TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Kamis sore, 7 November 2019, menguat seiring meningkatnya cadangan devisa Indonesia periode Oktober 2019.
Pergerakan rupiah pada Rabu sore menguat 20 poin atau 0,14 persen menjadi Rp 13.995 per dolar AS dari sebelumnya Rp 14.015 per dolar AS.
"Sentimen positif yang datang dari dalam negeri menjadi faktor yang mendorong rupiah kembali bergerak dalam area positif," ujar Direktur Utama Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi di Jakarta Kamis.
Bank Indonesia mencatat posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Oktober 2019 mencapai US$ 126,7 miliar, meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir September 2019 sebesar US$ 124,3 miliar.
Ia mengatakan cadangan devisa yang naik itu diharapkan menambah kepercayaan pelaku pasar terhadap stabilitas ekonomi nasional, sehingga mendorong nilai tukar domestik lebih tinggi.
Di samping itu, lanjut dia, Bank Indonesia secara teknis juga terus melakukan intervensi di pasar valas dan obligasi dalam perdagangan Domestic Non Deliverable Forward (DNDF) sehingga menambah daya bagi apresiasi mata uang Garuda.
"Pada sesi perdagangan siang tadi modal asing kembali masuk, walaupun pada awalnya modal asing banyak yang keluar akibat ketidakpastian pertemuan antara pemimpin AS dan Cina," katanya.
Ia mengatakan pasar terus mengamati perkembangan negosiasi perdagangan AS-Cina. Washington dan Beijing secara bersamaan diharapkan membatalkan beberapa tarif yang ada pada barang masing-masing pihak agar mereka mencapai kesepakatan perdagangan fase pertama.
Ia mengemukakan kedua belah pihak telah memberlakukan tarif barang satu sama lain dalam perang dagang selama 16 bulan yang berdampak ke pasar keuangan, memperlambat investasi global dan pertumbuhan.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Rabu ini menunjukkan rupiah melemah menjadi Rp 14.040 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp 13.992 per dolar AS.