OJK Sebut Tekanan di Pasar Modal Berkurang pada 2019
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Kamis, 3 Januari 2019 05:36 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso yakin pasar modal Indonesia lebih menarik pada 2019 ketimbang tahun lalu. "Tekanan di 2019 akan berkurang dibandingkan tahun lalu," ujar dia di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu, 2 Januari 2018.
BACA: OJK Janji Umumkan Perusahaan Pinjaman Online Ilegal
Wimboh menilai tekanan terhadap perdagangan pada tahun lalu sangat berat, salah satunya lantaran volatilitas rupiah. Gejolak pada nilai tukar itu, lantas membuat Bank Indonesia mesti merespon dengan kenaikan suku bunga acuannya. Saat ini suku bunga acuan Bank Indonesia, BI 7-Day Repo Rate, berada pada level 6,00 persen. "(Tahun ini), kenaikan suku bunga di Amerika Serikat juga sudah lebih mild lagi ya, meskipun rencananya dua kali," kata Wimboh.
Pada tahun ini, Wimboh melihat arus modal asing juga mulai kembali ke dalam negeri. Modal asing, menurut dia, kecenderungannya akan mencari pasar dengan yield tinggi dan kondisi yang stabil. Dengan mulai kembalinya modal asing ke pasar dalam negeri, kata Wimboh, membuktikan fundamental perekonomian Indonesia bagus.
"Kemarin sentimen negatif karena berbagai gejolak di global, ini akan terus berangsur-angsur (kembali)," tutur Wimboh. "Pada 2019, investor portofolio akan lebih confidence saja untuk masuk ke Indonesia."
Masuknya kembali investor global ke pasar modal Indonesia diperkirakan bakal membuat nilai tukar rupiah lebih stabil tahun ini. Di samping tekanan suku bunga yang tidak terlalu berat ketimbang sebelumnya. Sehingga, Wimboh berharap tahun ini situasi perekonomian Indonesia bisa kembali ke kondisi normal. "Normal sekali enggak, meskipun ada kenaikan suku bunga (The Fed) dua kali lagi."
Ke depannya, Wimboh mengatakan masih ada peluang bagi suku bunga acuan Bank Indonesia untuk turun lagi ke kondisi normal. "BI rate akan normal bila situasi sudah normal, karena The Fed ada kenaikan dua kali lagi, kita tunggu dulu," kata dia. Ia melihat situasi bakal kembali normal setelah dua kali kenaikan suku bunga bank sentral negeri Abang Sam itu rampung.
Di lokasi yang sama, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution optimistis kinerja pasar modal pada 2019 bakal lebih baik ketimbang tahun lalu. "Bukan hanya sekadar untuk optimistis bahwa tahun 2019 kita bisa melakukan lebih baik lagi, karena kita sudah menunjukkan mampu mencetak kinerja yang baik," ujar Darmin.
Menurut Darmin, sepanjang 2018, kinerja pasar modal terlihat cukup baik. Kendati perekonomian, perdagangan, dan keuangan global mengalami gonjang ganjing. Bahkan, bekas Gubernur Bank Indonesia itu mengatakan pasar modal Indonesia menempati posisi kedua terbaik di Asia - Pasifik di antara berbagai negara emerging yang relatif banyak terpengaruh banyak gejolak perokomian, perdagangan, dan keuangan global.
"Tapi itu tidak termasuk negara-negara yang sudah mapan dan tidak terlalu terpengaruh dengan gejolak ekonomi global," kata Darmin. Kondisi tersebut, menurut dia, menunjukkan bahwa pasar modal Indonesia memiliki daya tahan atas gejolak yang terjadi di perekonomian global.
BACA: OJK: Bank Wakaf Mikro Sudah Salurkan Pembiayaan Rp 9,72 Miliar
Daya tahan itu, ujar Darmin, juga ditunjukkan bukan hanya di pasar modal, melainkan juga di sektor riil. "Di sektor riil juga kita bertahan cukup baik di tengah gejolak ekonomi dunia, dan itu modal untuk tetap optimistis."
Simak berita tentang OJK hanya di Tempo.co