Industri Alat Berat Manfaatkan Penguatan Harga Komoditas

Jumat, 4 Mei 2018 10:15 WIB

Alat berat digunakan dalam proyek pembangunan tanggul raksasa pengaman pantai (Giant Sea Wall) di kawasan Muara Baru Jakarta, 28 Desember 2017. Tempo/Fakhri Hermansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Perkumpulan Industri Alat Besar Indonesia (Hinabi) Jamaluddin memprediksi ada kenaikan produksi pada 2018. Faktor utama yang mendorong itu ialah menguatnya harga komoditas, khususnya batu bara. "Kami targetkan bisa produksi 7.000 unit (alat berat), tapi kalau melihat kondisi sekarang, bisa 8.000 unit," katanya saat dihubungi, Kamis, 3 Mei 2018.

Menurut Jamaluddin, pelaku usaha akan memanfaatkan menguatnya harga komoditas untuk memacu produksi alat-alat berat. Sejauh ini, 40 persen produksi alat berat diserap oleh industri pertambangan. Sisanya diserap oleh pelaku usaha di sektor konstruksi, kehutanan, dan agrikultura. "Pelaku akan ambil kesempatan karena jarang (harga komoditas menguat)," ucapnya.

Hinabi mencatat dalam dua tahun terakhir ada kenaikan produksi alat berat. Pada 2016 produksi mencapai 3.678 unit dan pada 2017 sebanyak 5.609 unit. Pada kuartal pertama 2018 sudah 1.684 unit yang diproduksi.

Salah satu pelaku usaha di sektor penjualan alat berat, PT United Tractors Tbk, menyatakan unit usaha mesin konstruksi masih akan menjadi andalan di tahun ini. Direktur Keuangan United Tractors Iwan Hadiantoro mengatakan, memasuki kuartal pertama 2018, terjadi pertumbuhan penjualan sebesar 38 persen atau 1.171 unit.

Simak: Darmin Nasution Ingin Andalan Ekspor Beralih ke Non Komoditas

Advertising
Advertising

Pada kuartal pertama 2017, total penjualan mencapai 847 unit. "Kami targetkan penjualan di 2018 sebanyak 4.200-4.500 unit," ucap Iwan. Sepanjang 2017 total mesin konstruksi yang dijual mencapai 3.788 unit.

Meski demikian, menurut Iwan, perusahaan tidak akan terus mengandalkan segmen mesin konstruksi. Ke depan, United Tractors akan mengembangkan konstruksi dan energi. "Dalam dua hingga tiga tahun ke depan akan diversifikasi ke sektor lain," katanya.

Ia menyatakan, saat ini, sebagian besar kinerja perusahaan, yaitu hampir 80 persen, masih bergantung pada mesin konstruksi dan pertambangan. Sedangkan pergerakan harga komoditas, khususnya batu bara, lebih volatile (mudah berubah). Karena itu, Iwan mengatakan, upaya diversifikasi diperlukan agar United Tractors bisa terus berkembang. "Kami upayakan tidak tergantung ke batu bara (pertambangan)," ucapnya.

United Tractors mempunyai lima sektor usaha yang dijalankan, yaitu penjualan mesin konstruksi, kontraktor penambangan, pertambangan batu bara, industri konstruksi, dan energi. Dua penyumbang pendapatan terbesar datang dari penjualan alat berat dan kontraktor penambangan.

Iwan menyebutkan, saat ini, kontribusi dari unit usaha di luar pertambangan dan mesin konstruksi, yaitu konstruksi dan penambangan, baru sekitar 20 persen. Nantinya angka kontribusi itu dinaikkan menjadi 30-44 persen. Menurut dia, ke depan, PT Acset Indonusa Tbk dan unit usaha di sektor energi akan menjadi tulang punggung perusahaan. "Sektor konstruksi (Acset) bisa long term (jangka panjang)," tuturnya.

Sedangkan di sektor energi, United Tractors baru memulai membangun dua unit pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Kedua PLTU itu ialah PLTU Pama I yang memiliki kapasitas 2x15 megawatt dan PLTU Jawa-4 atau Tanjung Jati berkapasitas 2x1.000 megawatt. Menurut Iwan, perusahaan menyiapkan investasi US$ 4 miliar untuk kedua proyek PLTU itu.

Analis PT Narada Kapital Indonesia, Kiswoyo Adi Joe, menilai langkah United Tractors melakukan diversifikasi unit usaha cukup strategis. Ia menilai kebijakan itu bisa dilakukan karena perusahaan industri tersebut mempunyai arus kas yang besar, yaitu Rp 18 triliun, pada kuartal pertama 2018. "Dengan dana sebesar itu, perusahaan bisa lakukan ekspansi," katanya.

Berita terkait

Ceria Berkomitmen Kembangkan Industri Nikel Berkelanjutan

10 jam lalu

Ceria Berkomitmen Kembangkan Industri Nikel Berkelanjutan

Ceria menegaskan komitmennya dalam mendukung industri nikel berkelanjutan dan memperkuat posisinya dalam rantai pasokan global baterai EV.

Baca Selengkapnya

IPA Convex ke-48 Dihelat Pekan Depan, Ingin Menarik Kembali Investasi Migas ke Indonesia

11 jam lalu

IPA Convex ke-48 Dihelat Pekan Depan, Ingin Menarik Kembali Investasi Migas ke Indonesia

IPA Convex ke-48 bertema Gaining Momentum to Advice Sustainable Energy Security in Indonesia and The Region.

Baca Selengkapnya

Pabik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin: Rugi atau Strategi Bisnis?

19 jam lalu

Pabik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin: Rugi atau Strategi Bisnis?

Kementerian Perindustrian mengaku belum mengetahui penyebab tutupnya pabrik sepatu Bata di Purwakarta, Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara: Kita Harus Waspada, Pendapatan Negara Turun

1 hari lalu

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara: Kita Harus Waspada, Pendapatan Negara Turun

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan bahwa Indonesia harus waspada, karena pendapatan negara pada triwulan I 2024 turun.

Baca Selengkapnya

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

1 hari lalu

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

Wamenkeu Suahasil Nazara menyoroti tiga faktor yang menjadi perhatian dalam perekonomian Indonesia saat ini. Mulai dari suku bunga yang tinggi, harga komoditas, hingga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Baca Selengkapnya

Siapa Sebenarnya Pemilik Sepatu Bata yang Pabriknya Tutup di Purwakarta?

1 hari lalu

Siapa Sebenarnya Pemilik Sepatu Bata yang Pabriknya Tutup di Purwakarta?

Bata telah melakukan berbagai upaya selama empat tahun terakhir di tengah kerugian dan tantangan industri.

Baca Selengkapnya

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

2 hari lalu

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

Asosiasi Persepatuan Indonesia menanggapi tutupnya pabrik sepatu Bata. Pengetatan impor mempersulit industri memperoleh bahan baku.

Baca Selengkapnya

Pabrik Sepatu Bata Gulung Tikar, Berikut Perjalanan Bisnisnya di Indonesia

2 hari lalu

Pabrik Sepatu Bata Gulung Tikar, Berikut Perjalanan Bisnisnya di Indonesia

Pabrik sepatu Bata di Purwakarta tutup karena merugi. Bata pernah menjadi salah satu industri sepatu terbesar di dalam negeri.

Baca Selengkapnya

Realisasi Kredit Bank Mandiri Kuartal I 2024 Tembus Rp 1.435 Triliun

6 hari lalu

Realisasi Kredit Bank Mandiri Kuartal I 2024 Tembus Rp 1.435 Triliun

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. telah menyalurkan kredit konsolidasi sebesar Rp 1.435 triliun pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Polda Metro Jaya Gelar Olah TKP Industri Rumahan Narkoba di Sentul Hari Ini

7 hari lalu

Polda Metro Jaya Gelar Olah TKP Industri Rumahan Narkoba di Sentul Hari Ini

Rumah yang menjadi tempat industri narkoba ini terdiri atas dua lantai, dengan cat berwarna kuning keemasan.

Baca Selengkapnya