Kemenperin: Industri Minuman Naik 8,41 Persen di Semester I 2018
Reporter
Kartika Anggraeni
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Sabtu, 28 Juli 2018 10:42 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan industri minuman dalam negeri pada semester I 2018 tumbuh sebesar 8,41 persen. Airlangga optimis, industri minuman dan makanan nasional memiliki potensi pertumbuhan yang cukup baik karena didukung oleh sumber daya alam dan permintaan domestik yang besar.
Baca: Produksi Rokok Sejak Awal Tahun Terus Turun, Ini Sebabnya
”Laju pertumbuhan sektor industri makanan dan minuman pada triwulan I tahun 2018 mencapai 12,70 persen dan berkontribusi hingga 35,39 persen terhadap PDB industri non-migas,” ucap dia dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Sabtu, 28 Juli 2018.
Airlangga memproyeksi produk minuman ringan akan terus tumbuh seiring dengan kebutuhan masyarakat modern yang menginginkan produk minuman yang praktis dibawa, aman atau higienis, harganya terjangkau, dan memiliki nilai tambah. Industri minuman ringan tersebut meliputi produsen air minuman dalam kemasan, minuman berkarbonasi, minuman teh siap saji, minuman jus dan sari buah, minuman kopi dan susu, serta minuman isotonic (sport dan energy).
Kemenperin mencatat hingga tahun 2016, jumlah industri minuman ringan mencapai 335 unit usaha dengan kapasitas produksi sebesar 4,7 juta ton per tahun dan menyerap tenaga kerja sebanyak 48 ribu orang. Menurut Airlangga nilai ekspor industri minuman ringan berada di angka US$ 83 juta dan nilai investasi mencapai Rp12,2 triliun.
Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kemenperin Gati Wibawaningsih menjelaskan industri makanan dan minuman di dalam negeri tidak hanya didominasi perusahaan besar, tetapi juga cukup banyak sektor industri kecil dan menengah. “IKM makanan dan minuman berkontribusi sebesar 40 persen terhadap PDB sektor IKM secara keseluruhan, dan mampu menyerap tenaga kerja hingga 42,5 persen dari total pekerja di sektor IKM,” tutur dia.
Baca: Andalkan Kopi Lokal, Djournal Coffee Bersiap Ekspansi Lebih Jauh
Oleh karena itu, IKM makanan dan minuman menjadi salah satu sektor prioritas dalam penerapan program e-Smart IKM menuju implementasi industri 4.0 di Tanah Air. Menurut Gati hingga bulan Mei 2018, jumlah pelaku IKM yang telah mengikuti Workshop e-Smart IKM berjumlah 2430 IKM, dan lebih dari 30 persen peserta berasal dari pelaku IKM makanan dan minuman. “Melalui program e-smart IKM, kami ajarkan mereka mengenai caranya jualan online,” ucapnya.
Gati menjelaskan perlunya IKM nasional memasuki ekonomi digital atau industri 4.0 supaya meningkatkan produktivitas dan kemampuan ekspor sehingga struktur perekonomian menjadi lebih baik. Salah satu langkah strategis yang telah dilakukan pemerintah yaitu memberikan insentif dan kemudahan perizinan untuk menggerakkan investasi industri.