Catatan Penting Soal Mobil Esemka setelah Diresmikan Jokowi
Reporter
Antara
Editor
Elik Susanto
Sabtu, 7 September 2019 00:54 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat ekonomi Hisar Sirait berharap mobil Esemka yang diresmikan Presiden Joko Widodo jangan sampai mengulangi kesalahan proyek mobil nasional di era Orde Baru. Proyek mobil nasional waktu itu mengalami kegagalan.
"Bicara mengenai industri otomotif, sebetulnya banyak faktor keterkaitannya, antara lain faktor komitmen penuh pemerintah untuk memberikan banyak hal terkait dengan pengembangan industri mobil. Proyek mobil nasional pertama yang gagal pada beberapa dekade lalu karena menjalankan komitmen secara setengah-setengah alias parsial," kata Hisar Sirait, Jumat, 6 September 2019.
Ekonom yang juga Rektor Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie tersebut menjelaskan, industri otomotif harus terintegrasi penuh atau fully integrated, integrasi sempurna untuk pengembangan sebuah industri mobil. Ini sangat dibutuhkan karena pabrik mobil merupakan industri otomotif yang tidak hanya dibangun secara parsial.
Kalau Indonesia mau mengembangkan dan memperkuat industri mobil secara mandiri, menurut Hisar Sirait, harus ada teknologinya, melibatkan industri karet untuk menghasilkan bannya dan berbagai macam industri yang berkaitan dengan otomotif. Faktor berikutnya yakni daya saing dari produk yang dihasilkan.
Hisar Sirait menambahkan, proyek mobil nasional di era Orde Baru hanya berpikir output oriented atau yang penting ada dulu. Tidak memikirkan secara panjang mengenai daya saing dari produk yang dihasilkannya. "Jangan sampai mobil Esemka juga menjadi korban dari pandangan output oriented. Gagal karena tidak melihat keberlanjutan dari mobil nasional itu."
Pemerintah Cina berani....
<!--more-->
Kesalahan lainnya, kata dia, proyek mobil nasional sebelumnya adalah rantai pasokan produksi yang sangat lemah. Yaitu minimnya integrasi jaringan pasokan yang mendukung lini produksi proyek mobil nasional waktu itu.
Menurut Hisar Sirait, tak kalah penting yang perlu diperhatikan yakni infrastruktur pendukung industri otomotif. Infrastruktur paling utama adalah terkait dengan teknologi.
"Dulu hanya bicara teknologi mobil nasional pertama menggunakan teknologi dari Korea Selatan. Sampai sebatas ini masih dianggap wajar karena Cina pun dulu saat mengembangkan industri otomotifnya melakukan hal yang sama," ujarnya.
Hisar Sirait menegaskan, komitmen peta jalan juga harus jelas. Pemerintah Cina berani menyatakan mengakuisisi teknologi otomotif Jerman. Tapi Indonesia tidak melakukan hal itu dalam proyek mobil nasional pertamanya. "Anggaplah dalam lima tahun mendatang Esemka sudah bisa bersaing merek mobil tertentu atau sudah memiliki teknologi seperti yang diharapkan. Ini yang namanya peta jalan."
Mestinya, kata Hisar Sirait, pemerintah Indonesia sekarang harusnya bisa buka-bukaan mengenai teknologi yang digunakan dalam Esemka. "Jangan malu untuk menyatakan bahwa kita mengadopsi dan belajar teknologi otomotif dari Cina. Karena teknologi Cina saat ini sama bagusnya dengan teknologi otomotif dari negara lain. Jangan sampai masyarakat nanti kecewa dengan Esemka dengan sikap ketertutupan pemerintah dalam hal ini," kata Hisar Sirait.
Mobil Esemka secara resmi diluncurkan Presiden Joko Widodo pada Jumat, 6 September 2019. Presiden meresmikan fasilitas produksi otomotif PT Solo Manufaktur Kreasi (Esemka) di Desa Demangan, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
Direktur Utama PT Solo Manufaktur Kreasi Edi Wirajaya mengatakan, dua mobil Esemka jenis pick up atau mobil niaga diluncurkan yaitu Bima 1.2 dan Bima 1.3.
Truk ringan ini hadir dengan kabin yang lega serta ruang kargo yang luas cocok untuk muatan barang. Dilengkapi dengan mesin 1.3 L DOHC 16 v yang tangguh dan bertenaga, Esemka diklaim tangguh dengn harga yang terjangkau.