BI: Aktivitas Usaha Jawa Tengah Melambat per Triwulan III 2017

Rabu, 25 Oktober 2017 10:10 WIB

Seorang pekerja mengemas bubuk kopi untuk dipasarkan ke dalam negeri dan diekspor ke Korea di Pabrik Kopi Banaran milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX, Jambu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, 7 September 2017. ANTARA FOTO

TEMPO.CO, Semarang - Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) di Jawa Tengah yang dirilis Bank Indonesia pada triwulan ketiga 2017menunjukkan pelambatan dibanding triwulan sebelumnya. Pelambatan kegiatan usaha ini disebabkan oleh penurunan permintaan yang kemudian berimbas pada penurunan penggunaan tenaga kerja, kenaikan tekanan harga jual, dan lesunya aktivitas ekspor dan impor.

Hal tersebut tecermin dari nilai saldo bersih tertimbang (SBT) kegiatan usaha pada triwulan ketiga 2017 yang mencatatkan nilai 14,77 persen. “Ini lebih rendah dibanding capaian pada triwulan kedua 2017 sebesar 36,75 persen,” kata Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah Rahmat Dwisaputra, Rabu, 25 Oktober 2017.

Rahmat menjelaskan, SBT merupakan selisih antara persentase responden yang memberikan jawaban meningkat dan yang memberikan jawaban menurun dikalikan dengan bobot sektor dan subsektor. “Pelambatan kegiatan usaha pada triwulan ketiga disebabkan oleh menurunnya permintaan dari dalam dan luar negeri, serta persaingan dengan produk sejenis,” ucapnya.

Baca: Jokowi Minta Permen Dukung Dunia Usaha, Arcandra Bilang Ini

Hal itu berpengaruh pada penggunaan tenaga kerja yang mengalami penurunan dibandingkan dengan periode sebelumnya. SBT penggunaan tenaga kerja pada triwulan ketiga 2017 terpantau negatif, yaitu sebesar minus 9,76 persen atau turun 3,55 persen dari triwulan sebelumnya.

Penurunan SBT penggunaan tenaga kerja terutama terjadi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, juga sektor industri pengolahan. “Responden mengkonfirmasi bahwa penurunan jumlah tenaga kerja didorong adanya penurunan produksi, efisiensi proses kerja,” kata Rahmat. Selain itu, sektor yang ditengarai mengalami penurunan kegiatan usaha adalah sektor jasa dengan SBT minus 0,3 persen.

BI Jawa Tengah juga menemukan harga jual pada triwulan ketiga 2017 terindikasi masih mengalami kenaikan, tapi dengan tekanan yang lebih lemah dibanding triwulan sebelumnya. Hal ini tecermin dari SBT tekanan harga jual sebesar 16,47 persen, lebih rendah dibanding SBT 25,10 persen pada triwulan kedua 2017.

“Hasil survei menunjukkan hampir semua sektor ekonomi mengalami kenaikan harga pada triwulan ketiga 2017 walaupun tidak setinggi kenaikan pada triwulan lalu,” tutur Rahmat. Sebagian besar pelaku usaha yang melakukan peningkatan harga jual didorong kenaikan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, atau biaya energi.

Anjloknya dunia usaha di Jawa Tengah berpengaruh terhadap ekspor yang ikut turun. Badan Pusat Statistik setempat menyebut nilai ekspor Jawa Tengah pada September 2017 sebesar US$ 498,18 juta atau turun 11,51 persen dibanding ekspor pada Agustus 2017 sebesar US$ 562,99 juta. “Meski demikian, jika dibandingkan dengan September 2016 atau year-on-year, ekspor Jawa Tengah naik sebesar US$ 67,20 juta atau 15,59 persen,” kata Kepala BPS Jawa Tengah Margo Yuwono.

Sedangkan nilai impor yang biasa untuk kebutuhan bahan baku di Jawa Tengah pada September 2017 juga turun US$ 714,74 juta. “Penurunan sebesar 25,75 persen dibanding impor Agustus 2017 sebesar US$ 962,59 juta,” ujar Margo.

Berita terkait

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

3 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

3 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

4 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

6 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

7 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

7 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

7 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

8 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

8 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

8 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya