Kondisi Kritis, Kementerian PUPR Revitalisasi Danau Tondano
Reporter
Yohanes Paskalis
Editor
Dewi Rina Cahyani
Jumat, 17 November 2017 12:21 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tengah berupaya memulihkan fungsi 15 danau kritis di Indonesia, salah satunya Danau Tondano di Kabupaten Minahasa yang merupakan danau terbesar di Sulawesi Utara. Danau tersebut mengalami pendangkalan akibat tingginya intensitas pertumbuhan eceng gondok dan sedimentasi.
"Kementerian PUPR tengah melakukan revitalisasi Danau Tondano untuk mengembalikan fungsi alaminya sebagai tampungan air, termasuk penataan di kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS)," ujar Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, dikutip dari siaran pers Biro Komunikasi PUPR, Jumat, 17 November 2017.
Pemulihan Danau Tondano, menurut Basuki, tak berbeda dari metode yang dipakai di sejumlah danau lain dengan kondisi serupa, yakni Danau Toba, Danau Rawapening, dan Danau Limboto. "Kita akan keruk sedimen dan bersihkan eceng gondok."
Selain pengerukan dan pengendalian gulma tersebut, revitalisasi Danau Tondano juga termasuk pembuatan tanggul pembatas badan air danau dan penetapan zona sempadan danau.
Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR Imam Santoso mengatakan tanggul akan dibangun sepanjang 17,9 kilometer. Sejak 2014 hingga 2017, sudah ada 2,7 km bagiannya yang terbangun dengan alokasi anggaran mencapai Rp 82,61 miliar.
"Pembangunan tanggul bertujuan mencegah terjadinya alih fungsi dan okupasi lahan di kawasan tepi danau. Meskipun masyarakat kawasan Danau Tondano sesungguhnya sudah memiliki kesadaran tidak melakukan okupasi pada sempadan danau," kata Imam yang sempat meninjau Danau Tondano, Rabu lalu.
Untuk pembersihan eceng gondok yang menggenangi Danau Tondano secara bertahap, Kementerian PUPR akan mengirim dua alat harvester berky untuk mengangkat eceng gondok. "Nanti akan ditambah excavator dan dump truck," ucap Imam.
Eceng gondok bermunculan karena tipikal danau pada daerah tropis yang sedimennya mengandung nutrient terutama nitrogen, fosfat dan potasium. Penyebarannya menyebabkan danau menjadi dangkal dan mengurangi volume tampungan. "Dengan bersih dari eceng gondok, Danau Tondano kelak bisa dimanfaatkan untuk mendukung olahraga dayung, pariwisata, dan perikanan."
Eceng gondok diketahui menutup 500 hektare (Ha) dari luas total Danau Tondano, yaitu 4.616 Ha. Luas danau itu pun diketahui menyusut, karena pada 1992 silam luasnya masih mencapai 4.800 hektar.
Balai Wilayah Sungai Sulawesi I Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat juga tengah mengerjakan normalisasi Sungai Tondano sepanjang 1.700 meter. Pengerjaannya dibagi menjadi dua paket, yaitu paket pertama (6A) sepanjang 800 meter dan paket kedua (6B) sepanjang 900 meter.
Sungai Tondano dikembangkan kapasitasnya, dari yang hanya selrbar 10-15 meter, menjadi 30 meter sehingga bisa menampung debit 450 meter kubik per detik.
"Program flood control for selected cities dilakukan dengan dukungan Japan Internasional Cooperation Agency (JICA) di beberapa kota seperti Padang, Palembang, Gorontalo, Surabaya, dan Manado," ujar Imam.
Untuk paket 6A dari kawasan Jembatan Megawati hingga Jembatan Mahakam dikerjakan oleh PT Brantas Abipraya dengan nilai kontrak mencapai Rp 64,8 miliar. Adapun paket 6B dari kawasan Jembatan Mahakam hingga wilayah pertemuan Sungai Tikala dan Sungai Tondano dikerjakan oleh PT Basuki Rahmanta Putra dengan anggaran Rp 78,34 miliar.
Kedua paket mulai dikerjakan sejak Maret 2016 dan ditargetkan selesai pada 30 September 2018. Paket 6A diketahui telah rampung 42,6 persen sementara paket 6B mencapai 44 persen.