Presiden Joko Widodo bersama Menteri Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto (kiri), Direktur Utama Pelindo II Elvyn G. Masassya (kedua kiri), Menteri BUMN Rini Soemarno (tengah), Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menekan tombol saat melepas ekspor produk manufaktur ke AS, dari pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, 15 Mei 2018. Total volume barang yang diekspor mencapai 4.300 TEUs (Twenty Foot Equivalent Units) menggunakan Kapal CMA CGM Tage. TEMPO/Tony Hartawan
TEMPO.CO, Jakarta - Industri manufaktur Indonesia diperkirakan bakal terus bergeliat pada triwulan II 2019. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Onny Widjanarko mengatakan kinerja positif itu terindikasi dari Prompt Manufacturing Index (PMI) yang diperkirakan pada fase ekspansi dengan indeks sebesar 53,21 persen.
“Ekspansi kinerja industri manufaktur pada triwulan II-2019 diproyeksikan masih terjadi pada subsektor yang sama, yaitu industri kertas dan barang cetakan, industri makanan dan minuman, serta industri hasil tembakau dengan indeks berturut-turut sebesar 55,16 persen dan 52,73 persen,” ujar dia dikutip dari keterangan tertulis Kementerian Perindustrian, Sabtu, 13 April 2019.
Adapun pada awal tahun ini, Onny menyampaikan peningkatan kinerja industri manufaktur terutama didorong oleh meningkatnya permintaan domestik dan kenaikan volume pesanan yang sejalan dengan persiapan Ramadan dan Idul Fitri 2019. “Berdasarkan subsektor, ekspansi kinerja industri manufaktur terutama terjadi pada subsektor industri kertas dan barang cetakan, industri makanan, minuman dan tembakau,” ujarnya.
Tingginya permintaan dan volume produksi juga mendorong peningkatan persediaan barang jadi. Indikator persediaan barang jadi periode triwulan I-2019 berada pada fase ekspansi dengan indeks sebesar 53,29 persen. “Peningkatan aktivitas produksi sektor industri manufaktur terindikasi berdampak pada penggunaan tenaga kerja yang meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya."
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyatakan indeks keluaran Bank Indonesia tersebut menunjukkan sektor industri manufaktur berada pada level ekspansif. Kondisi ini juga sejalan dengan pertumbuhan kegiatan usaha pada sektor industri manufaktur pada triwulan I-2019. “Mulai dari skala kecil hingga besar, pertumbuhan sektor industri manufaktur selama periode pemerintahan Jokowi-JK mengalami pertumbuhan signifikan," kata Airlangga.
Dalam jangka waktu 2014-2017, kata dia, industri kelas menengah bertambah 5.898 unit, sehingga semula pada 2014 jumlahnya 25 ribu unit usaha menjadi 31 ribu unit usaha. “Untuk sektor usaha kecil, dalam empat tahun terakhir, terjadi kenaikan pelaku usaha yang hampir di angka satu juta."
Sementara itu, menurut publikasi survei PMI-BI, peningkatan usaha sektor manufaktur pada triwulan I-2019 diindikasikan dengan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) pada kegiatan usaha industri manufaktur sebesar 1,00 persen atau lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2018 yang mencapai 0,32 persen.
Oleh karena itu, Airlangga berujar kementeriannya bakal terus berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga lainnya untuk semakin mendorong sektor industri manufaktur agar lebih berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Hal tersebut juga diharapkan dapat mendukung stabilitas sosial dan pengembangan sektor swasta yang dinamis.