Perang Dagang AS Cina, Ini Dampaknya Terhadap Ekonomi RI

Senin, 9 Juli 2018 13:32 WIB

Bendera Republik Rakyat Cina dan bendera AS berkibar di tiang lampu di sepanjang jalan Pennsylvania Avenue dekat Capitol AS selama kunjungan kenegaraan Presiden China Hu Jintao, di Washington, DC, Amerika Serikat, 18 Januari 2011.[REUTERS/Hyungwon Kang]

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mencermati dampak perang dagang antara Amerika Serikat dengan Cina. Ia mengatakan ketegangan perdagangan itu tidak hanya berdampak buruk bagi dua negara, melainkan juga terhadap perekonomian dunia.

"Perang dagang atau tekanan kedua negara akan menurunkan ekspor dan impor dua negara tersebut. Kemudian merambat ke negara-negara lain," ujar Perry di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin, 9 Juli 2018.

Baca juga: Perang Dagang, AS Ancam Cabut Tarif Bea Masuk Produk Indonesia

Dampak-dampak yang akan terasa antara lain pada sektor keuangan. Ketegangan tersebut diprediksi akan menyebabkan respon kebijakan moneter di AS, yaitu suku bunganya lebih tinggi. Selain itu, dampak lainnya adalah naiknya risiko di pasar keuangan.

"Ini akan membuat penarikan modal di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia," ujar Perry. Respon yang bisa dilakukan, ujar dia, adalah memastikan keuangan dalam negeri berdaya saing. Salah satu caranya dengan menaikkan suku bunga acuan BI.

Dalam kondisi seperti itu, Perry mengatakan pemerintah, BI, dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus memutar otak untuk bisa memperkuat permintaan industri dan mengendalikan defisit transaksi berjalan. Mereka juga tengah mengupayakan terdorongnya arus modal asing untuk masuk ke Indonesia.

Baca juga: Perang Dagang AS Cina Segera Dimulai, Rupiah Makin Remuk?

Advertising
Advertising

"Kami memastikan ekonomi Indonesia kuat stabilitasnya, serta mencari terobosan baru baik dari luar maupun dalam," ujar Perry. Upaya lainnya adalah dengan mendorong pariwisata, ekspor produk berdaya saing, serta memberi relaksasi loan to value untuk mendorong permintaan dalam negeri.

Genderang perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina telah ditabuh. Negeri Paman Sam mulai mengumpulkan tarif terhadap produk impor asal negeri bambu yang nilainya USD 34 miliar pada Jumat, 6 Juli 2018 pukul 00.01 waktu AS. Presiden AS Donald Trump juga mengancam akan ada putaran berikutnya yang menyasar produk impor dari Cina senilai lebih dari USD 500 miliar.

Berita terkait

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

3 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

3 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

3 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

5 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

6 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

6 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

7 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

7 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

7 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

8 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya