Proyek Jalan Tol Dikritik, Jokowi: Enggak Ngerti Ekonomi Makro
Reporter
Antara
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Minggu, 3 Februari 2019 11:10 WIB
TEMPO.CO, Semarang - Calon Presiden nomor urut 01 Joko Widodo atau Jokowi menyebut pengkritik proyek infrastruktur khususnya jalan tol tidak memahami teori ekonomi makro.
Simak: Ini Alasan Jokowi Memprioritaskan Pembangunan Jalan Tol
"Silakan ada orang ngomong kepada saya, pak kita enggak mau makan jalan tol. Ya kalau enggak ngerti teori ekonomi makro sulit saya menjelaskan," kata Jokowi dalam acara Temu Silaturahmi Paguyuban Pengusaha Jawa Tengah di Semarang, Sabtu 2 Februari 2019.
Ia menuturkan mereka yang memang susah terlanjur benci atau tidak senang maka kebijakan apapun sulit untuk diterima. Bahkan, untuk menerima penjelasan saja sulit untuk dilakukan.
"Kalau memang benci dan enggak senang, dijelaskan kayak apa ya enggak nyambung," katanya. Di hadapan sekitar 1.500 pengusaha dari berbagai wilayah di Jawa Tengah itu, Jokowi menceritakan soal jalan tol. Pada 1978 Indonesia memulai pembangunan jalan tol Jagorawi sepanjang kurang lebih 50 kilometer. "Negara lain melihat kita semuanya. Malaysia lihat jalan tol apa sih, manajemennya seperti apa, konstruksinya seperti apa, kelolanya seperti apa. Pada nengok, Malaysia lihat, Thailand lihat, Vietnam lihat, China lihat, Filipina lihat. Lihat semuanya," katanya.
Tapi setelah 40 tahun sampai 2014, kata dia, Indonesia baru membangun sepanjang 780 km.
"Sudah 40 tahun baru 780 km. Kita sampai akhir 2018 sudah 782 km. Tetapi akhir tahun ini hitungan kita akan mendapatkan angka 1.854 km. Itu jangan ditepuktangani, karena saya anggap ini masih lambat, meski sudah kerja pagi malam pagi, tiga shift," katanya.
Ia meminta semuanya untuk melihat Cina yang dalam periode singkat mampu membangun jalan 280.000 km.
Padahal jika Indonesia telah memiliki jalan tol yang lebih banyak, kecepatan distribusi barang, mobilitas orang akan bersaing dengan negara lain.
Ia menuturkan jika proyek infrastruktur telah rampung maka langkah selanjutnya adalah pembangunan SDM secara besar-besaran.
"Jangan sampai kalau yang infrastruktur kita bangun tapi SDM-nya tidak, kita akan masuk pada jebakan 'middle income trap'. Berbahaya sekali," kata Jokowi.