Rupiah Jeblok, Ekonom Ceritakan Bedanya dengan Tahun 2015

Minggu, 26 Agustus 2018 20:01 WIB

Pegawai bank menghitung uang dolar Amerika Serikat pecahan 100 dolar dan uang rupiah pecahan Rp 100 ribu di kantor pusat Bank Mandiri, Jakarta, Senin, 20 Agustus 2018. Nilai tukar rupiah, yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore, 20 Agustus 2018, bergerak melemah 20 poin ke level Rp 14.592 dibanding sebelumnya Rp 14.572 per dolar Amerika. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah melesu di akhir pekan ini. Berdasarkan jakarta Interbank Dollar Rate kurs menyentuh level Rp 14.655 per dolar AS pada Jumat, 24 Agustus 2018. Chief Economist Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih menceritakan bahwa kondisi rupiah menyentuh kisaran Rp 14.650 per dolar AS juga pernah terjadi pada September 2015.

Hanya saja, menurut Lana ada kondisi berbeda terkait faktor yang mendorong rupiah anjlok ke level tersebut. Kali ini, pelemahan lebih banyak dipicu oleh faktor eksternal. "Kalau kita lihat tekanan global yang terus berubah kiri kanan dan kita lihat twit presiden trump sering mengganggu, tidak tertebak dan tidak bisa dihitung. Ini berbeda dengan tiga tahun lalu," ujar Lana kepada Tempo, Ahad 26 Agustus 2018.

Kala itu, rupiah melemah lebih banyak dipicu faktor-faktor dalam negeri. Belum lagi, saat itu Bank Indonesia dan pemerintah belum ketat menerapkan aturan-aturan, semisal kewajiban hedging dan keharusan transaksi menggunakan rupiah di dalam negeri.

"Sekarang semua sudah wajib hedging, begitu pula dengan transaksi di dalam negeri sudah dalam semua rupiah," ujar Lana. Hanya saja, karena faktor eksternal begitu kuat dan sulit diprediksi, rupiah pun ikut terseret melemah. "Kalau ditanya masih bisa melemah, ya masih."

Belakangan, kata Lana, permintaan dolar di dalam negeri, misalnya untuk membayar utang dan sebagainya memang sudah jauh menurun. BI pun sudah banyak memberikan kelonggaran di pasar valuta asing, misalnya soal swap, hingga hedging rate.

Advertising
Advertising

Pelemahan rupiah hingga ke level Rp 14.655 per dolar AS pada Jumat lalu, menurut Lana, dipicu oleh pertemuan bank sentral di AS. Pada pertemuan itu, para bank sentral sepakat bahwa perang dagang adalah risiko yang diwaspadai sebagai bagian dari ketidakpastian global.

"Efeknya dolar menguat, makanya sekarang eksternal sangat besar pengaruhnya," kata Lana. Saat ini, hal yang bisa BI lakukan, ujar dia, paling tidak menahan agar pelemahan rupiah tidak terlalu cepat. Ia berharap BI bisa menjaga rupiah agar bertahan di bawah level Rp 14.800 hingga akhir tahun 2018.

"Secara teknikal itu kan ada level resistant. Nah itu yang terdekat memang Rp 14.800, Jangan sampai tembus," kata Lana.

Berita terkait

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

20 menit lalu

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan I-2024 yang tercatat 5,11 persen secara tahunan

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

2 hari lalu

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah ditutup menguat Rp 16.083 terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat, 3 Mei.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

2 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

2 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

2 hari lalu

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar rupiah pada triwulan I 2024 mengalami depresiasi 2,89 persen ytd sampai 28 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

3 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

3 hari lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

3 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

5 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

5 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya