TEMPO Interaktif, Jakarta:Kelancaran operasi di Selat Malaka akan diupayakan bersama antara pemilik kedaulatan (literal state) yakni Indonesia, Singapura, dan Malaysia dengan negara-negara pengguna (user state) seperti Amerika Serikat atau China.Direktur Jenderal Perhubungan Laut Departemen Perhubungan H. Harijogi mengatakan kerja sama pengelolaan Selat Malaka itu disepakati dalam pertemuan di Singapura (Singapore Meeting) yang saat ini masih berlangsung. Ini merupakan pertemuan lanjutan dari pertemuan serupa di Jakarta (2005) dan Kuala Lumpur (2006).Pembahasan mengenai pelayaran Selat Malaka mencakup aspek keselamatan, keamanan, dan informasi perlindungan. Pembahasan itu penting mengingat posisi strategis Selat Malaka. "Yang lewat dan yang nyebrang banyak, belum cuaca tak menentu," kata Harijogi, Rabu (5/9). Kapal yang melintas diperkirakan sebanyak 400 unit per hari, dan 24 unit yang menyeberang setiap harinya. Bentuk kerja sama pengelolaan Selat Malaka itu, kata Harijogi, akan diwujudkan dalam enam proyek. "Proyek-proyek navigasi," katanya.Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal mengatakan pembiayaan proyek-proyek akan ditanggung bersama. Proyek meliputi pengadaan dan peremajaan alat-alat navigasi di Selat Malaka. "Yang sudah bersedia mengerjakan China," katanya.Harun Mahbub