Mitos Atau Fakta, Trading Saham IPO Bikin Lebih Cuan Berlipat

Selasa, 26 November 2019 08:00 WIB

Ilustrasi saham atau IHSG. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Ruang gerak saham yang baru IPO (Initial Public Offering) sangat lebar, tercermin dari peluang naik-turunnya harga yang fantastis. Karena ini, saham-saham pendatang baru di Bursa Efek Indonesia dianggap lebih cocok untuk short-trading ketimbang investasi.

Dari data yang dihimpun Bisnis, per akhir pekan lalu saham PT Gaya Abadi Sempurna Tbk. dengan kode SLIS meroket hampir 4.000 persen.

Sejak dicatatkan pada bulan lalu, SLIS pun telah terkena suspensi dari BEI sebanyak 3 kali seiring dengan terjadinya peningkatan harga kumulatif yang signifikan.

Tak hanya SLIS, beberapa saham IPO yang sempat disuspensi oleh bursa a.l. CLAY, KJEN, POLU, HRME, dan ENVY.

Advertising
Advertising

Di sisi lain, ada pula saham yang tak seberuntung itu. Misalnya saham PT Bliss Properti Indonesia Tbk. (POSA) justru terpuruk -65,33 persen sejak diperdagangkan pada Mei silan.

Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada menilai kinerja saham-saham yang baru tercatat belum bisa dikatakan murni mencerminkan performa fundamentalnya.

“Siklusnya saham-saham IPO itu umumnya seperti itu. Ada saham yang kenaikannya di luar kebiasaan, apalagi kalau emitennya bisa meyakinkan investor terhadap prospek ke depannya,” jelas Reza kepada Bisnis, Senin 25 November 2019.

Berkaca kepada SLIS, lanjut Reza, produsen kendaraan listrik ini menargetkan penjualan pada 2019 bisa mencapai Rp408 miliar atau naik sekitar 38,5 persen yoy dari posisi Rp294,68 miliar. Hal ini pun membuat investor menjadi terlalu optimistis dengan ekspektasi kinerja meningkat tajam.

Namun demikian, perlu pula dilihat realitas yang ada di depan misalnya munculnya kompetitor terhadap bisnis perseroan.

Oleh karena fundamental dari emiten anyar bisa dikatakan belum terlalu dilirik pelaku pasar, Reza pun merekomendasikan saham-saham ini untuk short-trading.

Sementara untuk investasi, saham-saham yang telah memperlihatkan pola pergerakan kinerja keuangan maupun kinerja saham lebih direkomendasikan.

“Saya sih lebih rekomendasi untuk short—trading, apalagi waktu pre-IPO terjadi oversubscribe. Kalau oversubscribe-nya tinggi bahkan sampai dobel digit, itu berarti banyak investor yang masuk. Dari situ sudah bisa ada gambaran nanti saat listing saham ini akan naik signifikan atau tidak,” ujar Reza.

<!--more-->

Adapun mengenai kinerja fundamental, Reza melihat investor akan mulai mempertimbangkannya setelah selang 2—3 bulan setelah IPO.

Dari beberapa saham yang baru tercatat pada 2019, Reza merekomendasikan NZIA yang masuk dalam sektor properti bersubsidi, emiten rokok ITIC, emiten properti NATO, CLAY, dan emiten penyewaan rigs WOWS untuk dicermati.

Dengan demikian, Reza pun menilai saham-saham IPO berisiko untuk dimasukkan ke dalam portofolio reksa dana yang memiliki horison investasi jangka panjang. Pasalnya, saham-saham yang baru saja IPO belum bisa diukur ketahanannya.

Kasus yang menerpa sejumlah manajer investasi belakangan ini, lanjut Reza, berpotensi akan mempengaruhi psikologis investor. Dikhawatirkan, investor reksa dana akan banyak melakukan redemption karena khawatir produk investasinya bermasalah.

Apabila terjadi terus-menerus, saham-saham blue chip pun akhirnya akan ikut tertekan. Pasalnya, manajer investasi akan melakukan rebalancing portofolio untuk mencari likuiditas untuk investor yang melakukan redemption.

Head of Research Reliance Sekuritas Lanjar Nafi memaparkan bahwa kenaikan sektor industri dasar dan pertanian masing-masing sebesar 1,11 persen dan 0,75 persen tak bisa menahan pelemahan IHSG pada akhir perdagangan Senin (25/11/2019). IHSG ditutup di zona merah dengan penurunan 0,48 persen ke level 6.070.

<!--more-->

“Pelemahan IHSG dibayangi maraknya kasus gagal bayar institusi yang sedikit menganggu kepercayaan investor. Terlihat aksi jual saham-saham blue chip setelah salah satu fund manager dinyatakan bermasalah dan ditutup izin jual reksa dananya,” kata Lanjar.

Pekan lalu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membubarkan 6 produk reksa dana kelolaan PT Minna Padi Aset Manajemen. Selain itu, otoritas juga memberikan suspensi untuk sejumlah reksa dana yang pergerakan Nilai Aktiva Bersih (NAV) turun berlebihan.

Adapun penurunan NAV reksa dana itu disinyalir akibat banyaknya saham-saham IPO yang masih volatil yang menjadi underlying asset-nya.

Berita terkait

Bendesa Adat Diduga Peras Pengusaha Rp 10 Miliar, Seperti Apa Perannya dalam Izin Investasi di Bali?

4 jam lalu

Bendesa Adat Diduga Peras Pengusaha Rp 10 Miliar, Seperti Apa Perannya dalam Izin Investasi di Bali?

Kejaksaan Tinggi Bali menangkap seorang Bendesa Adat karena diduga telah memeras seorang pengusaha untuk rekomendasi izin investasi.

Baca Selengkapnya

Basuki Hadimuljono Pastikan Groundbreaking Keenam di IKN Setelah World Water Forum 2024 Digelar

23 jam lalu

Basuki Hadimuljono Pastikan Groundbreaking Keenam di IKN Setelah World Water Forum 2024 Digelar

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan groundbreaking keenam di IKN dilakukan akhir Mei atau awal Juni 2024.

Baca Selengkapnya

Freeport: dari Kasus Papa Minta Saham sampai Pujian Bahlil pada Jokowi

1 hari lalu

Freeport: dari Kasus Papa Minta Saham sampai Pujian Bahlil pada Jokowi

Saham Freeport akhirnya 61 persen dikuasai Indonesia, berikut kronologi dari jatuh ke Bakrie sampai skandal Papa Minta Saham Setya Novanto.

Baca Selengkapnya

Delegasi Uni Eropa Kunjungi IKN untuk Jajaki Peluang Investasi

1 hari lalu

Delegasi Uni Eropa Kunjungi IKN untuk Jajaki Peluang Investasi

Delegasi Uni Eropa mengunjungi Ibu Kota Nusantara (IKN) untuk penjajakan peluang investasi.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

1 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Kejati Bali Lakukan OTT Anggota Bendesa Adat yang Diduga Lakukan Pemerasan Investasi

1 hari lalu

Kejati Bali Lakukan OTT Anggota Bendesa Adat yang Diduga Lakukan Pemerasan Investasi

Kejati Bali melakukan operasi tangkap tangan (OTT) terhadap oknum Bendesa Adat di Bali. Bendesa itu diduga melakukan pemerasan investasi.

Baca Selengkapnya

Apple dan Microsoft Bilang ke Jokowi Mau Investasi di Indonesia, Ahli ICT Beri Catatan Ini

1 hari lalu

Apple dan Microsoft Bilang ke Jokowi Mau Investasi di Indonesia, Ahli ICT Beri Catatan Ini

Ahli ini menyatakan tak anti investasi asing, termasuk yang dijanjikan datang dari Apple dan Microsoft.

Baca Selengkapnya

Rencana Investasi Microsoft Senilai Rp 27,6 Triliun, Pengamat: Harus Jelas Pembuktiannya

2 hari lalu

Rencana Investasi Microsoft Senilai Rp 27,6 Triliun, Pengamat: Harus Jelas Pembuktiannya

Rencana investasi Microsoft itu diumumkan melalui agenda Microsoft Build: AI Day yang digelar di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

2 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

Jokowi Resmikan Jalan 5 Inpres di NTB Senilai Rp 211 Miliar: Anggaran yang Tidak Kecil

2 hari lalu

Jokowi Resmikan Jalan 5 Inpres di NTB Senilai Rp 211 Miliar: Anggaran yang Tidak Kecil

Jokowi meresmikan pelaksanaan Instruksi Presiden (Inpres) Jalan Daerah di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Kamis pagi, 2 Mei 2024.

Baca Selengkapnya