Cina Buka Peluang Investasi Asing di Sektor Keuangan
Reporter
Bisnis.com
Editor
Martha Warta Silaban
Minggu, 21 Juli 2019 18:46 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -Cina membuka kesempatan untuk menarik lebih banyak investasi asing pada sektor keuangannya dalam upaya pemerintah untuk meredam risiko yang meningkat serta tantangan yang dihadapi industri.
Bank Sentral China atau BOC menyampaikan bahwa investor asing dapat mengambil saham atau mengendalikan entitas termasuk unit manajemen kekayaan atau wealth management dari pemberi pinjaman komersial, manajer dana pensiun dan broker mata uang.
Kebijakan tersebut disampaikan setelah pertemuan tingkat tinggi yang dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri China Liu He, Jumat, 19 Juli 2019. Para pembuat kebijakan membahas langkah-langkah yang ditujukan untuk melawan peningkatan risiko dan tantangan yang dihadapi industri senilai US$44 triliun tersebut.
Cina, yang kerap dikritik oleh Presiden AS Donald Trump sebagai satu-satunya penerima manfaat dari perdagangan global, menindaklanjuti janjinya untuk menyambut lebih banyak persaingan dari luar negeri di sektor keuangan.
Ukuran industri Cina yang besar membuatnya menarik, di mana dengan meraih pangsa besar satu digit saja sudah cukup untuk memberikan profit yang besar.
"Namun perusahaan global yang berminat masuk ke pasar Cina harus menghadapi lingkungan di mana regulasi industri keuangan masih buram dan dikendalikan oleh negara," seperti dikutip melalui Bloomberg, Minggu, 21 Juli 2019.
Pernyataan PBOC yang dirilis akhir pekan lalu juga menyoroti beberapa langkah bank sentral seperti membuka akses bagi pemeringkat kredit asing untuk menilai semua obligasi yang terdaftar di bursa dan pasar antar bank, serta mengizinkan lembaga asing menjadi penjamin emisi utama di pasar obligasi antar bank.
Cina juga akan menghapus peraturan yang mengatur batas kepemilikan asing dari perusahaan sekuritas, perusahaan dana, perusahaan asuransi jiwa dan perusahaan berjangka pada tahun 2020.
Dalam perubahan kebijakan ini juga, Cina mengizinkan perusahaan asuransi asing untuk memiliki lebih dari 25% saham di perusahaan manajemen aset asuransi Cina serta menghapus batasan operasional 30 tahun bagi perusahaan asuransi asing yang ingin masuk ke pasarnya.
Terakhir, Cina akan mengambil langkah lebih lanjut untuk memudahkan investor institusi asing berinvestasi di pasar obligasi antar bank. "Pemilik saham asing saat ini hanya memiliki 1,6% dari total aset perbankan negara dan 5,8% dari pasar asuransi," ujar Guo Shuqing, Kepala Regulator Perbankan China.
Sejauh ini, sudah ada beberapa rencana investasi yang disetujui oleh regulator antara lain UBS Group AG, Nomura Holdings Inc. dan JPMorgan Chase & Co. dalam rangka mengambil saham mayoritas pada usaha sekuritas lokal.
JPMorgan mengatakan tahun lalu pihaknya berencana untuk meningkatkan kepemilikannya menjadi 100% jika sudah ada aturan yang mengizinkan. Angka yang dirilis Cina pekan lalu menunjukkan pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di dunia melambat menjadi 6,2% pada kuartal kedua.
Berangkat dari data tersebut, Dewan Negara menyampaikan bahwa pemerintah akan menyusun langkah jangka pendek dan jangka panjang untuk memperhitungkan faktor mikro serta makro guna meningkatkan permintaan dan pertumbuhan baru.
"Masalah internasional dan domestik yang rumit menimbulkan lebih banyak tantangan untuk sekarang dan beberapa waktu ke depan," seperti dikutip melalui pernyataan Dewan Negara Cina.
Dalam pernyataan tersebut juga disebutkan bahwa pembuat kebijakan akan terus menerapkan kebijakan moneter yang prudent sambil mengadopsi penyesuaian kontra-siklus secara tepat untuk memastikan likuiditas yang memadai.
Pemerintah juga akan bekerja untuk menyelesaikan risiko likuiditas pada lembaga keuangan kecil dan menengah sambil terus menekan potensi perluasan risiko.