Luhut Pandjaitan Tepis Kabar Cina Dominasi RI dalam Perekonomian

Reporter

Eko Wahyudi

Selasa, 27 Agustus 2019 12:51 WIB

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan rangkuman hasil pertemuan G20 di kantornya, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa, 2 Juli 2019. TEMPO/Francisca Christy Rosana

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Pandjaitan menepis kabar Cina sering mendominasi Indonesia dalam perekonomian. Ia mengatakan, untuk investasi, Indonesia tidak bisa didikte oleh negara lain karena telah mempunyai aturan yang tegas dan tidak ada pengecualian dalam pelaksanaannya.

"Kita katanya akan dikontrol oleh Cina, itu semuanya tidak benar. Karena kita punya empat rule of thumb yang kita buat, untuk semua negara yang mau investasi di Indonesia," kata dia saat Orientasi dan Pemantapan Nilai-nilai Kebangsaan bagi Anggota DPR RI dan DPD RI periode 2019-2024 di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Senin, 26 Agustus 2019.

Dia mengatakan, semua negara tanpa pengecualian yang akan investasi harus mengikuti empat rule of thumb yang sudah ditetapkan. Pertama, ia mengungkapkan, investor harus membawa teknologi nomor wahid yang mengedepankan aspek lingkungan.

"Tidak boleh teknologi yang second class. Supaya apa? Masalah lingkungan. Karena kita tidak mau masalah lingkungan jadi kacau karena investasi," ujarnya.

Kedua, para investor harus menggunakan tenaga kerja lokal kedua mereka harus menggunakan tenaga kerja lokal. Dia menuturkan investor untuk dapat mendidik tenaga kerja lokal dengan membentuk Politeknik sebagai lembaga pelatihan. Sehingga mereka dapat menjadi sumber daya manusia yang dapat dimanfaatkan.

"Seperti di Morowali sekarang Politeknik menerima 600 mahasiswa per tahun, dan ini tahun keempat dan mulai menggantikan tenaga-tenaga asing yang berasal dari Cina," ujarnya.

Ketiga, dia mengungkapkan bahwa investor harus mau teknologi transfer,
karena itu merupakan faktor penting dalam investasi. Ia menambahkan, bantuan pengembangan kapasitas masyarakat sekitar tidak kalah pentingnya. Menurutnya, sudah berpuluh-puluh tahun ke belakang para investor tidak ada yang melakukan.

Kemudian yang terakhir adalah nilai tambah industri. Dia mengatakan, bahwa Indonesia akan memprioritaskan investor yang mau turut membantu dalam memberikan nilai tambah dari mengelola rich raw atau sumber daya mineral.

Ia menjelaskan, transfer teknologi dapat meningkatkan dari nilai bahan mentah menjadi naik berkali-kali lipat jika sudah diolah. Dia menjelaskan sebelumnya Indonesia hanya bisa mengekspor bahan-bahan mineral mentah yang nilainya tidak begitu menarik jika dibandingkan sudah diolah.

"Sekarang kita sudah bisa diekstrak cobalt dari low grade nikel, dan cobalt ini bahan utama untuk membuat litium baterai dan sekarang kita mamu memutuskan untuk menghentikan ekspor dari raw material nikel itu," ucapnya.

Luhut Pandjaitan menegaskan bahwa siap menerima investor dari negara manapun, seperti, Cina, Amerika Serikat, Kanada dan negara-negara lainnya untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi Indonesia.

EKO WAHYUDI

Berita terkait

Wamen BUMN Sebut Freeport Bisa Produksi 50 Ton Emas Batangan per Tahun: Mulai Mei di Manyar

1 jam lalu

Wamen BUMN Sebut Freeport Bisa Produksi 50 Ton Emas Batangan per Tahun: Mulai Mei di Manyar

Wamen BUMN Kartika Wirjoatmodjo menargetkan Indonesia mulai bulan ini bakal memproduksi emas batangan secara mandiri hingga 50 ton per tahun.

Baca Selengkapnya

Startup Runchise Kumpulkan Modal Segar Rp 16 Miliar, Akan Digunakan untuk Apa Saja?

3 jam lalu

Startup Runchise Kumpulkan Modal Segar Rp 16 Miliar, Akan Digunakan untuk Apa Saja?

Startup manajemen restoran dan waralaba kuliner dalam negeri, Runchise, memperoleh pendanaan segar sebesar US$1 juta atau sekitar Rp 16 miliar.

Baca Selengkapnya

Ini Alasan Investasi Reksa Dana Saham Tidak Direkomendasikan

4 jam lalu

Ini Alasan Investasi Reksa Dana Saham Tidak Direkomendasikan

Tren harga beberapa saham besar menurun, investasi di reksa dana saham pun terdampak.

Baca Selengkapnya

Jangan Coba Kasih Tip ke Staf Hotel atau Restoran di Dua Negara Ini, Bisa Dianggap Tak Sopan

4 jam lalu

Jangan Coba Kasih Tip ke Staf Hotel atau Restoran di Dua Negara Ini, Bisa Dianggap Tak Sopan

Layanan kepada pelanggan di restoran dipandang sebagai bagian dari makanan yang telah dibayar, jadi tak mengharapkan tip.

Baca Selengkapnya

Puluhan Emak-emak di Depok Kena Modus Investasi Emas Bodong, Kerugian Capai Rp 6 Miliar

5 jam lalu

Puluhan Emak-emak di Depok Kena Modus Investasi Emas Bodong, Kerugian Capai Rp 6 Miliar

Puluhan emak-emak di Depok menjadi korban penipuan berkedok investasi emas bodong. Kerugian mencapai Rp 6 miliar.

Baca Selengkapnya

Tahun Ini, Investasi di Solo Raya Ditargetkan Tembus Rp 12 Triliun

5 jam lalu

Tahun Ini, Investasi di Solo Raya Ditargetkan Tembus Rp 12 Triliun

Deputi BKPM Nurul Ichwan berharap percepatan pencapaian realisasi investasi pada 2024 bakal menguatkan kolaborasi antardaerah.

Baca Selengkapnya

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

8 jam lalu

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

Kanselir Jerman Olaf Scholz meminta Cina memainkan peran lebih besar dalam membantu negara-negara miskin yang terjebak utang.

Baca Selengkapnya

Jelang Singapore International Water Week, Kadin: Masih Banyak Populasi di RI yang Tak Punya Akses Air Bersih

23 jam lalu

Jelang Singapore International Water Week, Kadin: Masih Banyak Populasi di RI yang Tak Punya Akses Air Bersih

Kadin menggelar panel diskusi sebagai rangkaian dari SIWW 2024. Akses terhadap air bersih masih menjadi tantangan sejumlah wilayah di Indonesia.

Baca Selengkapnya

BRI Danareksa dan Succor AM Jalin Kerja Sama, Bidik Kenaikan AUM 50 Persen

1 hari lalu

BRI Danareksa dan Succor AM Jalin Kerja Sama, Bidik Kenaikan AUM 50 Persen

Sucor Aset Management menjalin kerja sama dengan BRI Danareksa Sekuritas untuk distribusi produk investasi reksa dana. Seperti apa targetnya tahun ini

Baca Selengkapnya

CIMB Niaga Gandeng Principal Indonesia, Luncurkan Reksa Dana Syariah Berdenominasi Dolar AS

1 hari lalu

CIMB Niaga Gandeng Principal Indonesia, Luncurkan Reksa Dana Syariah Berdenominasi Dolar AS

Bank CIMB Niaga bekerja sama dengan Principal Indonesia untuk meluncurkan Reksa Dana Syariah Principal Islamic ASEAN Equity Syariah.

Baca Selengkapnya