Perang Dagang Cina-Amerika, DPR Minta Pemerintah Perkuat Stabilitas Negara
Reporter
Francisca Christy Rosana
Editor
Martha Warta Silaban
Minggu, 9 Juni 2019 12:39 WIB
TEMPO.CO, Jakarta – Ketua Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR Bambang Soesatyo meminta pemerintah segera berancang-ancang mengantisipasi dampak sentimen dagang antara Amerika Serikat dan Cina. Menurut dia, imbas perang dagang dapat menganggu stabilitas sejumlah negara, termasuk Indonesia.
BACA: Google Lobi agar Bisa Kerja Sama dengan Huawei
“Pemerintah dan DPR perlu merumuskan berbagai inisiatif baru untuk menyiasati periode ketidakpastian global yang berpotensi pada rusaknya sistem dan mekanisme perdagangan dunia,” ucapnya dalam keterangan tertulis, Minggu, 9 Juni 2019.
Hubungan Amerika Serikat dan Cina kembali memanas setelah Negara Abang Sam menetapkan aturan baru terkait bea masuk produk impor. Belakangan, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menetapkan tarif bea masuk impor sebesar 25 persen untuk produk-produk asal Cina. Angka itu setara dengan senilai US$ 200 miliar.
BACA: Perang Dagang AS-Cina Berpotensi Picu Resesi Global
Tak berselang lama setelah Amerika Serikat mengumumkan kebijakannya, pemerintah Cina membalas dengan menyetop pemesanan kedelainya dari AS. Bahkan, Negeri Tirai Bambu berencana membatalkan pesanan sebelumnya.<!--more-->
Bambang memandang dampak perang dagang akan berimbas pada perubahan iklim perekonomian, termasuk Indonesia. Ia memperkirakan kinerja ekspor akan berpotensi melemah sehingga defisit neraca perdagangan berkepanjangan.
“Laju ekspor sejumlah komoditas unggulan Indonesia, seperti minyak sawit mentah atau crude palm oil dan karet tidak akan mulus lagi,” ucapnya.
Di sisi lain, pasar Indonesia potensial disusupi produk impor, misalnya baja dari Cina. Lantaran volume impor melonjak, permintaan valuta asing akan meningkat. Tingginya permintaan valuta asing ini dapat mendepresiasi rupiah.
Dalam kondisi demikian, pemerintah dan dewan perlu memastikan bahwa dampak perang dagang yang berkepanjangan tidak menimbulkan kerusakan serius di Indonesia. “Untuk itu, TNI dan Polri harus memastikan terjaganya stabilitas keamanan nasional dan ketertiban umum,” ucapnya.
Namun, Bambang optimistis Indonesia mumpuni menghadapi sentimen perdagangan global. Ia berpendapat, Indonesia saat ini masih sangat potensial menarik investasi asing. Salah satunya karena pembangunan infrastruktur telah digeber merata di hampir semua daerah. Pembangunan infrastruktur yang masih juga dapat menjaring investor lokal.
Dalam kondisi pasar global yang memanas, Bambang mengatakan Indonesia masih memiliki modal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, yakni melalui konsumsi masyarakat. Selain itu, Indonesia memiliki modal kepercayaan dari komunitas pebisnis mancanegara, yang dibuktikan melalui pemeringkatan internasional yang diraih, seperti Standard and Poor's atau S&P Global Rating, Fitch Ratings, dan Moody’s.
Baca berita tentang Perang Dagang lainnya di Tempo.co.