BI: Kita Hadapi Kematian Globalisasi dan Kebangkitan Digitalisasi

Kamis, 29 Agustus 2019 11:23 WIB

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan sambutan dalam konferensi internasional Bulletin of Monetary Economics and Banking (BMEB) ke-13 di Bali, Kamis, 29 Agustus 2019. Istimewa

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia atau BI Perry Warjiyo mengatakan sejumlah perubahan terjadi di dunia pasca krisis global yang terjadi beberapa tahun lalu. Salah satunya yaitu pergeseran tren dari globalisasi menuju digitalisasi, yang membuat para pengambil kebijakan berbagai terus berpikir untuk merespons perubahan tersebut.

“Kita menghadapi kematian globalisasi dan kebangkitan digitalisasi,” kata Perry saat memberikan sambutan dalam Konferensi Internasional Bulletin of Monetary Economics and Banking (BMEB) ke-13 di Bali, Kamis, 29 Agustus 2019.

Menurut dia, ada empat karakteristik yang menandakan kematian dari globalisasi dan kebangkitan dari digitalisasi ini. Pertama yaitu meningkatnya sentimen anti global trade atau anti perdagangan global. Salah satunya dengan perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina. Sehingga, kata Perry, sejumlah ekonom memperkirakan Amerika akan jatuh ke jurang resesi ekonomi pada 2021 jika perang dagang berlanjut.

Kondisi ini berbeda dengan masa lalu, saat perdagangan global menjadi cara bagi negara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi mereka. Sementara ini, sejumlah negara cenderung lebih mengandalkan kekuatan internal mereka dalam perdagangan global. Oleh sebab itu, Perry lalu bertanya kepada para peserta yang hadir, “Apakah masih ada ruang bagi perdagangan global untuk kembali pada titik keseimbangan?”

Kedua yaitu memunculkan resiko-resiko lain yang mempengaruhi aliran arus modal antar negara. Dahulu, aliran arus modal ini lebih banyak dipengaruhi oleh perbedaan nilai tukar antar negara alias interest rate parity. Kini, arus modal tak lagi hanya dipengaruhi oleh nilai tukar tersebut, tapi banyak resiko lain, seperti stabilitas ekonomi dan kondisi politik di sebuah negara.

Apalagi, kata Perry, arus modal menjadi semakin bergejolak pasca taper tantrum yang dihasilkan dari kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve atau The Fed, pada 2013.

Ketiga, berkurangnya efek dari kebijakan moneter seperti penyesuaian suku bunga untuk menciptakan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju. Di beberapa negara maju, kata dia, suku bunga bisa mencapai 0 persen, namun tetap kurang ampuh menjaga stabilitas harga, bahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan begitu, kata dia, bank sentral seharusnya bisa melengkapi lagi dengan kebijakan lain, seperti kebijakan stabilitas uang yang beredar.

Keempat, meningkatnya digitalisasi, terutama di sektor keuangan. Dahulu, hanya ada perbankan dan lembaga keuangan lainnya yang menyalurkan pinjaman, kredit, hingga layanan jasa pengelolaan aset. Tapi kini, peran itu perlahan mulai hilang digantikan oleh financial technology atau fintech. “Ini the rise of fintech,” kata dia.

Di antaranya yaitu mulai dari fintech biasa, peer-to-peer lending atau pengelolaan aset. Bahkan di pasar modal pun, proses trading sudah mulai dilakukan dengan mesin dan kecerdasan artifisial atau Artificial Intelligence (AI), bukan lagi manusia. Untuk itu, ujar dia, perlu ada pemikiran secara terus menerus untuk menghadapi situasi ini. “Bagaimana kita menjelaskan peran dari bank sentral dalam situasi ini,” kata Gubernur BI tersebut.

FAJAR PEBRIANTO

Berita terkait

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

3 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

4 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

4 hari lalu

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

Menkeu Sri Mulyani mengatakan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia pada kuartal pertama tahun 2024 masih terjaga.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

8 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

9 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

12 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

12 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya

Gubernur BI Prediksi Suku Bunga The Fed Turun per Desember 2024: Bisa Mundur ke 2025

12 hari lalu

Gubernur BI Prediksi Suku Bunga The Fed Turun per Desember 2024: Bisa Mundur ke 2025

Gubernur Bank Indonesia atau BI Perry Warjiyo membeberkan asumsi arah penurunan suku bunga acuan The Fed atau Fed Fund Rate (FFR).

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

13 hari lalu

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

Bank Indonesia prediksi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Masih berdaya di tengah gejolak global.

Baca Selengkapnya

BI Naikkan Suku Bunga Acuan, Bank Mandiri: Penting di Tengah Ketidakpastian dan Fluktuasi Global

13 hari lalu

BI Naikkan Suku Bunga Acuan, Bank Mandiri: Penting di Tengah Ketidakpastian dan Fluktuasi Global

Bank Mandiri merespons soal kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI).

Baca Selengkapnya