Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo ditemui usai salat Jumat di Masjid Kompleks Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat 22 Maret 2019. Tempo/Dias Prasongko
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan total aliran modal asing yang masuk ke Indonesia hingga Kamis, 2 Mei 2019, mencapai Rp 131,1 triliun. Jumlah tersebut hampir terbagi rata, setengahnya masuk ke Surat Berharga Negara (SBN) dan setengah lagi masuk ke pasar saham.
Perry mengatakan jika dilihat secara year to date, jumlah aliran modal asing ke SBN sekitar Rp 66 triliun. Ia menyebut angka sudah melebihi torehan sepanjang 2018 yang saat itu hanya mencapai Rp 57,1 triliun.
"Ini menunjukkan suatu kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia dan menariknya imbal hasil portofolio di Indonesia," kata Perry saat ditemui di Kompleks Bank Indonesia, Jumat, 3 Mei 2019.
Selain itu, kata Perry, BI mencatat aliran modal ke saham yang juga sekitar Rp 66 triliun meningkat cukup besar. Sementara tahun lalu terjadi net outflow sebesar Rp 51,9 triliun.
Perry menyebut bahwa aliran dana asing ke pasar saham sebesar Rp 66 triliun ini dicapai paling besar pada minggu lalu, yaitu hingga Rp 50,1 triliun. Besarnya angka tersebut terjadi karena memang adanya realisasi investasi di sebuah bank yang nilainya cukup besar. "Lalu mulai direalisasikan dan tercatat di jumlah realisasi saham tadi," ujarnya.
Walau demikian, pada 23 April 2019, Kepala Badan Kebijakan Fiskal atau BKF Suahasil Nazara mengatakan negara-negara yang masuk dalam kategori emerging market atau negara berkembang perlu mewaspadai dua risiko akibat adanya pelambatan ekonomi global. Keduanya adalah peningkatan risiko utang dan sudden capital outflow atau berpindahnya modal secara tiba-tiba.
Suahasil melanjutkan, berpindahnya arus modal secara tiba-tiba tersebut bisa terjadi karena saat ini semakin terkoneksinya negara maju dengan negara berkembang. Akibatnya, potensi pelambatan ekonomi bisa mengakibatkan adanya shock di pasar keuangan yang akan saling berdampak.