Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan seusai menggelar rapat bersama Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan dan Komisi Nasional Keselamatan Transportasi di kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu petang, 13 Maret 2019. TEMPO/Francisca Christy Rosana
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Pandjaitan mengatakan kinerja perekonomian sepanjang Februari 2019 berjalan cukup baik. Meski neraca perdagangan tercatat surplus US$ 330 juta, Luhut mengakui masih ada masalah pada perdagangan energi alias minyak dan gas.
"Ya artinya kita me-manage, walaupun energi belum bagus ya," kata Luhut saat ditemui selepas menghadiri acara CEO Breakfast Meeting oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Senin, 18 Maret 2019.
Sebelumnya, Badan Pusat Statisitik atau BPS mencatat surplus neraca perdagangan pada Februari 2019 disumbangkan oleh neraca ekspor-impor dari non migas yang surplus sebesar US$ 790 juta.
"Sesudah empat bulan defisit, bulan ini surplus," kata Kepala BPS Suhariyanto di kantornya saat mengelar konferensi pers di Jakarta Pusat, Jumat 15 Februari 2019.
Suhariyanto menjelaskan, meski dari sisi non migas mengalami surplus, dari sisi migas posisi neraca masih defisit sebesar US$ 460 juta. Defisit tersebut terjadi karena harga komoditas minyak mentah dan hasil minyak yang mengalami penurunan. Sedangkan komoditas gas masih mengalami surplus.
Walau demikian, Luhut Pandjaitan menyebut langkah yang ditempuh pemerintah untuk menekan defisit neraca perdagangan migas sudah cukup bagus. Salah satunya yaitu dengan menggenjot implementasi Biodiesel 20 persen alias B20, menjadi B30, hingga nantinya B100.