca Selengkapnya

10 Negara dengan Jumah Penduduk Terbanyak di Dunia

20 jam lalu

10 Negara dengan Jumah Penduduk Terbanyak di Dunia

Dilansir dari World Population by Country, ada 10 negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Indonesia termasuk ke dalam 5 besar.

Baca Selengkapnya

Kepala Bappenas: Pembangunan IKN Sudah 80,82 Persen

1 hari lalu

Kepala Bappenas: Pembangunan IKN Sudah 80,82 Persen

Menteri PPN/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa menyatakan bahwa pembangunan IKN sudah mencapai 80,82 persen per 25 April 2024.

Baca Selengkapnya

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

7 hari lalu

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

Demo bela Palestina di sejumlah kampus Amerika menimbulkan sejumlah dampak.

Baca Selengkapnya

6 Kampus Bersejarah Lokasi Demo Bela Palestina di Amerika

7 hari lalu

6 Kampus Bersejarah Lokasi Demo Bela Palestina di Amerika

Demo bela Palestina terjadi di sejumlah kampus Amerika. Polisi negara sekutu Israel itu bertindak represif.

Baca Selengkapnya

5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta

8 hari lalu

5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta

Sebagai makanan cepat saji yang populer, hot dog memiliki bulan perayaan nasional. Untuk merayakannya sebuah restoran di New York menjual hot dog seharga 37 juta rupiah

Baca Selengkapnya

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

10 hari lalu

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

TikTok berharap memenangkan gugatan hukum untuk memblokir undang-undang yang ditandatangani oleh Presiden Joe Biden.

Baca Selengkapnya

Deretan Aktris Korea Selatan yang Menikah Dengan Chaebol

13 hari lalu

Deretan Aktris Korea Selatan yang Menikah Dengan Chaebol

Kisah cinta dengan kalangan chaebol juga dialami sejumlah aktris Korea Selatan.

Baca Selengkapnya

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

15 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

4 Rudal Iran yang Diwaspadai Amerika dan Sekutunya

18 hari lalu

4 Rudal Iran yang Diwaspadai Amerika dan Sekutunya

Iran memiliki kapasitas teknis dan industri untuk mengembangkan rudal jarak jauh, termasuk Intercontinental Ballistic Missile (ICBM) atau Rudal Balistik Antarbenua.

Baca Selengkapnya