Pemerintah: Waspadai Rupiah Melemah, Jangan Khawatir Berlebihan

Reporter

Antara

Senin, 10 September 2018 15:38 WIB

Ilustrasi rupiah. TEMPO/Budi Purwanto

TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir menyebutkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan. Namun, melemahnya rupiah terhadap dolar AS yang pada pekan lalu hampir menyentuh Rp 15.000 per dolar AS itu perlu diwaspadai.

Baca: Respons Sandiaga Uno, Di Medsos Muncul Gerakan 100 Ribu Dapat Apa

"Depresiasi peso Argentina mencapai 49,62 persen, depresiasi lira Turki 40,7 persen, sedangkan depresiasi rupiah 'year to date' 8,5 persen. Menurut saya, ini hanya ketakutan berlebihan, tapi harus waspada, iya," kata Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir dalam diskusi "Bersatu untuk Rupiah" di Jakarta, Senin.

Iskandar menuturkan, fundamental perekonomian Indonesia masih lebih baik dibandingkan Turki dan Argentina. Terutama inflasi yang terkendali di level 3-4 persen dalam beberapa tahun terakhir.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi dari Januari hingga Agustus 2018 hanya mencapai 2,13 persen.

"Kita baru khawatir kalau inflasi kita tinggi. Kekhawatiran fundamental kita itu rapuh, tidak pas," ujar Iskandar.

Ia pun menyinggung soal defisit neraca transaksi berjalan yang tercatat delapan miliar dolar AS atau 3,04 persen dari produk domestik bruto (PDB) atau lebih tinggi dibandingkan defisit triwulan sebelumnya sebesar 5,7 miliar dolar AS atau 2,21 persen dari PDB dan melewati batas aman defisit transaksi berjalan yaitu tiga persen.

Menurut Iskandar, setiap triwulan kedua, defisit neraca transaksi berjalan, memang cenderung tinggi seperti pada triwulan II 2014 yang mencapai 4,24 persen.

"Pada kuartal kedua kita kemarin kan banyak repatriasi keuntungan, makanya neraca pendapatan primer kita defisit cukup besar. Tapi, 'current account deficit' 3,04 persen itu bukan kiamat, bukan merupakan suatu krisis," kata Iskandar.

Walaupun pada triwulan kedua 2018 defisit transaksi berjalan sudah mencapai batas maksimal yang dianggap aman yaitu tiga persen, jika dihitung per semester I 2018, defisit transaksi berjalan sebenarnya baru mencapai 2,6 persen dari PDB.

Kendati demikian, Iskandar mengakui defisit neraca perdagangan Indonesia perlu menjadi perhatian. Karena itu, pemerintah bersama Bank Indonesia juga melakukan berbagai upaya strategis untuk mengurangi impor dan meningkatkan ekspor.

"Kondisi global yang penuh ketidakpastian ini berpengaruh ke negara kita. Tapi, kita perlu waspada juga karena neraca dagang kita memang negatif. Kalau defisit transaksi berjalan memang sudah biasa, setiap triwulan kedua selalu defisitnya besar. Tapi defisit neraca perdagangan 3,1 miliar dolar di tengah ketidakpastian ini memang harus kita tangani," kata Iskandar.

Berdasarkan kurs tengah BI, nilai tukar rupiah pada Senin mencapai Rp 14.835 per dolar AS, menguat dibandingkan hari akhir pekan lalu atau Jumat (7/9) Rp14.884 per dolar AS.

Berita terkait

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

6 jam lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat dalam penutupan perdagangan hari ini ke level Rp 16.025 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

9 jam lalu

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

Wamenkeu Suahasil Nazara menyoroti tiga faktor yang menjadi perhatian dalam perekonomian Indonesia saat ini. Mulai dari suku bunga yang tinggi, harga komoditas, hingga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

2 hari lalu

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah ditutup menguat Rp 16.083 terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat, 3 Mei.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

3 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

3 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

3 hari lalu

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar rupiah pada triwulan I 2024 mengalami depresiasi 2,89 persen ytd sampai 28 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

3 hari lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

4 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

6 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

6 hari lalu

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

Daftar negara dengan mata uang terlemah menjadi perhatian utama bagi para pengamat ekonomi dan pelaku pasar.

Baca Selengkapnya