BI: Defisit Transaksi Berjalan Bakal USD 31 Miliar di Akhir Tahun

Selasa, 10 Desember 2019 13:35 WIB

Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo saat ditemui awak media usai mengikuti salat Jumat di masjid Kompleks Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat, 28 Juni 2019. Tempo/Dias Prasongko

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia menyebut sampai akhir tahun posisi current account defisit (CAD) atau defisit transaksi berjalan dalam Neraca Pembayaran Indonesia bakal berada pada level US$ 30 miliar hingga US$ 31 miliar. Angka ini setara dengan rasio 2,7 - 2,8 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Dody Budi Waluyo mengatakan rasio CAD antara 2,7-2,8 persen dari PDB merupakan posisi yang reliabel bagi perekonomian. "Yang penting defisit itu bisa dikelola, dan ditutup dengan aliran modal asing yang datang," ujar Dody dalam acara "Seminar Outlook 2010" di Gedung Bursa Efek, Jakarta Selatan, Selasa 10 Desember 2019.

Apalagi, lanjut Dody, saat ini banyak investor asing yang terus datang dan menanamkan modalnya ke emerging market, termasuk ke Indonesia. Hal ini karena imbal hasil atau return investasi di negara maju saat ini lebih rendah jika dibandingkan di negara berkembang.

Kondisi ini sejalan dengan proyeksi tingkat suku bunga acuan The Federal Reserve (The Fed) yang diproyeksi masih bakal bertahan di bawah secara berkelanjutan (lower for longer). Dengan tingkat suku bunga acuan yang rendah, membuat investor tak tertarik berinvestasi di negara maju seperti Amerika Serikat dan di Eropa.

Kepala Ekonom Bank DBS Masyita Crystallin menilai defisit transaksi berjalan (CAD) tidak boleh dibiarkan terus melebar dengan beban impor yang tinggi. Hal ini perlu dilakukan jika pemerintah tetap menargetkan pertumbuhan ekonomi berada di sekitar angka 5,5-6 persen.

"Indonesia juga harus memiliki current account deficit yang friendly (ramah) untuk dapat mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 5,5-6 persen di atas potensi, sehingga dapat keluar dari middle income trap," ujar Masyita mengenai prospek ekonomi 2020 di Jakarta, Kamis 5 Desember 2019, seperti dikutip Antara.

Presiden Joko Widodo atau Jokowi sebelumnya menyebutkan salah satu alasan mengapa kondisi CAD terus melebar adalah banyaknya pihak yang senang melakukan impor minyak. Dia menilai faktor tersebut membuat persoalan CAD menjadi sulit untuk diselesaikan.

Menurut Jokowi, wajar banyak yang senang dengan impor minyak karena mudah dan untungnya besar. "Bisa dibagi ke mana-mana," ujar Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Senin, 2 Desember 2019.

AHMAD FAIZ

Berita terkait

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

1 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

1 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

1 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

3 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

4 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

4 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

5 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

5 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

5 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

6 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya