BI: Supply dan Demand di Pasar Valuta Asing Seimbang, Rupiah Stabil

Sabtu, 30 Maret 2019 18:02 WIB

Pegawai bank menghitung uang dolar Amerika Serikat pecahan 100 dolar dan uang rupiah pecahan Rp 100 ribu di kantor pusat Bank Mandiri, Jakarta, Senin, 20 Agustus 2018. Nilai tukar rupiah, yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore, 20 Agustus 2018, bergerak melemah 20 poin ke level Rp 14.592 dibanding sebelumnya Rp 14.572 per dolar Amerika. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah mengatakan kondisi permintaan dan penawaran rupiah di pasar valuta asing berimbang. Hal itu membuat rupiah stabil belakangan ini.

Baca juga:
Perry Warjiyo: Sejak 2018 Dunia Tak Ramah, Termasuk ke Indonesia

"Setiap terjadi tekanan pelemahan terhadap rupiah sering direspons dengan peningkatan supply valas dari eksportir dan investor asing, sehingga rupiah tidak melemah cukup tajam," kata Nanang saat dihubungi, Sabtu, 30 Maret 2019.

Dia melihat perkembangan kurs rupiah dalam beberapa bulan terakhir, terutama sejak November 2018 stabilitasnya semakin terjaga. Hanya saja, kata dia, ketika pasar keuangan global yang, misalnya, dipicu oleh issue perang dagang atau brexit, arus modal keluar. Hal itu, karena profit taking oleh investor asing.

Tekanan yang dipengaruhi faktor sentimen ini, kata dia, tidak bertahan lama, investor asing kembali memasok valas ketika global risk off nya sudah reda.

"Jadi kalau rupiah melemah dalam rentang yang sempit, itu merupakan hal yang wajar, karena kurs ditentukan olen mekanisme supply-demand di pasar," ujarnya.

Saat ini, kata Nanang, di tengah tekanan yang cukup berat terhadap seluruh mata uang Emerging Market yang dipicu kecemasan perlambatan ekonomi global dan gejolak pasar keuangan Turki, BI terus berupaya memastikan rupiah terjaga stabilitasnya.

Menurut dia, pelaku pasar perlu meyakini Indonesia berbeda atau terdiferensiasi dari Turki. Indonesia menerapkan kebijakan fiskal dan moneter yang sangat memegang prinsip kehati hatian atau pruden, konsisten, disiplin, dan sesuai international best practices.

"Kondisi yang terjadi pada pasar keuangan Turki tidak akan terjadi di Indonesia. Hal ini karena justru Bank Indonesia sedang mendorong pendalaman pasar valuta asing dan pasar uang, agar lebih likuid, efisien, dan sehat," ujarnya.

Sebagaimana diketahui, kata dia, tekanan yang cukup berat pada mata uang Lira Turki dipicu oleh tidak berfungsinya pasar valuta asing di negara tersebut dan melonjaknya suku bunga pinjaman overnight di pasar swap offshore hingga 1.000 persen," ujar Nanang.

Hal ini, kata Nanang, memicu kecemasan di kalangan investor global, bahwa hal ini akan dialami oleh negara berkembang lainnya sehingga memicu rambatan ke pasar keuangan seluruh negara emerging market.

Adapun, kata dia, kinerja ekonomi terakhir juga perbedaannya sangat signifikan. Tingkat inflasi di Turki saat ini mencapai 19 persen, sedangkan inflasi Indonesia sudah dalam beberapa tahun ini terjaga stabil di sekitar 3 persen.

Ekonomi Indonesia tetap tumbuh stabil di sekitar 5 persen, ekonomi Turki hanya tumbuh 3,48 persen. Defisit neraca transaksi berjalan Indonesia di 2,9 persen (2018) sedangkan Turkey 5,0 persen. Suku bunga kebijakan bank sentral di Indonesia 6,0 persen (BI 7 days Reverse Repo), sedangkan Turkey mencapai 24 persen (one week repo), terakhir Credit Default Swap (CDS) Indonesia 104 bps, sedangkan Turki sangat tinggi di 448 bps.

Baca berita rupiah lainnya di Tempo.co

Berita terkait

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

20 jam lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

1 hari lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

2 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

2 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

2 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

2 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

2 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

2 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

2 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya

Timnas AMIN Jelaskan Urgensi Pertemuan Jokowi dan Prabowo untuk Bahas RAPBN 2025

2 hari lalu

Timnas AMIN Jelaskan Urgensi Pertemuan Jokowi dan Prabowo untuk Bahas RAPBN 2025

Awalil menilai pertemuan dan koordinasi antara Jokowi dan Prabowo memang diperlukan dan sangat penting dilakukan saat ini.

Baca Selengkapnya