IMF: RI Harus Waspadai Arus Modal Volatile di Masa Depan Karena..

Rabu, 7 Februari 2018 13:18 WIB

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi dan IMF. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan agar Indonesia tetap mewaspadai sentimen eksternal berupa risiko arus modal yang cenderung masih volatile di masa mendatang. Hal itu disampaikan meskipun IMF sebelumnya memuji Indonesia karena kinerja ekonomi yang baik dan ditopang pertumbuhan yang stabil, laju inflasi yang moderat dan defisit neraca berjalan yang terkendali.

Sentimen yang dimaksud tersebut adalah arus modal keluar dan masuk yang berpeluang tidak lagi stabil seperti tahun lalu. Untuk itu, IMF meminta agar Pemerintah Indonesia semakin memperkuat fundamental ekonominya agar dapat menahan sentimen eksternal yang tak terduga.

Baca: IMF Sebut Pertumbuhan 5,3 Persen, Sri Mulyani Kaji Sebabnya

Sentimen dari sisi eksternal tersebut setidaknya telah muncul sepanjang pekan ini, di mana pasar saham Indonesia bergerak seirama dengan bursa Asia lain yang memerah. Hal itu terjadi karena meningkatnya prospek kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed) lebih cepat pada tahun ini.

“Prioritasnya harus ada pada paket reformasi struktural yang berisifat memperkuat diri dan secara berkesinambungan mendukung kenaikan pendapatan nasional,” tulis Dewan Direktur IMF dalam Laporan Konsultasi Article IV IMF dengan Indonesia, Rabu, 7 Februari 2018.

Advertising
Advertising

Kebijakan tersebut, lanjut Dewan Direktur IMF, akan membantu Indonesia membiayai pengeluaran pembangunan dan juga mendukung peningkatan kualitas di sektor produksi, tenaga kerja, dan keuangan.

Di sisi lain, Dewan Direktur IMF juga menyambut baik fokus strategi jangka pendek untuk mendukung pertumbuhan sambil menjaga stabilitas ekonomi nasional. Penyesuaian fiskal pada 2018 harus dilakukan secara bertahap untuk melindungi pertumbuhan sambil membangun kembali fundamental fiskal yang lebih kuat.

Dewan Direktur IMF juga sepakat bahwa kebijakan moneter yang ada saat ini cocok diaplikasikan untuk menargetkan stabilitas harga dan mendukung pertumbuhan serta mendukung perubahan kebijakan moneter yang lebih lanjut. “Kami menyambut baik komitmen pengambil kebijakan (Bank Indonesia) untuk menjaga fleksibilitas nilai tukar dan membatasi intervensi valuta asing untuk mencegah kondisi pasar yang tidak teratur."

BISNIS

Berita terkait

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

3 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

3 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

3 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

3 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

5 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

6 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

6 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah

6 hari lalu

Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah

Menteri Keuangan Sri Mulyani menemui Wakil Presiden Maruf Amin untuk melaporkan hasil pertemuan IMF-World Bank Spring Meeting dan G20 yang saya hadiri di Washington DC. pekan lalu. Dalam pertemuan itu, Sri Mulyani pun membahas mitigasi dampak geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

7 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

7 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya