Sebelum Tsunami, ASDP Sebut Mobil Antre Sebrangi Selat Sunda
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Dewi Rina Cahyani
Senin, 31 Desember 2018 19:23 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama ASDP Indonesia Ferry Ira Puspadewi mengatakan ada fenomena tak biasa sebelum terjadinya tsunami di Selat Sunda, Sabtu, 22 Desember 2018. Ia menyebut adanya lonjakan jumlah kendaraan roda empat yang menyeberangi selat di barat Pulau Jawa itu pada sehari sebelum bencana datang.
Baca: Hotel di Anyer Buka Pasca-Tsunami, Perayaan Tahun Baru Dibatasi
Menurut Ira, pada Jumat, 21 Desember 2018, ada kenaikan jumlah kendaraan roda empat yang menyeberang hingga mencapai 50 persen ketimbang tahun lalu di tanggal yang sama. "Ini tidak seperti biasanya 50 persen naik, biasanya kalau ada kenaikan hanya berapa persen, untuk penyeberangan itu gede banget," ujar dia di Kantor Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Senin, 31 Desember 2018.
Ira melihat adanya kegairahan baru bagi masyarakat untuk bepergian melalui jalur darat. Salah satunya adalah lantaran adanya akses jalur darat yang bagus di Sumatera. Kenaikan itu juga terjadi pada hari terjadinya bencana, 22 Desember 2018. Kala itu, jumlah mobil yang menyeberang naik sekitar 26-27 persen dari tahun lalu di tanggal yang sama.
Penurunan jumlah penyeberang mulai terjadi pada Ahad, 23 Desember 2018. Ira menduga pada hari itu masyarakat mulai mengetahui berita ihwal terjadinya tsunami di Selat Sunda. "Langsung turun banget sampai kurang dari tahun lalu," ujar Ira. Meski, ia tidak menyebut angka penurunan tersebut.
Pasca bencana, ASDP tetap tak menghentikan operasinya. Saat ini, tren penyeberangan, di Selat Sunda, kata Ira, mulai membaik kembali menjelang malam pergantian tahun. Ia menduga akan adanya kenaikan jumlah penyeberang pada hari ini.
Sebelumnya, tsunami akibat longsoran erupsi Gunung Krakatau di Selat Sunda terjadi pada Jumat, 22 Desember 2018. Bencana ini berdampak pada pesisir barat Banten serta Lampung Selatan. Dalam rilis BNPB per tanggal 25 Desember pukul 13.00, jumlah korban meninggal bertambah menjadi 429 jiwa. Selain itu, 1.485 orang menjadi korban luka-luka, 154 masih hilang, dan 16.082 jiwa mengungsi.
Mengenai fenomena alam yang terjadi, Ira mengatakan ada pasang surut yang agak ekstrim pada tanggal 22 Desember 2018. "Tapi pada saat kejadian, kami tidak tahu apa yang terjadi," ujar dia.
Lantaran kondisi ekstrim itu, kata Ira, kapal menjadi sulit bersandar. Lazimnya proses sandar memakan waktu sekitar 15 menit. Namun, pada hari itu, waktu untuk bersandar bisa mencapai 30 menit. Kendati demikian, saat itu tidak ada penghentian operasional, melainkan hanya terjadi keterlambatan. Ira juga mengatakan tidak ada kerusakan fasilitas ASDP akibat tsunami tersebut.