Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo ditemui usai salat Jumat di Masjid Kompleks Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat 22 Maret 2019. Tempo/Dias Prasongko
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menekankan pihaknya membuka lebar peluang penurunan suku bunga acuan "7-Day Reverse Repo Rate" untuk beberapa waktu ke depan, dengan mempertimbangkan meredanya tekanan eksternal dan pergerakan arus modal di neraca pembayaran.
"Kita juga sudah berikan sinyal bahwa ke depannya akan ada penurunan bunga, tinggal masalah 'timing' (waktu) di global atau eksternal, atau khususnya dampak ke neraca pembayaran," ujarnya di Jakarta, Jumat, 21 Juni 2019.
Perry mengatakan ingin memberikan arah kebijakan yang tegas bahwa Bank Sentral kini sudah mengarah pada pelonggaran kebijakan moneter, meskipun hingga saat ini belum menurunkan suku bunga.
Penekanan pada kebijakan moneter itu baru direalisasikan dengan sikap Bank Sentral yang memutuskan memangkas rasio Giro Wajib Minimum rupiah di perbankan hingga 0,5 persen, efektif per 1 Juli 2019.
Perry mengatakan Bank Sentral ingin turut memberikan stimulus terhadap pertumbuhan ekonomi domestik. Di kuartal I dan II, Perry mengatakan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi belum bekerja optimal.
Dia menginginkan pada semester II nanti semua upaya Bank Sentral dan pemerintah sudah membuahkan hasil, khususnya untuk mendorong investasi dan ekspor, karena kedua kontributor pertumbuhan tersebut pada semester I 2019 tidak memberi andil optimal terhadap pertumbuhan.
"Kunci dari meningkatkan investasi swasta baik dalam dan luar negeri, tentu juga sinergi kebijakan dengan pemerintah," ujar dia.
Bank Sentral pada Kamis (20/6) ini untuk ketujuh kalinya menahan suku bunga acuan sebesar enam persen. Namun BI melonggarkan instrumen lainnya di kebijakan moneter dengan memangkas rasio GWM rupiah hingga 50 basis poin (0,5 persen) untuk bank umum dan bank syariah. Kebijakan itu menjadi sebuah manuver setelah BI menerapkan perhitungan rata-rata GWM (GWM Averaging) dalam setahun terakhir.
Dengan dipertahankannya suku bunga acuan BI di level enam persen, maka suku bunga penyimpanan dana perbankan di BI (Deposit Facility) tetap sebesar 5,25 persen, dan suku bunga penyediaan dana BI ke perbankan (Lending Facility) tetap sebesar 6,75 persen.
Adapun BI memandang pertumbuhan ekonomi akan berada di antara 5 persen - 5,2 persen untuk keseluruhan tahun atau lebih rendah dari titik tengah proyeksi awal di 5 persen - 5,4 persen. Sementara, defisit transaksi berjalan pada 2019 diperkirakan sebesar 2,5 persen - 3 persen Produk Domestik Bruto.
Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah
1 jam lalu
Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah
Wamenkeu Suahasil Nazara menyoroti tiga faktor yang menjadi perhatian dalam perekonomian Indonesia saat ini. Mulai dari suku bunga yang tinggi, harga komoditas, hingga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi
10 hari lalu
Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.