Bank Indonesia Prediksi Bunga The Fed Naik Satu Kali di 2019

Kamis, 21 Februari 2019 07:45 WIB

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kiri) berjalan bersama Anggota Komisi XI DPR Achmad Hafisz Tohir (kanan) saat menghadiri acara Serah Terima Jabatan (Sertijab) Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan di Palembang, Sumatera Selatan, Kamis 10 Januari 2019. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia memproyeksikan arah kebijakan suku bunga Bank Sentral AS The Federal Reserve akan lebih melunak pada tahun ini. BI memprediksi kenaikan bunga acuan hanya satu kali di 2019 dari ekspetasi sebelumnya sebanyak dua kali.

Simak: Strategi Bank Indonesia Menyiapkan Ekosistem Ekonomi Halal

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, berdasarkan pernyataan terakhir The Fed sinyalemen menguat untuk kenaikan suku bunga acuan yang lebih rendah dibanding ekspetasi frekuensi kenaikan suku bunga acuan sebelumnya.

Selain itu, BI dalam simpulan Rapat Dewan Gubernur periode Februari 2019 ini juga meyakini pengurangan neraca bank sentral (balance sheet) The Fed akan menjadi lebih kecil dari rencana sebelumnya.

"Bacaan kami terakhir, The Fed hanya akan menaikkan suku bunga acuan satu kali. Namun dari sisi lain, begitu juga di 'balance sheet'-nya," ujar Perry di Jakarta, Kamis, 21 Februari 2019.

Advertising
Advertising

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, berdasarkan notulensi (minutes of meeting) rapat The Fed, sikap Bank Sentral AS semakin menunjukkan "kesabaran" untuk kenaikan suku bunga.

"The Fed mulai 'dovish' (melunak) terlihat dari 'minustes of meeting' yang terakhir," ujar dia.

Sebelumnya, di akhir 2018 pelaku pasar memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunganya sebanyak tiga kali pada 2019. Kemudian, proyeksi tersebut berkurang menjadi dua kali seiring dengan sinyalemen yang bernada melunak (dovish) dari para pejabat The Fed.

Perubahan substansi dari komunikasi yang dilancarkan The Fed diduga karena laju pertumbuhan ekonomi AS yang melambat imbas dari terbatasnya stimulus fiskal, permasalahan struktural tenaga kerja, dan juga menurunnya keyakinan pelaku usaha.

Meski demikian, Bank Indonesia tetap meyakini The Fed akan tetap menjaga gaya komunikasi kebijakan moneter yang efektif, terutama untuk mencegah imbas gejolak arus modal di negara-negara berkembang.

"Kami lihat komitmen The Fed untuk secara baik mengkomunikasikan arah kebijakannya dan bagaiamana 'forward guidance' (petunjuk ke depan) akan dilakukan terus untuk ditangkap oleh pasar," ujar dia.

Berita terkait

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

23 jam lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat dalam penutupan perdagangan hari ini ke level Rp 16.025 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

1 hari lalu

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

Wamenkeu Suahasil Nazara menyoroti tiga faktor yang menjadi perhatian dalam perekonomian Indonesia saat ini. Mulai dari suku bunga yang tinggi, harga komoditas, hingga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

3 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

3 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

4 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

4 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

5 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

5 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

6 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

7 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya