Indonesia Diprediksi Surplus Beras 2,85 Juta Ton

Selasa, 23 Oktober 2018 06:03 WIB

Ilustrasi gudang beras titik.

Jakarta - Sepanjang 2018 Indonesia diprediksi bakal mengalami surplus beras sebesar 2,85 juta ton. Prediksi ini terungkap lewat perhitungan Badan Pusat Statistik atau BPS dengan metode baru penghitungan produksi beras.

Baca: JK: Data Produksi Beras Nasional Salah Sejak 20 Tahun Lalu

Sebelumnya, pemerintah mengelar rapat mengenai progres penyempurnaan metode perhitungan produksi beras. Rapat yang dipimpin Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla dan melibatkan dari berbagai atau lintas kementerian/lembaga itu digelar pada Senin, 22 Oktober 2018 di kantor Wakil Presiden.

"Rapat ini merupakan kelanjutan dari beberapa rapat sebelumnya yang membahas mengenai penyempurnaan metodologi perhitungan produksi beras," seperti dikutip dari siaran pers Sekretariat Wakil Presiden yang diperoleh Tempo, Jakarta Senin, 22 Oktober 2018.

Dalam rapat itu, BPS menyampaikan bahwa melalui metode baru tersebut, ditemukan bahwa sampai dengan bulan September 2018, data luas panen adalah sebesar 9,5 juta hektare. Sedangkan dengan memperhitungkan potensi sampai Desember 2018, maka luas panen tahun 2018 diperkirakan mencapai 10,9 juta hektare.

Adapun berdasarkan perhitungan luas panen tersebut diperkirakan produksi Gabah Kering Giling (GKG) akan mencapai 49,65 juta ton sampai bulan September 2018. Berdasarkan perhitungan potensi produksi sampai Desember 2018, maka diperkirakan total produksi GKG tahun 2018 sebesar 56,54 juta ton atau setara dengan 32,42 juta ton beras.

Pada rapat tersebut juga terungkap bahwa konsumsi beras baik secara langsung di tingkat rumah tangga maupun konsumsi tidak langsung yang telah dimutakhirkan menurut BPS untuk tahun 2017 adalah 111,58 kilogram/kapita/tahun atau 29,57 juta ton per tahun. "Dengan demikian, bila diasumsikan konsumsi beras yang telah disesuaikan untuk tahun 2018 sama dengan tahun 2017, maka selama tahun 2018 terjadi surplus beras sebesar 2,85 tuta ton," seperti dikutip dari siaran pers yang sama.

Sementara itu, secara garis besar, tahapan dalam metode perhitungan produksi beras dimulai dari Perhitungan Luas Lahan Baku Sawah Nasional, Perhitungan Luas Panen dengan Kerangka Sampel Area (KSA), Perhitungan Tingkat Produktivitas Lahan Per Hektar, serta Perhitungan angka konversi dari Gabah Kering Panen (GKP) ke Gabah Kering Giling (GKG) dan angka konversi dari GKG ke beras. Keseluruhan tahapan ini dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) bekerja sama dengan berbagai Kementerian dan Lembaga terkait.

Adapun Jusuf Kalla mengatakan, pemutakhiran metode produksi beras ini sudah dikerjakan sejak tiga tahun lalu untuk memperbaiki data produksi beras yang tidak akurat selama 20 tahun terakhir ini. "Jadi sekarang secara ilmiah kami ingin memperbaiki itu," kata dia di kantornya, Jakarta, Senin, 22 Oktober 2018.

JK mengatakan akurasi statistik beras sangat penting dalam pengambilan kebijakan pangan. "Karena jumlah produksi beras sangat terkait dengan harga beras di masyarakat," katanya.

Statistik beras yang akurat dapat mengetahui kondisi surplus atau defisit produksi beras. Pemerintah dapat segera melakukan tindakan yang diperlukan untuk stabilisasi harga beras seperti melakukan operasi pasar atau upaya-upaya lain seperti impor beras.

VINDRY FLORENTIN

Berita terkait

Mengapa Beras Tetap Mahal saat Harga Gabah Terpuruk? Ini Penjelasan Bulog

23 jam lalu

Mengapa Beras Tetap Mahal saat Harga Gabah Terpuruk? Ini Penjelasan Bulog

Diretur Utama Bulog, Bayu Krisnamurthi menjelaskan penyebab masih tingginya harga beras meskipun harga gabah di petani murah.

Baca Selengkapnya

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

1 hari lalu

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

BPS mencatat hanya 169 wisatawan mancanegara yang menggunakan 17 Bandara yang kini turun status menjadi Bandara domestik.

Baca Selengkapnya

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

1 hari lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

8 hari lalu

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

Partai politik pendukung Prabowo-Gibran dalam pemilihan presiden mendapat jatah menteri berbeda-beda di kabinet Prabowo mendatang.

Baca Selengkapnya

Jusuf Kalla Sebut Akar Konflik di Papua karena Salah Paham

8 hari lalu

Jusuf Kalla Sebut Akar Konflik di Papua karena Salah Paham

Menurut Jusuf Kalla, pandangan masyarakat Papua seakan-akan Indonesia merampok Papua, mengambil kekayaan alamnya.

Baca Selengkapnya

Gilbert Lumoindong Dilaporkan ke Polisi, SETARA Institute: Pasal Penodaan Agama Jadi Alat Gebuk

10 hari lalu

Gilbert Lumoindong Dilaporkan ke Polisi, SETARA Institute: Pasal Penodaan Agama Jadi Alat Gebuk

Pendeta Gilbert Lumoindong dilaporkan ke polisi atas ceramahnya yang dianggap menghina sejumlah ibadah umat Islam.

Baca Selengkapnya

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

11 hari lalu

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

11 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

11 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

11 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya