Dua Raksasa E-Commerce Ini Bersiap Stop Strategi Bakar Uang

Kamis, 31 Oktober 2019 07:15 WIB

Country General Manager Rumah123 Ignatius Untung mengungkapkan laporan penjualan property semester 1 2017 Rumah123 di Alegro K-ftv Jakarta, 24 Agustus 2017. Tempo/Imam Hamdi

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah perusahaan e-commerce mulai mengejar keuntungan atau setidaknya mencapai break even point (titik impas) dalam waktu dekat. Hal ini dilakukan setelah perusahaan tersebut melewati masa-masa "bakar uang" sebagai strategi menggaet konsumen dengan cara memberikan subsidi atau sejenisnya. Head of Corporate Communication Bukalapak Intan Wibisono menuturkan Bukalapak ingin menjadi perusahaan unicorn pertama yang meraih keuntungan.

"Dengan pencapaian performa bisnis yang baik dan modal yang cukup, kami menargetkan untuk dapat mencapai break even point (BEP) bahkan keuntungan dalam waktu dekat," tutur Intan kepada Tempo, Seni 28 Oktober 2019.

Intan menjelaskan gross prot Bukalapak pada pertengahan tahun ini naik tiga kali lipat dibandingkan pertengahan 2018. Dengan capaian itu, Intan menuturkan Bukalapak mampu mengurangi setengah kerugian dari pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) selama 8 bulan terakhir ini. Capaian tersebut, tutur Intan sesuai dengan tujuan perusahaan untuk menjadi "sustainable e-commerce” atau perusahaan e-dagang yang menghasilkan keuntungan.

"Ini merupakan hal yang amat penting bagi kami. Bukalapak telah melangkah ke tahap yang lebih jauh dan menghasilkan kenaikan inisiatif untuk monetisasi, memperkuat protabilitas, yang saat ini berjalan dengan baik dan bahkan melampaui ekspektasi kami," tutur Intan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Intan menuturkan Bukalapak tengah berfokus untuk memperkokoh marketplace untuk meningkatkan inklusi keuangan dan potensi ritel di Indonesia. Apalagi berdasarkan laporan dari CLSA pada September lalu, Intan menuturkan terdapat sekitar 85 persen populasi yang belum berbelanja online dan sekitar 70 perse belum pernah bertransaksi online.

Advertising
Advertising

<!--more-->

Vice President of Corporate Communications Tokopedia Nuraini Razak menuturkan Tokopedia menargetkan untuk bisa mencapai BEP pada tahun depan. Untuk mengejar target tersebut, Aini mengatakan Tokopedia masih terus berfokus untuk transformasi menjadi "super ecosystem". Strategi tersebut dilakukan dengan membuat sebuah infrastruktur menyeluruh sehingga mempermudah masyarakat lewat kolaborasi dengan berbagai mitra strategis untuk mewujudkan pemerataan ekonomi secara digital.

"Kami fokus untuk membuat seluruh profesi bisa menjadi ‘perusahaan teknologi’ lewat ekosistem Tokopedia, sehingga mereka akan selalu relevan terhadap perubahan zaman," tutur Aini.

Meski tidak ada target khusus setiap tahunnya, Aini menuturkan Tokopedia masih menorehkan kinerja yang posifit. Per Mei lalu, Tokopedia mencatat gross merchandise value (GMV) atau total penjualan serta volume transaksi sebesar US$ 1,3 miliar. "Apabila tidak ada pertumbuhan setiap bulannya pun, kami optimistis dalam 12 bulan ke depan bisa menembus sekitar US$ 15-16 miliar ya," tutur Aini.

Meski belum bisa memastikan target untuk BEP, Director Shopee Indonesia Christin Djuarto menuturkan pasar Asia Tenggara memiliki potensi yang besar untuk terus bertumbuh, apalagi didukung oleh pertumbuhan penggunaan internet dan produk domestic bruto (PDB). Saat ini, Christin mengatakan perusahaan masih berfokus memberikan edukasi dari sisi penjual maupun pembeli tentang kenyamanan dan keamanan dalam berbelanja online.

“Kami juga akan terus konsisten menjaga serta meningkatkan kualitas layanan, sehingga pengalaman belanja online terbaik harus terus terjaga,” tutur Christin.

Ketua umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Ignatius Untung menilai langkah marketplace untuk mulai mulai menghentikan "bakar uang" merupakan awal yang baik untuk menyehatkan pasar. Menurut Untung, perusahaan yang memutuskan untuk tidak lagi memberikan subsidi didorong oleh loyalitas pengguna atau user yang kuat dan perhitungan yang matang. Ia berharap langkah tersebut akan memberikan dampak berantai dan diikuti oleh marketplace lainnya.

“Asal jangan yang sudah (berhenti) ini tidak terseret lagi karena masih ada player yang masih bakar uang, lalu mereka ikut-ikutan lagi,” tutur Untung.

Menurut dia, momen ini juga bisa dijadikan kesempatan player lain untuk mengambil pengguna di marketplace yang mulai menargetkan BEP. Padahal, ujar Untung, mata rantai bakar uang ini harus segera diputus, salah satunya melalui regulasi. Apalagi, tak sedikit marketplace yang rela bakar uang hingga jual rugi. “Memang tidak mudah untuk mencari formulanya, sayang tidak pernah mulai pembicaraannya,” ujar Untung.

Berita terkait

Vira Widiyasari Menjabat Sebagai Country Manager Visa Indonesia

1 hari lalu

Vira Widiyasari Menjabat Sebagai Country Manager Visa Indonesia

Vira akan memimpin inisiatif strategis dan bisnis Visa di Indonesia, termasuk mendorong strategi perluasan pasar Visa.

Baca Selengkapnya

5 Tips Agar Tidak Tertipu AI Saat Belanja Online

10 hari lalu

5 Tips Agar Tidak Tertipu AI Saat Belanja Online

Pakar Komunikasi Digital bagikan tips agar masyarakat tidak tertipu oleh konten rekayasa teknologi artificial intelligence (AI) saat belanja online

Baca Selengkapnya

Ketua MPR Terima Aspirasi APLI tentang Direct Selling di Lokapasar

11 hari lalu

Ketua MPR Terima Aspirasi APLI tentang Direct Selling di Lokapasar

Bamsoet berpendapat keberpihakan terhadap pelaku industri direct selling sangat penting. Ekosistem ini mampu membuka lapangan lebih dari delapan juta tenaga kerja sebagai distributor.

Baca Selengkapnya

Biaya Layanan Tokopedia, Shopee dan Lazada Naik sampai 6,5 Persen, UMKM Diminta Tak Naikkan Harga?

11 hari lalu

Biaya Layanan Tokopedia, Shopee dan Lazada Naik sampai 6,5 Persen, UMKM Diminta Tak Naikkan Harga?

Tokopedia, Shopee dan Lazada menaikkan biaya layanan hingga 6.5 persen untuk mitra penjual, pelaku UMKM diminta tidak naikkan harga.

Baca Selengkapnya

Alasan Tokopedia Naikkan Biaya Layanan Merchant: Lebih Banyak Campaign untuk Jangkau Konsumen

12 hari lalu

Alasan Tokopedia Naikkan Biaya Layanan Merchant: Lebih Banyak Campaign untuk Jangkau Konsumen

Platform e-commerce Tokopedia membeberkan alasan menaikkan biaya layanan merchant pada 1 Mei 2024 mendatang

Baca Selengkapnya

Ramadan-Lebaran 2024, Tokopedia: Produk Kebutuhan Harian hingga Fesyen Paling Laris

12 hari lalu

Ramadan-Lebaran 2024, Tokopedia: Produk Kebutuhan Harian hingga Fesyen Paling Laris

E-Commerce Communications Director Shop Tokopedia, Nuraini Razak mengungkap tren belanja sepanjang Ramdan dan Lebaran 2024.

Baca Selengkapnya

Hari Kartini, Jumlah Pelaku Usaha Perempuan di Sejumlah Wilayah Naik 2,5 Kali Lipat

17 hari lalu

Hari Kartini, Jumlah Pelaku Usaha Perempuan di Sejumlah Wilayah Naik 2,5 Kali Lipat

Hari Kartini diperingati masyarakat dalam berbagai cara. Semakin tingginya jumlah pelaku usaha perempuan, bisa jadi cara apresiasi perjuangan Kartini.

Baca Selengkapnya

Cara Daftar Shopee Video Top Creator untuk Pemula yang Mudah

19 hari lalu

Cara Daftar Shopee Video Top Creator untuk Pemula yang Mudah

Sebagai pengguna Shopee, Anda bisa mendaftar Shopee Video Top Kreator dengan cara berikut ini. Ketahui juga beberapa persyaratannya berikut.

Baca Selengkapnya

4 Cara Isi Saldo E-Toll Menggunakan HP

29 hari lalu

4 Cara Isi Saldo E-Toll Menggunakan HP

Mengisi saldo e-toll tidak lagi memerlukan penggunaan uang tunai. Berikut caranya.

Baca Selengkapnya

Tren Belanja Online Jelang Lebaran 2024, Penjualan Baju Muslim Meningkat 12 Kali Lipat

29 hari lalu

Tren Belanja Online Jelang Lebaran 2024, Penjualan Baju Muslim Meningkat 12 Kali Lipat

Peningkatan belanja online berkaitan erat dengan perayaan Lebaran.

Baca Selengkapnya