TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat tata kota, Darmaningtyas, menilai kereta cepat atau high speed train (HTS) Jakarta-Bandung tidak semestinya dibangun. Sebab, pembangunan itu dapat merusak lingkungan di sekitar lokasi.
“Selain resapan air jadi berkurang, lumbung pangan berkurang,” ucap Darmaningtyas kepada Tempo melalui pesan singkat pada Jumat, 22 Januari 2016.
Darmaningtyas berujar, ada 150 hektare sawah yang kena gusur akibat pembangunan proyek kereta cepat tersebut. “Itu baru yang dampak langsung,” tuturnya. Sedangkan dampak tidak langsungnya, menurut Darmaningtyas, adanya alih fungsi lahan, karena area di sekitar stasiun dalam radius 1-3 kilometer akan berubah menjadi permukiman.
Dia berpendapat, pembangunan kereta cepat tersebut juga akan semakin memperlebar kesenjangan sosial antara masyarakat di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa. “Saya tidak paham alasan pemerintah ngotot membangun kereta cepat itu,” katanya.
Baca:Susul Bandung, Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Sedang Dikaji
“Saya konsisten menolak. Kita tidak butuh kereta cepat. Kita butuh kereta barang atau kapal yang lebih banyak,” ucap Darmaningtyas.
Pembangunan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung baru memasuki tahap peletakan batu pertama pada Kamis kemarin di kebun teh Mandalawangi Maswati, Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia Cina Hanggoro Budi berujar, proyek pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung akan memanfaatkan 56,5 hektare hutan produksi: sekitar 55 hektare di Kabupaten Karawang dan 1,5 hektare di Kabupaten Purwakarta.
Baca Juga:Kapal Ternak Kosong Muatan, Pelni: Masa Kami yang Disalahkan?
Untuk itu, PT KCIC akan mengganti hutan produksi yang rusak dua kali lipat. "Penggantiannya, setelah ada izin dari Kementerian Kehutanan, kita memproses," tutur Hanggoro, Kamis kemarin.
Hanggoro menjelaskan, hingga saat ini, pihaknya masih kesulitan mencari lahan pengganti hutan produksi. Sesuai dengan prosedur, penggantian hutan produksi tidak bisa dalam bentuk uang kompensasi, atau apa pun. "Cari 200 meter saja susah, ini harus cari 110 hektare."
BAGUS PRASETIYO