Turunnya Bunga Kredit Dorong Industri Properti Lebih Kompetitif

Selasa, 24 Oktober 2017 16:36 WIB

Bijak Sebelum Membeli Apartemen

TEMPO.CO, Jakarta - Kalangan pebisnis properti masih menunggu kebijakan pemerintah dan perbankan menurunkan suku bunga KPR/KPA setelah suku bunga acuan BI 7-Day Repo Rate turun. Direktur Keuangan PT PP Properti Tbk, Indaryanto, misalnya, mengatakan tidak masalah jika penurunan suku bunga KPR/KPA baru bisa dilakukan tahun depan.

Sebab, kata Indaryanto, Bank Indonesia tahun ini telah menurunkan suku bunga acuan sebanyak dua kali, dan itu juga bisa berdampak negatif pada kondisi ekonomi. “Kami menunggu saja, kami kan tidak tahu pelaksanaannya seperti apa. Tapi dari pengembang dengan turunnya suku bunga menjadi kompetitif. Pembeli akan lebih memperoleh kemudahan,” katanya, Ahad, 22 Oktober 2017.

Baca: Pengusaha Properti Yakin Realisasi 1 Juta Rumah Terhambat

Menurut Indaryanto, penurunan suku bunga juga akan membantu tercapainya program satu juta rumah. Sebab hal itu akan memberikan stimulus bagi konsumen untuk mengakses perumahan.

Saat ini PP Properti memang kebih banyak bekerja sama dengan sesama perbankan. Tingkat suku bunga yang ditawarkan 7,5 persen untuk fixed 3 tahun serta 8,5 persen untuk fixed 5 tahun.

Advertising
Advertising

Hal senada disampaikan Direktur Ciputra Group Harun Hajadi. Ia menyebutkan penurunan BI rate agak sulit diikuti perbankan penyalur KPR untuk menurunkan suku bunga. "Akan tetapi tentu penurunan bunga membantu sentimen masyarakat untuk lebih semangat berinvestasi, dalam hal ini positif untuk investasi properti," katanya.

Saat ini konsumen Ciputra lebih banyak memilih pembiayaan melalui KPR, kemudian pembiayaan in house oleh perusahaan, dan ketiga dalam bentuk cash. Rata-rata kerja sama yang dilakukan Ciputra dengan perbankan memberikakan suku bunga sebesar lebih dari 7 persen.

Sementara itu Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi PT Intiland Developement Tbk, Archied Noto Pradono mengungkapkan penurunan suku bunga selalu menarik buat konsumen, terutama di segmen end user dan yang memerlukan upgrade rumah. Selain itu bagi investor hal ini juga merupakan kesempatan karena membuat pasar lebih gairah.

"Saat ini posisi kami harus memancing konsumen salah satunya penurunan bunga sebagai faktor yang kami kombinasikan dengan konsep dan value project sendiri," kata Archied.

CEO Indonesia Property Watch Ali Tranghada mengatakan belum turunnya suku bunga KPR akan banyak menghambat sektor riil termasuk properti. Ali menyoroti bahwa bank BUMN yang seharusnya menjadi lokomotif penyaluran KPR masih memberikan suku bunga di kisaran 10-10,5 persen.

Padahal beberapa perbankan swasta seperti Bank BCA bisa memberikan suku bunga lebih kompetitif. Dengan subsidi pengembang BCA bisa menawarkan suku bunga hingga 5,5 persen. "Spread-nya masih tinggi. Padahal seharusnya ketika suku bunga acuan turun, maka rata-rata suku bunga kredit setidaknya bisa di kisaran 8,5 persen," kata Ali.

BISNIS

Berita terkait

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

21 jam lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat dalam penutupan perdagangan hari ini ke level Rp 16.025 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

23 jam lalu

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

Wamenkeu Suahasil Nazara menyoroti tiga faktor yang menjadi perhatian dalam perekonomian Indonesia saat ini. Mulai dari suku bunga yang tinggi, harga komoditas, hingga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

4 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

5 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

6 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

7 hari lalu

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

PT Bank Negara Indonesia atau BNI bersiap menghadapi perkembangan geopolitik global, nilai tukar, tekanan inflasi, serta suku bunga.

Baca Selengkapnya

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

7 hari lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

7 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

11 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

11 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya