Temui Banyak Masalah, Ini Lima Curhatan Investor Versi BKPM
Reporter
Tempo.co
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Selasa, 10 Oktober 2017 21:09 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menurut Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong, minat investasi di Indonesia sebenarnya tinggi sekali, tapi investor kerap menghadapi berbagai kendala. Thomas memaparkan lima hal yang sering investor keluhkan di Indonesia.
Keluhan pertama, menurut Thomas, adalah masalah regulasi. Thomas mengatakan banyak sekali peraturan yang tumpang tindih. Peraturan mengenai investasi juga menurutnya sering berubah tanpa adanya pemberitahuan atau masa transisi. “Kita sendiri yang sering membelit diri dengan aturan yang tidak penting," ujarnya dalam acara Investment Look di Hotel Pullman, Jakarta Pusat, Selasa, 10 Oktober 2017.
Simak: Fokus Investasi 2017, BKPM Siapkan 2 Strategi Ini
Kedua, pajak juga menjadi keluhan bagi investor di Indonesia. Menurut Thomas, pemerintah cenderung mengandalkan pemasukan pajak dari sektor industri. Thomas menuturkan pajak merupakan tanggung jawab bersama di semua sektor sehingga pemerintah bertanggung jawab menciptakan sistem pajak yang adil dan mengembangkan budaya sadar pajak di masyarakat.
Keluhan ketiga adalah persoalan pekerja, khususnya perihal izin kerja bagi warga negara asing. Selanjutnya, Thomas berujar proses mengurus izin mendirikan bangunan dapat berlangsung bertahun-tahun di beberapa pemerintah daerah.
Terakhir, masalah infrastruktur. Walaupun infrastruktur sering dikeluhkan investor, menurut Thomas, pemerintah Indonesia telah cukup baik dalam mengembangkan infrastruktur bagi pengembangan industri. Perkembangan infrastruktur di Indonesia, kata Thomas, turut berperan dalam meningkatkan minat investasi.
Thomas menuturkan, jika dibandingkan dengan infrastruktur, dia lebih memperhatikan aspek regulasi serta sumber daya manusia di Indonesia. Budaya kerja tim hingga kemampuan menggunakan teknologi menjadi kunci untuk menghadapi arus investasi. Menurut Thomas, ketika dunia industri dimasuki investasi, diperlukan pola pikir melayani. “Yang tadinya pengusaha merasa menjadi penguasa, sekarang harus siap berpikir melayani investor,” tuturnya.
RIANI SANUSI PUTRI