Pengangguran Naik, Indef: Lulusan SMK Banyak Tak Terserap

Jumat, 10 November 2017 19:34 WIB

Pekerja menyelesaikan pembuatan sepatu di rumah industri sepatu di kawasan Setia Budi, Jakarta, 4 Juni 2017. Peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah dinilai sangat mendukung untuk mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran. TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Jakarta - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mendorong pemerintah menarik investasi yang kuat di aspek penyerapan tenaga kerja. Pasalnya, jumlah pengangguran di Indonesia terindikasi meningkat dari tahun ke tahun, seperti yang sempat diungkapkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada awal November 2017.

Dalam catatan BPS, jumlah pengangguran meningkat 10 ribu individu menjadi 7,04 juta orang per Agustus 2017. Adapun jumlah pengangguran pada periode yang sama tahun lalu 7,03 juta orang.

"Peningkatan jumlah angkatan kerja tak dapat diakomodasi ketersediaan lapangan kerja meski terjadi jumlah penduduk yang bekerja meningkat," ujar ekonom Indef, Riza Annisa Pujarama, saat jumpa pers di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat, 10 November 2017.

Menurut Riza, tren penyerapan tenaga kerja memang telah menurun sejak 2010. Pada tahun tersebut, 1 persen pertumbuhan ekonomi hanya dapat menyerap 110 ribu tenaga kerja, jauh bila dibandingkan dengan 2011 yang mampu menyerap hingga 225 ribu.

"Ini berkaitan dengan belum membaiknya pertumbuhan sektor tradable (penghasil barang) dibandingkan dengan non-tradable (sektor jasa). Padahal tradable ini yang menyerap tenaga kerja lebih banyak," tuturnya.

Indef pun mempermasalahkan angka pengangguran yang didominasi lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) dibandingkan dengan tingkat pendidikan lain. Angkanya mencapai 11,4 persen.

Hal itu, kata Riza, mengindikasikan ketidakcocokan antara penawaran tenaga kerja SMK dengan kebutuhan industri. "Akibatnya, industri masih mengambil dari lulusan lain, baik sarjana maupun (tingkat) di bawah SMK," ucapnya.

Jumlah pengangguran naik di beberapa sektor, tapi yang paling terlihat adalah sektor pertanian. Indef menilai fenomena ini dipicu penurunan upah riil buruh tani.

"Jumlah pekerja sektor pertanian menurun 4,87 persen year-on-year pada Agustus 2017. Penurunan upah menjadikan bekerja di pertanian tak menarik lagi," ujar ekonom Indef lain, Eisha Maghfiruha Rachbini.

Persentase tenaga kerja penuh pun disebut turun dari 72,78 persen pada Agustus 2016 menjadi 72,05 persen pada periode yang sama tahun ini. Selain itu, pekerja sektor informal mendominasi, dari 68,20 juta orang pada tahun lalu meningkat menjadi 69,02 juta pada 2017. "Menunjukkan tingkat ekonomi penduduk yang bekerja masih lemah," kata Eisha.

Berita terkait

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

14 hari lalu

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Meski tidak bersinggungan secara langsung dengan komoditas pangan Indonesia, namun konflik Iran-Israel bisa menggoncang logistik dunia.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

15 hari lalu

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

Di tengah konflik Iran-Israel, pemerintah mesti memprioritaskan anggaran yang bisa membangkitkan sektor bisnis lebih produktif.

Baca Selengkapnya

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

46 hari lalu

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

Ekonom Indef, Didin S. Damanhuri sangat prihatin atas dugaan korupsi yang terendus di lingkaran LPEI. Padahal, kata dia, ekspor adalah andalan pemerintahan Jokowi

Baca Selengkapnya

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

47 hari lalu

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

Kebijakan PPN di Tanah Air diatur dalam Undang-Undang-undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP).

Baca Selengkapnya

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

47 hari lalu

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment Indef Ahmad Heri Firdaus membandingkan besaran tarif PPN di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

47 hari lalu

Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

Indef menyatakan penjual akan reaktif terhadap kenaikan PPN.

Baca Selengkapnya

PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

47 hari lalu

PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

Indef membeberkan dampak kenaikan pajak pertabambahan nilai atau PPN menjadi 12 persen.

Baca Selengkapnya

Dampak Perang Gaza, Angka Pengangguran di Palestina di Atas 50 Persen

48 hari lalu

Dampak Perang Gaza, Angka Pengangguran di Palestina di Atas 50 Persen

ILO memperkirakan jika perang Gaza masih berlanjut sampai akhir Maret 2024, maka angka pengangguran bisa tembus 57 persen.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ungkap Kriteria Ideal Menkeu Pengganti Sri Mulyani: Tidak Yes Man

7 Maret 2024

Ekonom Ungkap Kriteria Ideal Menkeu Pengganti Sri Mulyani: Tidak Yes Man

Direktur Eksekutif Indef Esther Sri Astuti mengungkapkan kriteria ideal Menkeu seperti apa yang dibutuhkan oleh Indonesia di masa mendatang.

Baca Selengkapnya

Terkini: Ramai-ramai tentang Dana Bos untuk Program Makan Siang Gratis, Harga Bitcoin Tembus Rekor Rp 1 Miliar

6 Maret 2024

Terkini: Ramai-ramai tentang Dana Bos untuk Program Makan Siang Gratis, Harga Bitcoin Tembus Rekor Rp 1 Miliar

Ekonom senior UI Faisal Basri menentang rencana penggunaan dana BOS untuk program makan siang gratis Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya