BPJS Kesehatan: Kenaikan Iuran Peserta Mandiri Lebih Rendah

Jumat, 1 November 2019 14:03 WIB

Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris (ketiga kiri) mendampingi Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto (kedua kanan) menjawab pertanyaan wartawan di Kantor Pusat BPJS Kesehatan di Jakarta, Jumat, 25 Oktober 2019. ANTARA

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS Kesehatan Fachmi Idris mengatakan bahwa pemerintah masih menanggung sebagian iuran yang seharusnya dibayarkan peserta kelompok mandiri (PPBU). Karena itu, menurut dia, pemerintah masih memberikan subsidi atas sebagian iuran yang seharusnya dibayarkan peserta tersebut.

Menurut Fachmi, subsidi tersebut tergambar dari tanggungan nilai iuran sebenarnya yang mesti dibayarkan sesuai tinjauan Persatuan Aktuaris Indonesia (PAI) dengan nilai iuran menurut keputusan pemerintah. Selisih biaya inilah yang disebut oleh Fachmi sebagai subsidi yang diberikan pemerintah.

"Dari kenaikan ini, sebenarnya ada subsidi pemerintah. Hal ini karena Presiden Joko Widodo atau Jokowi tidak menaikkan iuran bagi para peserta PPBU sebagaimana yang seharusnya," kata Fachmi saat mengelar konferensi pers di kantornya, Jakarta Pusat, Jumat 1 November 2019.

Sebelumnya pemerintah menetapkan untuk menaikkan iuran bagi seluruh kelas peserta BPJS Kesehatan. Kenaikan tersebut tertuang lewat terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 75 Tahun 2019 tentang perubahan atas Perpres Nomor 82 Tahun 2018.

Berdasarkan tinjauan Persatuan Aktuaris Indonesia, iuran bagi peserta kelompok Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) Kelas 1 seharusnya adalah Rp 274.204 per orang per bulan. Kelas 2 mestinya Rp 190.639 per orang per bulan dan Kelas 3 seharusnya dibayarkan Rp 131.195 per orang per bulan.

Namun demikian, jika merujuk pada Perpres 75 Tahun 2019, ditetapkan bahwa besaran iuran peserta mandiri untuk Kelas 1 sebesar Rp 160.000 per orang per bulan atau 58 persen dari seharusnya. Kelas 2 Rp 110.000 per orang per bulan atau 58 persen dari seharusnya dan Kelompok 3 Rp 42.000 per orang per bulan atau 32 persen dari seharusnya.

Karena itu, Fachmi tidak sepakat jika disebutkan bahwa pemerintah tidak berpihak pada masyarakat. Hal ini terlihat dari adanya pembayaran subsidi atas selisih besaran nilai seharusnya yang dibayarkan.

Selain itu, kata dia, pemerintah nyatanya juga masih memberikan subsidi bagi peserta kurang mampu atau miskin lewat segmen Penerima Bantuan Iuran (PBI). Adapun total keseluruhan penerima PBI yang dibayarkan sepanjang 2019 mencapai angka Rp 48,71 triliun dengan total penerima mencapai 133 juta peserta.

"Ini menunjukkan komitmen pemerintah yang luar biasa agar program jaminan kesehatan yang telah memberikan manfaat bagi orang banyak ini dapat terus bisa diakses oleh seluruh lapisan masyarakat," kata Fachmi.

Fachmi juga mengungkapkan ke depan, angka pemanfaatan bagi peserta PPBU akan ditutup dengan subsidi pemerintah. Rencananya, penutupan tersebut akan dilakukan lewat skema PPBU yang dibayarkan lebih dari.

DIAS PRASONGKO

Berita terkait

Fakta Miris Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis, Menkes: Jadi Masalah Hampir 80 tahun

5 menit lalu

Fakta Miris Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis, Menkes: Jadi Masalah Hampir 80 tahun

Jokowi menyebut pemerintah baru mampu mencetak 2.700 dokter spesialis per tahun. Sementara pemerintah membutuhkan 29 ribu dokter spesialis.

Baca Selengkapnya

Jokowi: Harus Ada Timbal Balik Ekonomi dari Program Pemerintah

2 jam lalu

Jokowi: Harus Ada Timbal Balik Ekonomi dari Program Pemerintah

Presiden Joko Widodo atau Jokowi berharap Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2025 sesuai dengan program pembangunan yang telah direncanakan

Baca Selengkapnya

Jokowi Curhat Alat Kesehatan di Daerah Tersedia, tapi Minim Dokter Spesialis

3 jam lalu

Jokowi Curhat Alat Kesehatan di Daerah Tersedia, tapi Minim Dokter Spesialis

Presiden Jokowi menyayangkan daerah kepulauan maupun daerah terpencil dia tak menemukan tenaga dokter spesialis.

Baca Selengkapnya

Faisal Basri Ingatkan Potensi Separatisme Akibat Konflik Tambang, Minta Jokowi Diadili

3 jam lalu

Faisal Basri Ingatkan Potensi Separatisme Akibat Konflik Tambang, Minta Jokowi Diadili

Faisal Basri menyinggung soal opsi mekanisme peradilan melalui Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmillub) untuk menjerat Jokowi.

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 2 Faktor Ekonomi yang Bikin Semua Negara Ketakutan

3 jam lalu

Jokowi Ungkap 2 Faktor Ekonomi yang Bikin Semua Negara Ketakutan

Presiden Jokowi meminta Indonesia menyiapkan fondasi yang kuat untuk pembangunan masa depan.

Baca Selengkapnya

Ditunggu Setengah Jam untuk Wawancara Cegat, Jokowi: Besok Aja

4 jam lalu

Ditunggu Setengah Jam untuk Wawancara Cegat, Jokowi: Besok Aja

Presiden Jokowi nge-prank jurnalis yang sudah menuggu sekitar setengah jam untuk sesi wawancara cegat atau doorstop.

Baca Selengkapnya

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

5 jam lalu

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.

Baca Selengkapnya

Dirut PLN Paparkan Kesiapan Ekosistem Kendaraan Listrik

5 jam lalu

Dirut PLN Paparkan Kesiapan Ekosistem Kendaraan Listrik

PLN mendukung pengembangan ekosistem kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) di tanah air

Baca Selengkapnya

Jokowi Luncurkan 6 Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

6 jam lalu

Jokowi Luncurkan 6 Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Presiden Jokowi menyoroti pentingnya infrastruktur kesehatan negara dalam jangka panjang.

Baca Selengkapnya

Jokowi Disebut Ajukan Budi Gunawan Masuk Kabinet Prabowo

7 jam lalu

Jokowi Disebut Ajukan Budi Gunawan Masuk Kabinet Prabowo

Pengajuan nama Budi Gunawan oleh Jokowi, kata narasumber yang sama, bertujuan untuk meluluhkan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Sukarnoputri.

Baca Selengkapnya