Ancaman Resesi Global, Indef Sarankan Jokowi Lakukan Tiga Hal Ini

Senin, 9 September 2019 10:09 WIB

Mesin menghitung mata uang dolar di money changer. Mata uang Indonesia terus melemah akibat krisis global. Jakarta, 25 Agustus 2015. TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom senior dari Institute for Development of Economics and Finance atau Indef, Fadhil Hasan, meminta pemerintah menyiapkan langkah-langkah konkrit untuk mengantisipasi ancaman resesi ekonomi global. “Indonesia seharusnya sedia payung sebelum hujan,” kata dia dalam diskusi INDEF di Jakarta, Minggu, 8 September 2019.

Peringatan resesi ini sebelumnya telah disampaikan oleh Direktur Bank Dunia untuk Indonesia, Rodrigo A. Chaves, saat menemui Presiden Joko Widodo atau Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta.

Dalam pertemuan tersebut, ia mengingatkan pemerintah tentang pelemahan ekonomi global. "Risiko resesi pada ekonomi global meningkat, ada juga beberapa poin yang perlu diwaspadai pada situasi geopolitik saat ini. Indonesia perlu terus memonitor dan menyiapkan langkah," katanya, Senin, 2 September 2019.

Untuk itulah, Fadhil menyebut ada beberapa upaya yang bisa dilakukan pemerintah. Pertama, melakukan reformasi struktural secara lebih fundamental. Beberapa di antaranya seperti relaksasi perizinan Investasi Asing Langsung atau Foreign Direct Investment (FDI) maupun aturan pemerintah daerah yang memberatkan.

Kedua, kata Fadhil, pemerintah bisa melanjutkan pembangunan infrastruktur secara lebih terarah dan terencana sehingga membawa dampak ekonomi lebih signifikan. Ketiga, Fadhil menyarankan pemerintah menggenjot ekspor secara habis-habisan. “Dengan menghilangkan berbagai restriksi dan promosi besar-besaran dengan target pasar yang terukur,” kata dia.

Advertising
Advertising

Lalu seperti apa prakteknya selama ini, termasuk jika dibandingkan dengan beberapa negara tetangga di ASEAN?

Pertama untuk perizinan investasi. Data Bank Dunia pada Oktober 2018 telah menunjukkan betapa lamanya proses perizinan investasi di Indonesia. Dalam laporan berjudul “Doing Business 2019”, Lembaga tersebut mencatat, butuh waktu hingga 19,6 hari untuk mengurus perizinan bisnis di Indonesia. Sementara di empat negara tetangga, Vietnam, Malaysia, Thailand, dan Singapura, prosesnya hanya memakan waktu berturut-turut, 17 hari, 13,5 hari, 4,5 hari, dan 1,5 hari.

Kedua untuk pembangunan infrastruktur. World Economic Forum pada bulan yang sama juga merilis laporan berjudul “The Global Competitiveness Report 2018”, kualitas infrastruktur Indonesia masih kalah dibandingkan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. Indonesia berada di peringkat 71 dari 140 negara. Sementara, Singapura berada di peringkat 1, Malaysia peringkat 32, dan Thailand peringkat 60.

Laporan ini memuat 12 indikator kualitas infrastruktur. Dari keseluruhan indikator tersebut, Indonesia memiliki catatan paling buruk pada indek konektivitas jalan, yang hanya berada di peringkat 120 dari 140 negara. Indonesia lebih buruk ketimbang Thailand yang berada di peringkat 55, namun lebih unggul dibandingkan Malaysia di peringkat 128.

Ketiga untuk ekspor. Sekretariat ASEAN juga telah menerbitkan ASEAN Economic Integration Brief pada Juni 2019. Dalam laporan singkat ini, total perdagangan barang Indonesia sepanjang 2018 tercatat mencapai US$ 180 miliar. Sekali lagi, Indonesia kalah dibandingkan Singapura, Malaysia, Vietnam, dan Thailand yang masing-masing sebesar US$ 411 miliar, US$ 247 miliiar, US$ 242 miliar, dan US$ 241 miliar.

Berita terkait

Indef Minta Pemerintah Antisipasi Penurunan Konsumsi pada Triwulan II

3 menit lalu

Indef Minta Pemerintah Antisipasi Penurunan Konsumsi pada Triwulan II

Pemerintah diminta untuk mengantisipasi potensi menurunnya kinerja konsumsi rumah tangga terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II 2024.

Baca Selengkapnya

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

15 hari lalu

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Meski tidak bersinggungan secara langsung dengan komoditas pangan Indonesia, namun konflik Iran-Israel bisa menggoncang logistik dunia.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

16 hari lalu

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

Di tengah konflik Iran-Israel, pemerintah mesti memprioritaskan anggaran yang bisa membangkitkan sektor bisnis lebih produktif.

Baca Selengkapnya

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

47 hari lalu

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

Ekonom Indef, Didin S. Damanhuri sangat prihatin atas dugaan korupsi yang terendus di lingkaran LPEI. Padahal, kata dia, ekspor adalah andalan pemerintahan Jokowi

Baca Selengkapnya

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

47 hari lalu

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

Kebijakan PPN di Tanah Air diatur dalam Undang-Undang-undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP).

Baca Selengkapnya

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

48 hari lalu

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment Indef Ahmad Heri Firdaus membandingkan besaran tarif PPN di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

48 hari lalu

Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

Indef menyatakan penjual akan reaktif terhadap kenaikan PPN.

Baca Selengkapnya

Bos BRI Beberkan Dampak Resesi di Jepang dan Inggris ke Indonesia

48 hari lalu

Bos BRI Beberkan Dampak Resesi di Jepang dan Inggris ke Indonesia

Dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR hari ini, Dirut BRI Sunarso membeberkan dampak resesi di Jepang dan Inggris ke perekonomian Indonesia.

Baca Selengkapnya

PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

48 hari lalu

PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

Indef membeberkan dampak kenaikan pajak pertabambahan nilai atau PPN menjadi 12 persen.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ungkap Kriteria Ideal Menkeu Pengganti Sri Mulyani: Tidak Yes Man

7 Maret 2024

Ekonom Ungkap Kriteria Ideal Menkeu Pengganti Sri Mulyani: Tidak Yes Man

Direktur Eksekutif Indef Esther Sri Astuti mengungkapkan kriteria ideal Menkeu seperti apa yang dibutuhkan oleh Indonesia di masa mendatang.

Baca Selengkapnya