Perbankan Diminta Segera Menurunkan Suku Bunga Kredit

Sabtu, 24 Agustus 2019 17:20 WIB

Gubernur BI Perry Warjiyo (dua dari kiri) bersama jajarannya memberikan keterangan kepada wartawan saat Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia di Jakarta, Rabu, 15 Agustus 2018. BI juga menaikkan suku bunga deposit facility 25 bps menjadi 4,75 persen dan suku bunga lending facility 25 bps menjadi 6,25 persen. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Chief Economist PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Winang Budoyo berharap penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia menjadi 5,50 persen segera diikuti pelaku industri perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit dan deposito.

“Kami memandang penurunan suku bunga acuan BI yang untuk kedua kalinya ini memang dibutuhkan sebagai bold statement BI bahwa suku bunga di Indonesia memang sudah dalam tren yang menurun, sehingga bank-bank akan mengikuti dengan menurunkan suku bunganya,” kata Winang, sepeprti disampaikan dalam analisisnya yang diterima Bisnis, Sabtu 24 Agustus 2019.

Dia mengatakan sepanjang bulan Juli 2019, suku bunga deposito memang sudah turun tapi hanya 3 basis points (bps) menjadi 6,66 persen. Dengan adanya bold statement tersebut, maka penurunan suku bunga deposito akan dapat lebih besar lagi.

“Dengan kondisi ini kami memandang bahwa penurunan 1-2 kali lagi pada 2019 masih dimungkinkan dan akan dapat semakin mendorong bank untuk menurunkan suku bunga,” lanjutnya.

Seperti diketahui, ini adalah kali keduanya BI menurunkan suku bunga acuan (BI 7 Days Reverse Repo Rate/BI7DRRR) pada 2019 setelah yang pertama kalinya pada Juli 2019.

Advertising
Advertising

Pengambilan keputusan itu dilandasi tiga hal, yakni inflasi yang tetap rendah dan diperkirakan akan berada di bawah titik tengah sasaran (sasaran inflasi BI tahun 2019 yakni 3,5 persen +/- 1 persen), tetap menariknya imbal hasil investasi aset keuangan domestik, dan langkah pre-emptive untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Dari sisi global, BI memandang bahwa pelemahan ekonomi dunia terus berlanjut dan merevisi ke bawah pertumbuhan ekonomi dunia untuk tahun 2019 dan 2020 dengan pengecualian ekonomi AS. Perang dagang antara As dan Tiongkok masih berlanjut dengan ekskalassi yang meningkat. Dengan kedua asumsi ini, BI memperkirakan suku bunga acuan the Fed hanya akan diturunkan sebanyak 1 kali untuk masing-masing tahun 2019 dan 2020.

Walau begitu, BI tidak mengesampingkan munculnya down-side risks atas asumsi-asumsi di mana total tarif (25 persen dan 10 persen) sudah dikenakan oleh AS kepada barang impor dari Tiongkok, yang mendorong ke bawah pertumbuhan ekonomi global. Dalam skenario ini, BI memperkirakan Federal Fund Rate (FFR) bisa turun sebanyak 3 kali masing-masing pada 2019 dan 2020.

Ke depannya, BI menyebutkan akan melanjutkan bauran kebijakan moneter yang akomodatif yang dapat dilakukan dengan pilihan kebijakan makroprudensial, giro wajib minimum (GWM), atau suku bunga acuan.

Berita terkait

Rupiah Ditutup Melemah 20 Poin Jadi Rp 16.046 per Dolar AS

2 jam lalu

Rupiah Ditutup Melemah 20 Poin Jadi Rp 16.046 per Dolar AS

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (dolar AS) yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa melemah 20 poin.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

1 hari lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat dalam penutupan perdagangan hari ini ke level Rp 16.025 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

1 hari lalu

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

Wamenkeu Suahasil Nazara menyoroti tiga faktor yang menjadi perhatian dalam perekonomian Indonesia saat ini. Mulai dari suku bunga yang tinggi, harga komoditas, hingga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

4 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

4 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

4 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

5 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

5 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

6 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

7 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya