Ibu Kota Baru Diumumkan, REI: Harga Properti Akan Naik Bertahap
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Rabu, 28 Agustus 2019 13:16 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal DPP Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) Paulus Totok Lusida berharap aktivitas penetapan ibu kota baru bisa memberi gairah kembali kepada bisnis properti di sekitar Kalimantan Timur. "Kan Kalimantan sedang lesu nih, batubara, kelapa sawit itu lesu semua, nah kami harapkan meningkat dengan adanya ini," ujar Totok melalui sambungan telepon, Selasa, 27 Agustus 2019.
Belakangan, Totok melihat harga tanah di sekitar lokasi rencana Ibu Kota Baru memang sudah mulai meningkat. Apalagi, lokasi itu juga sudah ditunjang oleh bandar udara, misalnya dari Samarinda. "Kami mengikuti pemerintah, tapi analisa market sih pasti meningkat."
Walau, Totok memprediksi pemindahan Ibu Kota itu tidak bakal terealisasi secepat yang diperkirakan orang-orang. Pemindahan itu diprediksi memakan waktu hingga sepuluh tahun hingga ke tahap sempurna. Seiring dengan itu pasar kemungkinan akan mengerek harga properti di sekitar naik secara bertahap.
Totok berujar sejauh ini belum banyak pengembang yang memiliki lahan persis di sekitar lokasi pemindahan Ibu Kota baru. Sebab, lahan itu masih didominasi perkebunan dan tambang batubara. Yang pasti, ia mengatakan rencana tersebut sudah membangun kembali gairah pelaku pasar.
"Mereka kan pasti melihat dulu karena ini masih rencana. Kalau meningkat 10 persen ada lah harganya. Tapi totalnya berapa kami masih melihat perkembangan," kata Totok.
Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah mengumumkan bahwa ibu kota negara Republik Indonesia akan dipindahkan dari Jakarta ke sebagian wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara.
"Lokasi ibu kota baru yang paling ideal adalah di sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian Kutai Kartanegara karena sudah punya infrastruktur yang relatif lengkap dan pemerintah punya lahan seluas 180 ribu hektare," kata Jokowi, Senin, 26 Agustus 2019. Selain itu, menurut Presiden, pemerintah memilih kedua daerah itu sebagai lokasi ibu kota yang baru karena risiko bencana minim.