BI: Bea Impor Baru AS untuk Cina Tekan Rupiah ke Rp 14.933

Reporter

Antara

Selasa, 18 September 2018 14:34 WIB

Gubernur BI terpilih Perry Warjiyo (kiri) bersama Deputi Gubernur BI terpilih Dody Budi Waluyo sesaat akan mengikuti rapat paripurna di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, 3 April 2018. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memandang pelemahan rupiah pada perdagangan Selasa ini, 18 September 2018, merupakan dampak eksternal setelah pengumuman Presiden AS Donald Trump bahwa AS akan mengenakan bea impor sebesar 10 persen atas barang-barang dari Cina per 24 September 2018.

Baca juga: Kemenkeu: Kurs Rupiah 2019 Bisa Capai Rp 14.700 per Dolar AS

"Sentimen itu (perang dagang) yang paling berperan, risiko AS-China telah mengena mata uang negara-negara berkembang," kata Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo di Jakarta, Selasa.

Episode baru dari perang dagang antara dua raksasa ekonomi dunia itu menyulut depresiasi pada nilai mata uang di negara berkembang termasuk Indonesia. Cina juga telah berulang kali menegaskan akan membalas segala tindakan pengenaan bea masuk oleh AS.

Nilai bea impor yang akan dikenakan Trump itu senilai 200 miliar dolar AS atau hampir Rp 3.000 triliun. Pada awal 2018, terdapat kemungkinan AS akan kembali mengerek bea impor tersebut menjadi 25 persen.

Dampak eksternal dari perang dagang dua negara adikuasa ini merupakan hal yang paling sulit dikalkulasi oleh bank-bank sentral negara berkembang untuk menyusun kebijakan antisipatif guna menjaga stabilitas perekonomian.

Dody berjanji bank sentral akan tetap berada di pasar untuk melakukan intervensi nilai kurs secara terukur. "Mudah-mudahan tekanannya tidak terlalu besar. Itu adalah salah satu risiko eksternal yang kami lihat dan itu juga kena ke mata uang di emerging markets," ujarnya.

Tekanan dari perang dagang ini juga menjadi salah satu penyulut tekanan eksternal yang akan menerpa nilai rupiah selama sisa tahun ini selain kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS The Federal Reserve.

BI akan melakukan Rapat Dewan Gubernur pada 26-27 September 2018 untuk menentukan kebijakan stabilisasi.

"Kami akan lihat di pekan depan RDG. semua risiko kami lihat dari eksternal dan domestik, tidak ada yang baru dengan proses yang kita lakukan bulan-bulan sebelumnya," ujar dia.

Hingga Selasa (18/9) siang 12.00 WIB, rupiah berada di posisi Rp14.933 per dolar AS atau melemah 0,35 persen (53 poin) dibanding penutupan di hari sebelumnya. Mata uang Garuda sebelumnya dibuka melemah 18 poin atau 0,12 persen di posisi Rp14.898 per dolar AS.

Per Selasa ini, Bank Indonesia mematok kurs tengah rupiah di Rp14.908 per dolar AS, melemah 49 poin atau 0,32 persen dari posisi Rp14.859 pada Senin.

ANTARA

Berita terkait

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

7 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

12 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

13 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

13 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

17 jam lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

19 jam lalu

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah ditutup menguat Rp 16.083 terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat, 3 Mei.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

20 jam lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

1 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

1 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

1 hari lalu

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar rupiah pada triwulan I 2024 mengalami depresiasi 2,89 persen ytd sampai 28 Maret 2024.

Baca Selengkapnya