Utang Luar Negeri Bank Berpotensi Naik Lagi

Reporter

Bisnis.com

Senin, 5 Maret 2018 08:22 WIB

Utang Luar Negeri dalam Valas perusahaan yang memiliki sumber pendapatan dalam Rupiah akan menghadapi risiko nilai tukar.

TEMPO.CO, Jakarta - Utang luar negeri bank sampai pengujung tahun lalu tumbuh flat dibandingkan dengan 2016. Namun, ke depan, diperkirakan akan kembali meningkat seiring dengan ketatnya likuiditas valas.

Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede, berpendapat, pengetatan likuiditas valuta asing tersebut ditunjukkan dengan kenaikan loan-to-deposit ratio (LDR) valas sektor perbankan. LDR valas pada tahun lalu naik menjadi 93 persen, sedangkan pada dua tahun lalu masih di kisaran 86 persen.

“Kondisi likuiditas valas yang cenderung semakin ketat dipengaruhi oleh peningkatan permintaan kredit valas yang tumbuh berkisar 8 persen (year-on-year). Di sisi lain, dana valas juga cenderung tumbuh flat,” ujar Josua, Minggu, 4 Maret 2018.

Pada waktu mendatang, dengan mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi domestik yang meningkat pada 2018, permintaan kredit juga diproyeksikan naik menjadi 9-11 persen (year-on-year).

Menurut Josua, kondisi likuiditas valas perbankan yang cenderung naik sejalan dengan permintaan kredit valas berpotensi mendorong penaikan utang luar negeri bank.

Bank Indonesia mencatat adanya tren penurunan utang luar negeri untuk kelompok peminjam bank selama empat tahun terakhir. Dalam statistik utang luar negeri Indonesia yang baru dirilis, terlihat angka utang luar negeri untuk bank turun menjadi US$ 30,24 miliar per akhir 2017.

Advertising
Advertising

Berdasarkan data statistik itu pula, diketahui bahwa realisasi utang luar negeri (ULN) bank sampai pengujung tahun lalu tersebut hampir setara dengan angka per akhir 2016 senilai US$ 30,25 miliar. Dengan kata lain, realisasi ULN sepanjang 2017 merupakan yang terkecil sejak 2014.

Pendapat berbeda diungkapkan pengamat ekonomi Asian Development Bank Institute, Eric Sugandi. Ia mengatakan, secara umum, ULN kalangan perbankan menunjukkan tren penurunan. Hal ini terjadi setelah meningkat drastis pada 2014 karena terpengaruh kondisi perekonomian domestik.

“Pelambatan ekonomi yang sempat terjadi mempengaruhi demand pinjaman. Bank sendiri juga tidak agresif mencari pinjaman serta terus membayar cicilan utang, jadi ULN trennya turun lagi,” ucap Eric, Ahad, 4 Maret 2018.

Eric memperkirakan, untuk tahun ini, kecenderungan yang agaknya terjadi ialah kalaupun ada penaikan atau penurunan, nominal utang luar negeri bank tidak akan banyak. “Karena aktivitas ekonomi membaik daripada tahun lalu. Kalaupun naik atau turun, ULN-nya tidaklah banyak. Rupiah pun masih tertekan,” katanya.

BISNIS

Berita terkait

LPS Sudah Bayar Dana Nasabah BPRS Saka Dana Mulia yang Ditutup OJK Sebesar Rp 18 Miliar

3 hari lalu

LPS Sudah Bayar Dana Nasabah BPRS Saka Dana Mulia yang Ditutup OJK Sebesar Rp 18 Miliar

Kantor BPRS Saka Dana Mulia ditutup untuk umum dan PT BPRS Saka Dana Mulia menghentikan seluruh kegiatan usahanya.

Baca Selengkapnya

Citi Indonesia Raih Penghargaan FinanceAsia Awards 2024

4 hari lalu

Citi Indonesia Raih Penghargaan FinanceAsia Awards 2024

Citi Indonesia menerima lima penghargaan sekaligus dalam ajang FinanceAsia Awards 2024.

Baca Selengkapnya

Didemo Nasabah, BTN: Tak Ada Uang Nasabah yang Raib

5 hari lalu

Didemo Nasabah, BTN: Tak Ada Uang Nasabah yang Raib

PT Bank Tabungan Negara (Persero) atau BTN patuh dan taat hukum yang berlaku di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Realisasi Kredit Bank Mandiri Kuartal I 2024 Tembus Rp 1.435 Triliun

6 hari lalu

Realisasi Kredit Bank Mandiri Kuartal I 2024 Tembus Rp 1.435 Triliun

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. telah menyalurkan kredit konsolidasi sebesar Rp 1.435 triliun pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

CIMB Niaga Belum Naikkan Suku Bunga Usai BI Rate Naik

8 hari lalu

CIMB Niaga Belum Naikkan Suku Bunga Usai BI Rate Naik

Bank CIMB Niaga belum berencana untuk menaikkan suku bunga, setelah BI menaikkan suku bunga acuan menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

12 hari lalu

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

Bank DBS Indonesia meraih peringkat AAA National Long-Term Rating dan National Short-Term Rating of F1+ dari Fitch Ratings Indonesia atas kinerja keuangan yang baik.

Baca Selengkapnya

Bank KB Bukopin Turunkan Rasio Kredit Berisiko

14 hari lalu

Bank KB Bukopin Turunkan Rasio Kredit Berisiko

PT Bank KB Bukopin menurunkan rasio kredit berisiko hingga di bawah 35 persen.

Baca Selengkapnya

Pengacara Ungkap Rekening Sandra Dewi yang Sempat Diblokir Kejagung Sudah Dibuka Aksesnya

17 hari lalu

Pengacara Ungkap Rekening Sandra Dewi yang Sempat Diblokir Kejagung Sudah Dibuka Aksesnya

Kuasa hukum Sandra Dewi dan Harvey Moeis menyebutkan rekening yang diblokir oleh Kejagung biasa digunakan oleh kliennya untuk pinjaman bank.

Baca Selengkapnya

Erick Thohir Minta BUMN Segera Antisipasi Dampak Penguatan Dolar

17 hari lalu

Erick Thohir Minta BUMN Segera Antisipasi Dampak Penguatan Dolar

Erick Thohir mengatakan BUMN perlu mengoptimalkan pembelian dolar, artinya adalah terukur dan sesuai dengan kebutuhan.

Baca Selengkapnya

Meski Sama-sama Entitas Perbankan Ketahui 6 Perbedaan BPR dan Bank Umum

17 hari lalu

Meski Sama-sama Entitas Perbankan Ketahui 6 Perbedaan BPR dan Bank Umum

Bank perkreditan rakyat (BPR) dan bank umum merupakan dua entitas keuangan yang memberikan layanan perbankan. Apa perbedan keduanya?

Baca Selengkapnya