Diklaim Cina, RI Tambah Kapal Patroli di Perairan Natuna

Jumat, 3 Januari 2020 18:57 WIB

Presiden Joko Widodo bersama Menko Polhukam Luhut Panjaitan di atas kapal perang KRI Imam Bonjol 383 di perairan Natuna, Kepulauan Riau, 23 Juni 2016. Jaket sepertinya menjadi salah satu fashion item yang menjadi ciri khas penampilan Jokowi selain kemeja putih. Foto: Biro Pers Setpres

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Keamanan Laut atau Bakamla berencana menambah pasukan patroli di perairan Natuna Utara, Kepulauan Riau, menyusul masuknya kapal-kapal asing Cina di wilayah Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia atau ZEE. Pasukan akan dikirim untuk memperkuat penjagaan di wilayah kedaulatan Indonesia.

"Pasti ada (penambahan personel). TNI juga pasti mengerahkan kekuatan. Tapi dalam kondisi sekarang, saya bilang memang Bakamla (yang bertugas) di depan," ujar Kepala Bakamla Laksdya Achmad Taufieqoerrochman di kantor Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Jakarta, Jumat, 3 Januari 2020.

Dalam melakukan patroli, Achmad memastikan pasukan akan bertugas menggunakan strategi pendekatan atau white full ketimbang grey full. Ia menyebut negara sudah bersepakat bahwa patroli ini tak akan mengganggu hubungan Indonesia dan Cina.

Lebih jauh, ia menyebut bahwa dua negara telah bersepakat tidak akan terjadi miskalkulasi terkait batas wilayah perairan Natuna Utara. Menurut Achmad, untuk menjembatani komunikasi antar-dua negara dan menyelesaikan masalah ini, Menteri Luar Negeri akan terlibat sebagai pemimpinnya.

"Menteri Luar Negeri di depan karena ini kan terkait dengan hukum dan diplomasi. Bukan adu otot," ucapnya.

Advertising
Advertising

Dengan mengacu pada Nine Dash-Line atau garis batas imajiner, Cina sebelumnya berkukuh mengklaim wilayah ZEE Indonesia. Kayakinan itu mendorong Cina melanggar garis batas ZEE Indonesia yang telah diakui oleh Konvensi Hukum Laut PBB atau United Nations Convention for the Law of the Sea (UNCLOS) 1982.

Menteri Luar Negeri Retno Sumardi di tempat yang sama mengatakan Indonesia secara tegas menolak klaim Cina tersebut"Kami tidak mengakui Nine Dash-Line karena itu line klaim sepihak yang dilakukan oleh Tiongkok (Cina), yang tidak memiliki alasan hukum yang diakui oleh hukum internasional, terutama UNCLOS 1982," ujarnya.

Retno meminta Cina menghormati implementasi UNCLOS 1982 yang telah menetapkan ZEE Indonesia. Sebab, kata dia, Cina juga menjadi bagian dari UNCLOS itu.

Berita terkait

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

4 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

9 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

10 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

10 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

14 jam lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

17 jam lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

1 hari lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

2 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

2 hari lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya