PT Pindad Proyeksikan Laba Tahun Ini Rp 70 Miliar
Reporter
Ahmad Fikri (Kontributor)
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Kamis, 26 Oktober 2017 05:40 WIB
TEMPO.CO, BANDUNG - Direktur Utama PT Pindad Abraham Mose mengatakan, pendapatan Pindad terus tumbuh. “Tahun 2017 ini, harapan kita tinggal 2 bulan lagi, kita akan runing (pendapatan) sampai Rp 2,7 triliun, dengan laba kurang lebih Rp 70 miliar,” kata dia di Bandung, Rabu, 25 Oktober 2017.
Abraham mengatakan, pendapatan tersebut meningkat dibandingkan perolehan tahun 2016 lalu. Sepanjang tahun 2016 misalnya, kontrak pembelian yang dibukukan menembus Rp 3,9 triliun. “Tetapi yang bisa kita runing menjadi pendapatan baru Rp 2,3 triliun dengan laba sekitar Rp 50 miliaran,” kata dia.
Simak: Realisasi Kontrak Alutista Kemenhan-Pindad Rp 2,9 T
Dia optimis tren pendapatan akan terus tumbuh. “Kalau melihat pertumbuhan revenue, kontrak, maupun pendapatan, itu tumbuh. Thaun 2018 kita lebih naik lagi,” kata Abraham.
Abraham mengatakan, pada tahun 2018, kontrak yang akan diperoleh Pindad diperkirakan menembus Rp 5 triliun. “Kurang lebih pendapatan Rp 3,2 triliun, kontrak akan kita ‘runing’ di atas itu, hampir mendekati Rp 5 triliun,” kata dia.
Menurut Abraham, proyeks laba tahun depan juga lebih besar dengan taksiran pendapatan tersebut. “Kemudian revenue, profit kita harapkan Rp 120 miliar. Kalau lihat dari pertumbuhan, apakah itu bicara kontrak, atau pendapatan, atau laba kita lihat tumbuh,” kata dia.
Porsi pendapatan tahun depan sebagian besar masih dari industri pertahanan. “Masih industri pertahanan paling besar, kurang lebih 70 persennya, dan 30 persennya di industrial. Tapi kita harapkan mulai tahun depan, industrial sudah bisa tumbuh,” kata Abraham.
Abraham mengaku, pendapatan yang diraup Pindad belum signifikan dengan anggaran yang dipersiapkan pemerintah untuk pengadaan alutsista, kendati dirinya tidak merincinya. “Apakah signifikan dengan target dari anggaran yang disiapkan pemerintah? Bisa dikatan belum memenuhi semuanyam,” kata dia.
Dia beralasan, untuk pembelian senjata, amunisi, dan kendaraan tempur yang memang diproduksi Pindad, pembelian pemerintah meningkat signifikan. “Tapi untuk yang lain, kalau bicara ‘fighting-force’, pemerintha, pengguna, mungkin belum beli ke Pindad. Ini tentunya ada koreksi timbal balik,” kata Abraham.
Abraham mengatakan, Pindad masih harus meningkatkan kapasitasnya untuk memenuhi targetan kebutuhan pemerintah. “Kita harus mengejar ketertinggalan ini, apakah itu dari sisi teknologi, material, dari sisi ‘data-style’ dan macam-macam, sehingga bisa memenuhi kebutuhan pemerintah,” kata dia.
Sejumlah upaya dilakuan Pindad untuk mendongkrak kemampuannya. Diantaranya dengan menjalin kerjasama “strategic-partnership”. “Misalnya dengan pola-pola ‘off-set’ yang sudah ada dalam kebijakan KPIP sudah ada, lokal konten, dan lain-lain. Kita belajar di situ,” kata Abraham.
Pindad misalnya mendapat suntikan modal pemerintah, yang dipergunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi amunisi. Saat ini kapasitas produksi amunisi Pindad 165 juta butir per tahun, kapasitasnya akan dinaikkan menjadi 275 juta butir pertahun pada tahun 2019 dengan perluasan pabrik di Turen, Malang.
Beragam produk Pindan. Diantaranya medium tank yang dikembangkan bersama FNSS Turki, kendaraan tempur Badak kerjasama dengan CMI Defense Belgia, kendaraan tempur amfibi Anoa Amphibious, senapan kalibar 5,56 mm SS2 V4 HB, senapan runduk kalibar 8,6 mm SPR 4, ekskavator Pindad Excava 200, hingga mesin pertanian.
AHMAD FIKRI