Pebisnis Startup Harus Jeli Melihat Permasalahan Masyarakat

Reporter

Alfan Hilmi

Editor

Martha Warta

Senin, 27 November 2017 09:56 WIB

Head of IT Development Jakarta Smart City Prasetyo Andy Wicaksono. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Pendiri lembaga Code For Indonesia Prasetyo Andy Wicaksono mengatakan salah satu kunci awal untuk memulai bisnis atau startup adalah mengidentifikasi apa yang dibutuhkan publik.

Menurut pria yang pernah mengembangkan aplikasi Qlue tersebut, para pelaku startup juga harus bisa mengetahui permasalahan masyarakat yang berpotensi menjadi peluang bisnis.

“98 persen startup gagal karena mereka tidak membuat suatu hal yang dibutuhkan orang,” kata Prasetyo di Perpustakaan Nasional, Gambir, Jakarta Pusat, Minggu, 26 November 2017.

Menurut Prasetyo, agar bisnis startup bertahan, para pelaku harus jeli mencium masalah yang tidak hanya dialami oleh segelintir orang tetapi juga masyarakat luas. Ia mengatakan jika suatu permasalahan hanya dialami oleh segelintir orang maka sebaiknya tidak cocok menjadi peluang bisnis karena hanya akan menghasilkan pendapatan yang sedikit.

Setelah mengidentifikasi masalah yang terjadi di tengah masyarakat, Prasetyo mengatakan langkah selanjutnya adalah tawarkan solusi dari masalah tersebut. Ia menambahkan pemilihan target konsumen yang sesuai juga krusial agar produk yang ditawarkan tepat sasaran. "Kalau yang punya problem hanya puluhan orang, bagaimana mau menjadi bisnis," kata dia.

Advertising
Advertising

Baca: Chelsea Islan Ajak Anak Muda Bawa Indonesia Maju di 2045

Selain dalam hal mengidentifikasi masalah, Prasetyo mengatakan kunci lain agar bisnis bisa langgeng adalah tim yang solid. Menurut Prasetyo terkadang ada beberapa anggota tim yang kurang berkomitmen. Kurang solidnya tim menjadi penghambat sebuah bisnis baru untuk bisa maju.

"Selama satu tim ada kesamaan visi dan nilai yang ingin dikejar maka bisa bertahan. Ketekunan yang paling penting,” kata dia.

Prasetyo sendiri sudah menggeluti bidang bisnis digital sejak 2010. Dalam kurun waktu tujuh tahun tersebut, ia mengaku sudah beberapa kali gagal. Beberapa bisnis yang ia kembangkan mayoritas gagal karena pasarnya tidak ada.

“Kita pernah coba buat semacam media sosial untuk para mahasiswa. Tetapi saat itu sudah ada Facebook, sehingga masalah masyarakat sudah ditawarkan solusinya oleh Mark Zuckerberg (pendiri Facebook),” kata dia.

Selain itu Prasetyo dan rekan-rekannya juga pernah mengembangkan e-commerce untuk produk kerajinan seperti kain batik dan tenun. Ia mengatakan bisnis tersebut gagal karena kalah bersaing di pasar dan timnya kurang solid.

Setelah gagal dalam beberapa bisnis digital, Prasetyo mulai sadar, banyak hal yang lebih penting dibandingkan dengan mengembangkan aplikasi semata. Menurutnya, pengembangan sumber daya manusia lebih penting ketimbang aplikasi digital.

Oleh karena itu Prasetyo Andy Wicaksono mendirikan lembaga yang bernama Code for Indonesia. Lembaga ini bergerak dalam bidang pengembangan manusia untuk teknologi informasi (TI). Code For Indonesia telah melakukan pelatihan TI di 10 kota di Indonesia yakni Medan, Pontianak, Makassar, Denpasar, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan Malang.

Berita terkait

Lagi-lagi Startup PHK Karyawan, Ini Penjelasan Bos Pahamify

6 Juni 2022

Lagi-lagi Startup PHK Karyawan, Ini Penjelasan Bos Pahamify

Pahamify, startup edutech, mengkonfirmasi kabar terkait dengan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada sejumlah karyawannya.

Baca Selengkapnya

Mengenal 5 Pemuda Indonesia Pendiri Startup Ternama

10 September 2021

Mengenal 5 Pemuda Indonesia Pendiri Startup Ternama

Meski bukan pekerjaan mudah, beberapa anak muda Indonesia sukses mendirikan perushaan startup mereka dan mengembangkannya hingga menjadi besar.

Baca Selengkapnya

Google Bikin Program Startup School Gratis untuk Founder Startup Asia Pasifik

3 Februari 2021

Google Bikin Program Startup School Gratis untuk Founder Startup Asia Pasifik

Sesi interaktif Google Startup School akan mencakup berbagai topik, dari pemasaran digital, pengetahuan produk, hingga strategi bisnis.

Baca Selengkapnya

Cerita Wishnutama Selepas Jadi Menteri, Jajaki Startup Media Digital

27 Januari 2021

Cerita Wishnutama Selepas Jadi Menteri, Jajaki Startup Media Digital

Mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wishnutama Kusubandio, menceritakan kesibukannya setelah dicopot sebagai pembantu presiden.

Baca Selengkapnya

Meghan Markle Investasi ke Startup yang Menjual Susu Oat

15 Desember 2020

Meghan Markle Investasi ke Startup yang Menjual Susu Oat

Mantan Duchess of Sussex, Meghan Markle berinvestasi di startup Clevr Brands. Perusahaan tersebut menjual latte susu oat instan empat rasa.

Baca Selengkapnya

Trending Bisnis: Jam Tangan Rolex Edhy Prabowo Hingga Haus! Dapat Pendanaan 30 M

3 Desember 2020

Trending Bisnis: Jam Tangan Rolex Edhy Prabowo Hingga Haus! Dapat Pendanaan 30 M

Berita terpopuler bisnis sepanjang 2 Desember 2020, dimulai dari cerita soal Edhy Prabowo dan istrinya dua kali mendatangi toko jam Rolex di Hawaii.

Baca Selengkapnya

2 Perempuan Indonesia Ikut Program Immersion: Women Founders Google

26 November 2020

2 Perempuan Indonesia Ikut Program Immersion: Women Founders Google

Immersion: Women Founders merupakan program pelatihan untuk membekali para perempuan dengan alat dan keterampilan untuk mengembangkan startup mereka.

Baca Selengkapnya

Inilah Pemenang Hyundai Startup Challenge 2020

16 November 2020

Inilah Pemenang Hyundai Startup Challenge 2020

Hyundai Startup Challenge 2020 di Indonesia telah dimulai sejak awal tahun ini dan berhasil mengumpulkan ratusan pendaftar.

Baca Selengkapnya

Ratusan Startup Lokal di Yogyakarta Jadi Perhatian InnoXJogja 2020

8 November 2020

Ratusan Startup Lokal di Yogyakarta Jadi Perhatian InnoXJogja 2020

Festival teknologi dan inovasi bertajuk InnoXJogja 2020 segera digelar di Yogyakarta pada 17-20 November 2020 ini.

Baca Selengkapnya

Omnibus Law, Karpet Merah Tenaga Kerja Asing dari Pasal-pasal yang Rontok

8 Oktober 2020

Omnibus Law, Karpet Merah Tenaga Kerja Asing dari Pasal-pasal yang Rontok

Semangat mereka tetap berapi-api, menuntut pembatalan Undang-undang Cipta Kerja atau Omnibus Law.

Baca Selengkapnya