Tantangan Kabinet Jokowi Jilid II, Indef: Indonesia Kekurangan Petani Milenial

Sabtu, 26 Oktober 2019 18:25 WIB

Sejumlah petani memanen daun bawang di area pertanian Kertasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis, 18 Juli 2019. Area ini mengalami fenomena embun es. ANTARA/Novrian Arbi

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance atau Indef, Rusli Abdullah, mengatakan pemerintah perlu menggeber regenerasi petani agar kinerja pertanian dalam negeri membaik. Menyitir data sensus pertanian 2013, ia menilai saat ini jumlah petani milenial tergolong rendah.

“Jumlah petani di bawah usia 35 tahun hanya 12 persen,” ujar Rusli dalam diskusi online Indef bertajuk 'Kabinet Menteri Ekonomi Jilid II: Tantangan dan Harapan’ yang digelar pada Sabtu, 26 Oktober 2019.

Profesi petani sampai sekarang masih didominasi oleh penduduk usia 45 tahun ke atas. Indef mencatat, jumlah petani di atas usia 45 tahun mencapai 60 persen. Dari total 26 juta petani di Indonesia, jumlah petani di atas 45 tahun menyentuh angka 15,8 juta jiwa.

Sedangkan petani di bawah 35 tahun hanya berjumlah 3,3 juta jiwa. Adapun petani dengan rentang usia 35 hingga 45 tahun cuma terdata sebanyak 6,8 juta jiwa.

Rusli mengatakan regenerasi petani menjadi tantangan bagi Kementerian Pertanian di Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024. Menurut dia, regenerasi perlu dilakukan untuk mencegah adanya kelangkaan sumber daya manusia petani yang berakibat pada tingginya upah di sektor pertanian.

Untuk menggeber regenerasi, kata dia, pemerintah perlu lebih dulu melakukan reformasi di bidang pertanian. Misalnya dengan memanfaatkan transformasi teknologi.

"Generasi milenial sangat konsen atau suka apabila ada hal-hal yang berbau teknologi informasi. Penggunaan teknologi informasi bisa menjadi salah satu penarik milenial untuk bertani,” ucapnya. Selain itu, pemerintah perlu mengkaji ulang mekanisme pertanian.

Tak hanya menyoroti ihwal SDM pertanian, Rusli menyatakan Kementerian Pertanian ke depan memiliki lima tantangan lainnya. Di antaranya memperbaiki data pangan, mengantisipasi perubahan iklim, melakukan konsolidasi antar-kementerian terkait, menggeser permintaan pangan dari karbohidrat ke protein, dan melakukan konsolidasi terkait pengelolaan lahan.

Berita terkait

Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

1 hari lalu

Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

Program ini berupaya membangun 'Green Movement' dengan memperbanyak amal usaha Muhammadiyah untuk mulai memilah dan memilih sumber energi bersih di masing-masing bidang usaha.

Baca Selengkapnya

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

4 hari lalu

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

Suhu panas yang dirasakan belakangan ini menegaskan tren kenaikan suhu udara yang telah terjadi di Indonesia. Begini data dari BMKG

Baca Selengkapnya

Mengapa Beras Tetap Mahal saat Harga Gabah Terpuruk? Ini Penjelasan Bulog

5 hari lalu

Mengapa Beras Tetap Mahal saat Harga Gabah Terpuruk? Ini Penjelasan Bulog

Diretur Utama Bulog, Bayu Krisnamurthi menjelaskan penyebab masih tingginya harga beras meskipun harga gabah di petani murah.

Baca Selengkapnya

Jepang Kucurkan Bantuan untuk Petani Skala Kecil di Papua

5 hari lalu

Jepang Kucurkan Bantuan untuk Petani Skala Kecil di Papua

Bantuan Jepang ini ditujukan untuk meningkatkan kehidupan petani skala kecil dan usaha perikanan di Papua

Baca Selengkapnya

Harga Jagung Anjlok karena Panen Raya, Jokowi: Kurang Baik untuk Petani

5 hari lalu

Harga Jagung Anjlok karena Panen Raya, Jokowi: Kurang Baik untuk Petani

Jokowi mengatakan panen raya jagung terjadi mulai dari Sumbawa Barat, Dompu, hingga Gorontalo.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

6 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

7 hari lalu

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.

Baca Selengkapnya

PLN Nyalakan Listrik Sektor Agrikultur Kabupaten Sragen, Sasar 499 Petani

7 hari lalu

PLN Nyalakan Listrik Sektor Agrikultur Kabupaten Sragen, Sasar 499 Petani

PLN Unit Induk Distribusi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta menyalakan listrik di sektor agrikultur wilayah Kabupaten Sragen.

Baca Selengkapnya

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

8 hari lalu

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

8 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya