Kerja Sama dengan Mahata, Garuda Akui Tergiur Zero Investasi
Reporter
Francisca Christy Rosana
Editor
Kodrat Setiawan
Sabtu, 27 Juli 2019 19:35 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Manajemen PT Garuda Indonesia blak-blakan ihwal alasannya menjalin kerja sama dengan PT Mahata Aero Teknologi Persero. Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Fuad Rizal menyatakan pihaknya tergiur dengan model bisnis pengadaan Wi-Fi dan layanan hiburan yang tak mengeluarkan investasi atau zero investment.
"Saat ada tawaran bisnis model yang kita enggak bayar, malah dapat pendapatan, kenapa enggak?" ujar Fuad di kantor Garuda Indonesia, kompleks Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Jumat, 26 Juli 2019.
Mahata merupakan perusahaan rintisan yang baru berdiri pada 2017. Perusahaan tersebut menjual jasa paket penyediaan Internet dan layanan hiburan untuk maskapai.
Anak usaha Garuda Indonesia Group, Citilink Indonesia, mulai menjalin bisnis kerja sama dengan Mahata pada Oktober 2018. Dengan kerja sama tersebut, Garuda tak perlu mengeluarkan biaya pemasangan dan konektivitas Internet di dalam pesawat.
Fuad mengatakan maskapainya malah bakal memperoleh komitmen pemasukan tambahan di luar tiket pesawat alias ancillary revenue.
Garuda saat itu memang tengah mengejar pendapatan di luar tiket dan penyediaan layanan untuk pelanggan.
Menurut Fuad, ketimbang maskapai lain, dari sisi komposisi pemeringkatan ancillary, maskapainya tertinggal cukup jauh. "Airliness lain (komposisi pendapatan ancillary di luar tiket) 10-15 persen, sedangkan Garuda hanya sekitar 5 persen," ucapnya.
Atas alasan itu, Garuda lalu meneken kontrak dengan Mahata. Menurut catatan kontrak Garuda dan Mahata, kerja sama itu membuahkan pendapatan dalam bentuk piutang senilai US$ 239,9 juta atau sekitar Rp 3,47 triliun dengan hitungan kurs Rp 14.481 yang berlaku pada saat itu.
Fuad menjelaskan, sebelumnya untuk menyediakan Wi-Fi di dalam maskapai, perusahaan mesti membayar mahal. "Wi-Fi di Garuda waktu itu berbayar dan cukup mahal karena kita disuplai Panasonic dan posisinya sebagai customer," ucapnya.
Kerja sama ini ternyata berbuntut masalah. Musababnya, Garuda mencatatkan pendapatan piutang dalam bentuk laba perusahaan untuk pembukuan tahun 2018. Atas piutang itu, Garuda Indonesia mengklaim untung US$ 5,01 juta. Maskapai kemudian dinyatakan bersalah dan diganjar denda serta kewajiban menyajikan penyajian laporan keuangan pada 2018 kembali oleh Bursa Efek Indonesia, Kementerian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan, dan Badan Pemeriksa Keuangan.
Dalam laporan barunya, Garuda Indonesia ternyata mencatatkan rugi US$ 175,02 triliun setelah piutang Mahata tidak dicantumkan dalam pendapatan. Garuda Indonesia juga diminta memutus kerja samanya dengan Mahata.
"Ihwal putusan BPK soal kerja sama, Citilink Indonesia selaku anak usaha Garuda Indonesia atau pihak yang berkontrak telah mengirimkan surat kepada pihak Mahata Aero Teknologi," ujar Fuad.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA