CEO Brompton Buka-bukaan Soal Strategi Unik Marketingnya

Reporter

Praga Utama

Kamis, 11 Juli 2019 05:35 WIB

CEO Brompton Will Butler-Adams usai bersepeda bersama ratusan pemilik Brompton di kawasan BSD, Tangerang Selatan.

TEMPO.CO, Jakarta - Merek sepeda Brompton punya strategi pemasaran yang unik. Di tangan CEO Brompton Will Butler Adams penjualan sepeda lipat itu naik 12 kali lipat itu dari 2 juta poundsterling menjadi 25 juta poundsterling. Perusahaan kecil di London, Inggris, ini bisa membuat positinioning yang kuat di kalangan penggemar sepeda meski tanpa bujet marketing gila-gilaan. Merek sepeda Brompton pun lebih kuat dibanding para rivalnya sepeda-sepeda lipat mahal seperti Bike Friday dari Amerika, Tyrell dari Jepang (keduanya dijual di kisaran Rp 30-60 juta), Alex Moulton (Rp 35 juta-Rp 340 juta) dari London.

Brompton, nyaris tanpa iklan, tapi seperti di Indonesia, brand sepeda premium dengan harga Rp 30 juta sampai Rp 80 juta ini kuat menancap di benak konsumen. Dalam tiga tahun ini sekitar 5.000 unit sepeda Brompton yang dibuat secara handmade di London itu laris manis di pasar Indonesia Kegiatan-kegiatan yang berembel-embel Brompton, seperti Maret lalu “Bromptoner Tempo Antihoax” selalu ramai diikuti peserta kelas atas. Lebih dari 650 orang ikut dalam kegiatan itu.

“Kami perusahaan kecil, kami tidak di-back up oleh venture capital raksasa,” kata CEO Brompton William David Buttler Adams membuka percakapan dalam wawancara eksklusif dengan Tempo.co 30 Juni 2019 di BSD, Tangerang Selatan.

Tapi di situlah keunikan kampanye marketing Brompton. Will Butler-Adams, master di bidang mekanik dari Newcastle University, Inggris, adalah salah satu orang penting di Brompton. Dia memanfaatkan komunitas untuk melejitkan brand Brompton. Sulit menemui seorang CEO brand ternama yang seperti Will.

Saat saya bertemu Will, terlihat orangnya sangat ramah dan penampilannya sangat mencolok atau extrovert ala anak Brompton. Dia mengenakan celana pendek katun warna biru muda, kemeja lengan panjang motif bunga-bunga kecil dan—ini yang terpenting—kaos kaki pink di atas sepatu Converse warna hitam. Keesokan harinya saat dia bersepeda mengelilingi Monumen Nasional dia menggunakan celana pendek pink!

Advertising
Advertising

Dia menyalami para pengguna Brompton yang datang padanya, dengan tanpa berjarak berswa foto secara bergiliran dengan ratusan orang. Bahkan menandatangani sepeda Brompton. Dia mirip rockstar tapi lebih ramah. Antrian tanda tangannya mengular panjang, lebih dari 60 orang. Saya pun termasuk rela berpanas-panas demi mendapatkan tanda tangan emas di sepeda saya.

Baca juga: Gowes Sepeda 20 Kilometer Bersama CEO Brompton

Acara bersepeda bersama Will Butler yang mestinya selesai pukul 10.00 pagi molor hingga pukul 13.00. “Kok mau sih Will berpanas-panas meladeni swafoto atau menandatangani sepeda. Biasanya CEO lain hanya menyediakan waktu swafoto sekadarnya?” saya bertanya. “Ini adalah bagian dari pekerjaan saya sebagai CEO.”

Community marketing, itulah salah satu kekuatan Brompton. Brand ini viral, menyebar lewat word of mouth di kalangan pesepeda. Bila Anda datang ke toko sepeda yang menjual Brompton seperti Spinwarrior di Kemang dan BSD atau One Bike Shop STC Senayan, mungkin Anda bingung mengapa sepeda berharga mahal itu laris seperti kacang goreng. Ada orang Indonesia yang sampai punya 38 Brompton seri langka CHPT 3. Dia memiliki koleksi terbanyak untuk kategori sepeda dengan harga Rp 50 jutaan itu, sehingga Davide Miller, desain CHPT 3 sekaligus pembalap tour de Franc rela datang ke Indonesia bertemu lelaki itu.

“Daripada kami menghabiskan dana 250 ribu poundsterling untuk bujet iklan, kami lebih suka menghabiskan untuk riset membuat sepeda yang lebih baik, lebih ringan,” ujar Will. Memang, bila orang sudah pernah menjajal sepeda lipat Brompton, merasakan nikmatnya, maka mereka akan melihat perbedaan kualitas dengan sepeda lipat merek lainnya. Sepeda Brompton adalah sepeda dengan pateng lipat tiga, sehingga sepeda ini terlihat ringkas, enak dibawa masuk kereta atau mobil. Belakangan teknologi lipat ini ditiru oleh pabrikan dari Indonesia maupun Taiwan.

"Brompton tak akan mati karena adanya produk tiruan. Seperti halnya Louis Vuitton tak mati karena adanya tas bajakan. Kami akan mati bila, kami tidak bisa memberikan layanan dan produk yang lebih baik," kata Will.

Will membuat orang yang membeli Brompton itu seperti bergabung dengan sebuah klub eksklusif. Karena itu Will lebih fokus menggarap marketing lewat komunitas, seperti membuat acara bersepeda bersama tapi baju peserta harus unik. Seperti yang terjadi pada 30 Juni lalu di BSD, ada yang memakai baju seragam abu-putih anak SMA, ada yang memakai baju pelayan warteg dengan dasi kupu-kupu, ada yang mirip aktor pantomim dll.

Will sebenarnya tak sengaja bertemu dengan pendiri Brompton, Andrew Ritcie. Owner brompton itu orang yang obsesif, 35 tahun tergila-gila dengan sepeda lipat yang asyik. Will bertemu dengan Andrew di bus kota. Mereka berkenalan, Will memperkenalkan diri sebagai orang yang kerja di perusahaan cat Dupont lalu bercerita tentang bisnisnya.

Andrew Ritchie pun berseru dengan gembira,”Anda adalah orang yang saya cari-cari untuk membesarkan Brompton.” Selama ini Andrew sebagai owner dan CEO membesarkan Brompton dengan cara konvensional. Semua ditangani sendiri, termasuk seluruh cek pengeluaran untuk hal kecil-kecil.

Kata Will Butler, “Perusahaan Anda tak akan bisa besar bila Anda tak bisa mendelegasikan wewenang. Berapa banyak waktu yang anda punya?”

Sementara Will Butler telah menjalankan perusahaan dengan hanya 40 orang tapi bisa menghasilkan omset US$ 4,5 juta (Rp 63,8 miliar). Itu 12 tahun saat dia bertemu Andrew. Semua dijalankan dengan mesin otomatis. Itu yang membuat Andrew kepincut dengan Will.

Sejak itulah Will Butler diminta mengelola Brompton. Pengalamannya di Dupont diterapkan di Brompton. Meski tetap handmade, tapi Will menerapkan best practice di industri otomotif ke industri sepeda. Berbeda dengan pabrikan sepeda lainnya seperti Dahon, Fnhon dan lain-lain, Brompton tak cuma membuat frame atau kerangka sepeda. Mereka memproduksi hampir 90 persen komponen sepedanya, seperti sadel, pedal dan lain-lain..

“15 persen pendapatan itu dari sepeda, 45 persen dari penjualan aksesoris. Persis seperti yang dilakukan Mercedes,” kata Will. Brompton melakukan strategi ini sehingga mereka sukses.(*)




Berita terkait

Ini Tips Jika Harus Melaporkan Barang Bawaan Saat Bepergian ke Luar Negeri

24 hari lalu

Ini Tips Jika Harus Melaporkan Barang Bawaan Saat Bepergian ke Luar Negeri

Tips bagi warga Indonesia yang akan bepergian ke luar negeri membawa barang bawaan berharga seperti diatur PMK nomor 203 2017.

Baca Selengkapnya

Barang Bawaan ke Luar Negeri Harus Dilaporkan? Ini Pengalaman Traveler yang Biasa Bawa Brompton

24 hari lalu

Barang Bawaan ke Luar Negeri Harus Dilaporkan? Ini Pengalaman Traveler yang Biasa Bawa Brompton

Simak pengalaman pesepeda yang sering bawa Brompton ke luar negeri dan melaporkan barang bawaan itu ke Bea Cukai.

Baca Selengkapnya

Tips Pilih Sepeda Sesuai Kebutuhan

10 Januari 2023

Tips Pilih Sepeda Sesuai Kebutuhan

Banyak jenis sepeda yang tersedia di pasaran sehingga bagi yang baru mau memulai hobi bersepeda mungkin sedikit bingung memilih sepeda yang tepat.

Baca Selengkapnya

Taqy Malik Menyangkal Terlibat Kasus Robot Trading Net89 Milik Reza Paten

10 November 2022

Taqy Malik Menyangkal Terlibat Kasus Robot Trading Net89 Milik Reza Paten

Youtuber Taqy Malik mengaku baru mengenal Reza Paten setelah lelang sepeda Brompton seharga Rp 777 juta.

Baca Selengkapnya

Kasus Net89, Lelang yang dilakukan Atta Halilintar dan Taqy Malik Disebut Melanggar Aturan

1 November 2022

Kasus Net89, Lelang yang dilakukan Atta Halilintar dan Taqy Malik Disebut Melanggar Aturan

Atta Halilintar dan Taqy Malik dianggap melanggar aturan soal lelang online saat menjual 2 barang berharganya kepada salah satu founder Net89.

Baca Selengkapnya

Three Peaks Challenge Diharapkan Bisa Tingkatkan Ekosistem Bersepeda di Jakarta

19 September 2022

Three Peaks Challenge Diharapkan Bisa Tingkatkan Ekosistem Bersepeda di Jakarta

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berharap agar Three Peaks Challenge yang diadakan Brompton Indonesia bisa meningkatkan ekosistem bersepeda.

Baca Selengkapnya

3 Pesepeda Lipat Indonesia Akan Berlaga di London-Edinburgh-London 2022

7 Agustus 2022

3 Pesepeda Lipat Indonesia Akan Berlaga di London-Edinburgh-London 2022

Tiga pesepeda lipat Indonesia akan berlaga di Internasional London-Edinburgh-London 2022 atau LEL 2022, ini yang diharapkan.

Baca Selengkapnya

Kelebihan Sepeda Brompton yang Harganya Kini Turun

9 Oktober 2021

Kelebihan Sepeda Brompton yang Harganya Kini Turun

Meski sudah turun, harga sepeda lipat Brompton masih selangit buat kebanyakan orang. Apa saja kelebihannya?

Baca Selengkapnya

Melakukan Hobinya, Cak Lontong Tidak Merasa Sudah Koleksi 40 Brompton

9 Oktober 2021

Melakukan Hobinya, Cak Lontong Tidak Merasa Sudah Koleksi 40 Brompton

Cak Lontong mengeluarkan kalimat perumpamaan tentang orang yang tidak merasakan dan mengakui sakit

Baca Selengkapnya

Intip Koleksi Kendaraan Tri Rismaharini, dari Pajero Sport hingga Brompton

13 September 2021

Intip Koleksi Kendaraan Tri Rismaharini, dari Pajero Sport hingga Brompton

Berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN), Tri Rismaharini memiliki harta kekayaan Rp 8.580.624.615.

Baca Selengkapnya