CITA: Perlu Dibuat Pelayanan Satu Atap Layanan Pajak UMKM

Selasa, 8 Januari 2019 16:21 WIB

Pekerja tengah merapihkan kerajinan tangan tas dari bahan plastik daur ulang di kawasan Pasar Minggu, Jakarta, Kamis 6 Desember 2018. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman mengatakan, pertumbuhan kredit untuk skala mikro mendorong pertumbuhan kredit UMKM dengan pertumbuhan 18,2% (yoy) dibandingkan bulan sebelumnya 15,3% (yoy). Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Founder Center For Indonesia Taxation Analysis (CITA), Yustinus Prastowo mengatakan pemerintah perlu membuat paket kebijakan untuk mempermudah layanan pajak Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Menurut dia pelayanan satu atau atau one stop service untuk layanan pajak UMKM diperlukan.

Simak: Pertumbuhan Penerimaan Pajak 2018 Dipuji, Meski Target Meleset

"Kalau bisa one stop service. Kalau UKM ya disiapkan satu unit saja, dia akan menyelesaikan soal pajak, soal kredit, soal pembukuan, soal pasar, dan sebagainya. Ini yang belom dibuat pemerintah. Saya liat agak lamban mengeksekusi kebijakan ini," kata Yustinus di Artotel Jakarta, Selas, 8 Januari 2019.

Dengan kebijakan itu, kata dia, jumlah wajib pajak UMKM yang mendaftar bertambah banyak sehingga agregat penerimaannya bertambah. Yustinus mengatakan kontribusi pajak UMKM terhadap Produk Domestik Bruto saat ini sebesar Rp 6 triliun.

Untuk tahun ini, kata dia, seharusnya pemerintah punya target untuk naik jadi Rp 10 triliun hingga Rp 15 triliun. "Kuncinya salah satunya adalah ngajak pemda. UMKM itu domainnya Pemda. Pemda selama ini malas tidak mau terlibat. Kalo kepala daerahnya bagus, ya bagus. Kalo tidak, ya tidak. Ini yang bikin UMKM enggan bayar pajak," kata dia.

Yustinus melihat saat ini target pemerintah yaitu meningkatkan jumlah UMKM mendaftar sebagai wajib pajak. Tantangannya, kata dia Direktorat Jenderal Pajak membuat cara supaya registrasi menjadi lebih efektif.

"Harusnya dibalik. UKM takut bayar pajak seolah-olag baru bisnis sudah bayar pajak, maka pajak dibikin ringan. Kalau dibalik Anda (UMKM) kalau terdaftar akan mendapatkan intensif, bukan sekedar pajak yang murah. Ini tugas Ditjen pajak, OJK, BI, dan Kementerian lain membuat kebijakan yang one stop service," kata Yustinus.

Dia mencontohkan, kalau UMKM jadi wajib pajak terdaftar akan untung dengan bayarnya kecil, juga dibantu pembukuan. Kalau pembukuan bagus, bisa akses kredit ke bank dan akan dibantu penetrasi ke pasar.

Lebih lanjut Yustinus mengatakan UMKM yang terdaftar di Badan Pusat Statistik sebanyak 50 juta. Namun kata dia, kontribusi Rp 6 triliun masih sangat kecil dibanding penerimaan pajak yang sebesar Rp 1.300 triliun.

Menurut Yustinus nominal yang sedikit itu, disebabkan oleh bermacam-macam hal, seperti ada yang memamg karena belum daftar. "Kedua banyak yang di e-commerce atau digital yang belum tercapture. Menurut saya tantangannya ada di sini, bagaimana meningkatkan agregat pembayar pajak UKM dengan cara pendekatan sistem tadi," ujar Yustinus.

Berita terkait

Awal Mula Penemuan Taptilo untuk SLB yang Sempat Ditahan dan Dipajaki Bea Cukai, Alat Apakah Itu?

3 jam lalu

Awal Mula Penemuan Taptilo untuk SLB yang Sempat Ditahan dan Dipajaki Bea Cukai, Alat Apakah Itu?

Alat pembelajaran taptilo untuk salah satu SLB sempat ditahan dan dipajaki Bea Cukai. Apakah itu Taptilo yang penting bagi belajar tunanetra?

Baca Selengkapnya

Wabup Kukar Rendi Solihin Dialog dengan Pelaku UMKM di Sanga-sanga

3 jam lalu

Wabup Kukar Rendi Solihin Dialog dengan Pelaku UMKM di Sanga-sanga

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kukar berkomitmen untuk terus membersamai pelaku UMKM

Baca Selengkapnya

Jokowi Resmikan Indonesia Digital Test House di Depok

9 jam lalu

Jokowi Resmikan Indonesia Digital Test House di Depok

Presiden Jokowi mengharapkan pembukaan IDHT memperkuat ekosistem digital lokal.

Baca Selengkapnya

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara: Kita Harus Waspada, Pendapatan Negara Turun

1 hari lalu

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara: Kita Harus Waspada, Pendapatan Negara Turun

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan bahwa Indonesia harus waspada, karena pendapatan negara pada triwulan I 2024 turun.

Baca Selengkapnya

10 Negara Bebas Pajak Penghasilan Pribadi, Tertarik Pindah?

1 hari lalu

10 Negara Bebas Pajak Penghasilan Pribadi, Tertarik Pindah?

Berikut deretan negara yang tidak memungut pajak penghasilan (PPh) pribadi, didominasi oleh negara yang kaya cadangan migas.

Baca Selengkapnya

Ditunggu Setengah Jam untuk Wawancara Cegat, Jokowi: Besok Aja

1 hari lalu

Ditunggu Setengah Jam untuk Wawancara Cegat, Jokowi: Besok Aja

Presiden Jokowi nge-prank jurnalis yang sudah menuggu sekitar setengah jam untuk sesi wawancara cegat atau doorstop.

Baca Selengkapnya

Solo Great Sale 2024 Diharap Menjadi Sarana UMKM Memasarkan Produk

1 hari lalu

Solo Great Sale 2024 Diharap Menjadi Sarana UMKM Memasarkan Produk

Solo Great Sale 2024 (SGS 2024) diharapkan menjadi sarana para pelaku UMKM memasarkan produknya.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tegaskan Aturan Sertifikasi Halal UMKM Berlaku per Oktober 2024: Kalau Enggak, Kapan Siapnya?

2 hari lalu

Zulhas Tegaskan Aturan Sertifikasi Halal UMKM Berlaku per Oktober 2024: Kalau Enggak, Kapan Siapnya?

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan alias Zulhas meminta para pengusaha pangan untuk segera memenuhi standar sertifikasi halal hingga Oktober 2024.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Cek Syarat Pendaftaran CPNS Polsuspas, Harta Kekayaan Dirjen Bea Cukai Askolani

3 hari lalu

Terkini Bisnis: Cek Syarat Pendaftaran CPNS Polsuspas, Harta Kekayaan Dirjen Bea Cukai Askolani

Syarat pendaftaran CPNS Kepolisian Khusus Pemasyarakatan (Polsuspas) yang banyak diminati oleh para pelamar dari seluruh Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jadi Sorotan, Ternyata Segini Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai

3 hari lalu

Jadi Sorotan, Ternyata Segini Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai

Pegawai Direktorat Jenderal Bea Cukai disorot usai banyak kritikan terkait kinerjanya. Berapa gajinya?

Baca Selengkapnya