OJK: Penurunan Suku Bunga di Perbankan Empat Bulan Lagi

Selasa, 29 Oktober 2019 11:05 WIB

Uji Kelayakan Komisioner OJK Dimulai

TEMPO.CO, Jakarta - Empat kali relaksasi suku bunga diyakini tidak mengganggu likuiditas industri perbankan. Direktur Departemen Pengembangan Kebijakan Strategis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inka B Yusgiantoro menyatakan posisi loan to deposit ratio (LDR) nyaris mendekati 100 persen masih bisa dikendalikan dan tidak terlalu berdampak sistemik pada perbankan.

Dia menuturkan, dampak terhadap likuiditas baru akan terasa jika LDR berada di atas 100 persen.

“Di setiap bank LDR juga berbeda-beda, tetapi yang kita inginkan penyaluran terhadap sektor riil berjalan lancar, tidak ada masalah,” kata Inka di Gedung Yustinus Atma Jaya, Senin 28 Oktober 2019.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), LDR bank umum pada Agustus tahun ini berada pada level 94,66 persen. Angka ini 87 basis poin lebih tinggi dari periode yang sama setahun lalu yakni 93,79 persen. Posisi ini juga turun dari awal tahun yang berada pada angka 94,78 persen.

Advertising
Advertising

Inka memerinci, umumnya transmisi kebijakan dari Bank Indonesia memang tidak langsung memberikan penurunan pada suku bunga perbankan. Dia memprakirakan, penurunan suku bunga di perbankan baru akan dimulai sekitar 4-6 bulan lagi.

Berdasarkan catatan Bisnis.com per Juli 2019, LDR mengalami pertumbuhan pada badan usaha perbankan BUKU 1 sebesar 80,2 persen lebih baik dari Juli 2019 sebesar 77,4 persen. Untuk LDR BUKU 2 tumbuh sebesar 90 persen lebih baik dari Juli 2019 sebesar 88,5 persen. Sementara itu untuk BUKU 4 tumbuh 92,2 persen meningkat dari Juli 2019 sebesar 91,8 persen. Adapun perbankan BUKU 3 justru menurun jadi 101,4 persen dari Juli 2019 sebesar 102,2 persen.

Beberapa langkah lain untuk menyehatkan industri perbankan adalah dengan mengonsolidasikan bank kecil dan BUKU I, serta menaikkan syarat komponen modal dari bank BUKU II. Oleh sebab itu, dia meyakini struktur perbankan Indonesia saat menghadapi resesi tahun depan masih cukup kuat.

“Jika dinaikkan ini [bank BUKU II] bisa lebih kompetitif,” ujar Inka.

Inka menyatakan, dalam menghadapi peluang resesi tahun depan, pemerintah menjaga pertumbuhan ekonomi kisaran 5 persen. Setidaknya, agar mengalami penurunan yang terlampau dalam seiring dengan penurunan volume ekspor-impor. Maka, salah satu yang perlu menjadi pertimbangkan industri perbankan dan pemangku kebijakan moneter adalah peluang The Fed kembali menurunkan suku bunga sampai akhir tahun ini, sebesar 25 basis poin dari 1,75 persen menjadi 1,5 persen.

Inka mengingatkan memasuki potensi resesi, tren imbal hasil dari Surat Berharga Negara (SBN) mulai menurun seiring penurunan suku bunga acuan BI. ke depan, sektor yang dianggap masih bisa memberi peluang pada pertumbuhan ekonomi adalah dari sektor pariwisata didukung infrastruktur yang memadai.

“Jika ada permasalahan dari yang mendapatkan dana tidak bisa membayar bunga, itu jadi berdampak pada perbankan. Jadi yang perlu dijaga, sektor riilnya. Kami keuangan jaga suplai agar likuiditas cukup jika riil butuh pinjaman dan ekspansi,” paparnya.

Beberapa cara lain yang bisa dilakukan untuk menjaga likuiditas adalah dengan relaksasi pasar modal melalui buyback saham. Dia menyatakan langkah tersebut masih efektif dan menolong perusahaan yang jika nilai saham dan aset menurun.

Berita terkait

Rupiah Ditutup Melemah 20 Poin Jadi Rp 16.046 per Dolar AS

57 menit lalu

Rupiah Ditutup Melemah 20 Poin Jadi Rp 16.046 per Dolar AS

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (dolar AS) yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa melemah 20 poin.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

1 hari lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat dalam penutupan perdagangan hari ini ke level Rp 16.025 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

1 hari lalu

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

Wamenkeu Suahasil Nazara menyoroti tiga faktor yang menjadi perhatian dalam perekonomian Indonesia saat ini. Mulai dari suku bunga yang tinggi, harga komoditas, hingga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Baca Selengkapnya

LPS Sudah Bayar Dana Nasabah BPRS Saka Dana Mulia yang Ditutup OJK Sebesar Rp 18 Miliar

3 hari lalu

LPS Sudah Bayar Dana Nasabah BPRS Saka Dana Mulia yang Ditutup OJK Sebesar Rp 18 Miliar

Kantor BPRS Saka Dana Mulia ditutup untuk umum dan PT BPRS Saka Dana Mulia menghentikan seluruh kegiatan usahanya.

Baca Selengkapnya

Lima Persen BPR dan BPRS Belum Penuhi Modal Inti Minimum

3 hari lalu

Lima Persen BPR dan BPRS Belum Penuhi Modal Inti Minimum

Sebanyak 1.213 BPR dan BPRS telah memenuhi ketentuan modal inti sebesar Rp 6 miliar. Masih ada lima persen yang belum.

Baca Selengkapnya

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

4 hari lalu

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

Menkeu Sri Mulyani mengatakan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia pada kuartal pertama tahun 2024 masih terjaga.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

5 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

5 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

Didemo Nasabah, BTN: Tak Ada Uang Nasabah yang Raib

5 hari lalu

Didemo Nasabah, BTN: Tak Ada Uang Nasabah yang Raib

PT Bank Tabungan Negara (Persero) atau BTN patuh dan taat hukum yang berlaku di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Pinjol Ilegal Makin Marak, Satgas Pasti Beberkan Tiga Pemicunya

5 hari lalu

Pinjol Ilegal Makin Marak, Satgas Pasti Beberkan Tiga Pemicunya

Satgas Pasti khawatir layanan pinjaman dana online atau pinjol baik yang resmi ataupun ilegal berkembang dan digemari masyarakat. Kenapa?

Baca Selengkapnya